• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.6 Hasil Penelitian yang Relevan

Jadi pembelajaran matematika merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang dalam mengarahkan siswa untuk mengembangkan cara berpikir tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah.

2.1.5.2Materi Pembagian di Kelas II SD

Seperti yang sudah dikemukakan di atas bahwa pembelajaran matematika dibekalkan kepada siswa Sekolah Dasar. Tujuannya adalah untuk mengembangkan cara berpikir siswa. Banyak materi pembelajaran matematika yang dibekalkan di SD akan tetapi dalam penelitian ini lebih fokus kepada materi mengenai pembagian. Pembagian diajarkan di kelas II SD pada semester genap. Standar Kompetensi tentang pembagian untuk kelas II adalah 3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka. Sedangkan Kompetensi Dasaranya adalah 3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka.

Pembagian merupakan lawan dari perkalian. Pembagian disebut juga pengurangan berulang sampai habis (Heruman, 2007: 26). Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan dan perkalian. Jadi jika siswa sudah paham dengan konsep pengurangan dan perkalian akan lebih mudah dalam mempelajari pembagian. Sebaliknya, jika siswa belum paham dengan konsep pengurangan dan perkalian siswa akan kesulitan memahami konsep pembagian.

2.1.6 Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.6.1Alat Peraga Matematika

Sumiaty (2009) melakukan penelitian mengenai penggunaan alat peraga tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan geometri bangun ruang. Penelitian dilakukan pada kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 02 Nagrikaler (SDN 02 Nagrikaler) Purwakarta tahun ajaran 2006/ 2007. Pembelajaran matematika di kelas dirasa belum optimal, oleh karena itu diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan kualitatif, yakni suatu penelitian yang

24 mendasarkan diri kepada fakta dan analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generalisasi empirik, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkannya, serta pengumpulan data dan analisis datanya berjalan pada waktu yang bersamaan (Nazir, 1999: 68). Sebelum menggunakan alat peraga tiga dimensi, para siswa tidak termotivasi, sehingga pembelajaran matematika belum memperoleh hasil secara optimal. Hasil evaluasi pra siklus dengan rata-rata kelas hanya sebesar 3,07. Pembelajaran mulai nampak hidup setelah guru menggunakan alat peraga tiga dimensi dalam pokok bahasan bangun ruang balok dan kubus. Hasil evaluasi pada siklus pertama dengan rata-rata kelas mencapai 6,46. Setelah menggunakan alat peraga tiga dimensi, hasil pembelajaran matematika pokok bahasan Geometri Bangun Ruang balok dan kubus menunjukkan peningkatan hasil belajar. Dari empat kali perbaikan pembelajaran, didapat rata-rata kelas pada siklus pertama sebesar 6,46, namun, pada siklus kedua menjadi 5,33 atau 36,67%. Lonjakan yang sangat mencolok diperoleh pada evalusai siklus ketiga dengan rata-rata kelas mencapai 8,33 (76,67%), dan pada siklus keempat lebih meningkat lagi dengan peroleh rata-rata kelas mencapai 9,13 atau 96,67%.

Latifa (2013) melakukan penelitian mengenai penggunaan alat peraga meteran untuk meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa berkesulitan belajar matematika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga meteran dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan materi perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika kelas III SDN Kartodipuran tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas. Narasumbernya adalah 2 siswa yang mengalami kesulitan belajar terdiri atas 1 laki-laki dan 1 perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes, dan analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dan analisis kritis. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika kelas III SDN Kartodipuran Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.

25

2.1.6.2Persepsi Guru dan Siswa

Adiningsih (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh persepsi siswa tentang Metode Mengajar Guru dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa. Penelitian ini dilakukan pada kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun ajaran 2011/2012. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang metode mengajar guru terhadap prestasi belajar Akuntansi siswa kelas X Program keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik

Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012, dengan dan

. Hal ini menunjukkan bahwa metode mengajar guru menentukan persepsi siswa dan dan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Asyah (2005) melakukan penelitian mengenai hubungan kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika. Penelitian ini dilakukan di SMP N Se-kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien

pada taraf signifikansi dan koefisien determinasi

Hal ini menunjukkan bahwa 43% variasi hasil belajar matematika ditentukan oleh persepsi siswa terhadap matematika. Dari hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika dari siswa SMP N se-kota Medan berada dalam kategori baik. Dengan kesimpulan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antar kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadap matematika dengan hasil belajar matematika secara sendiri maupun bersama-sama.

2.1.6.3Metode Montessori

Susanti (2013) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui penerapan metode Montessori di Kelompok Bermain Talenta Kabupaten Bandung. Adapun metode yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif. Sedangkan sampel penelitian adalah anak didik di Kelompok Bermain Talenta pada tahun ajaran 2012-213 yang berjumlah 48 anak didik. Teknik pengumpulan data yang dipilih peneliti adalah kepustakaan, penelitian lapangan dan waancara. Dari hasil penelitian

26 menunjukkan bahwa penerapan Montessori di Kelompok Bermain Talenta Kabupaten Bandung memiliki dampak yang positif terhadap keterampilan motorik halus anak didik di mana anak didik mengalami peningkatan menjadi lebih terampil/ luwes, lebih mahir dan mandiri dan kekuatan dari motorik halusnyapun mulai terlihat lebih baik dari ketika pertama kali mereka masuk.

Rinke, Gimbel, Haskell (2012) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui perubahan lingkungan belajar kelas Montessori untuk mengembangkan minat belajar siswa di lingkungan. Penelitian ini memiliki relevansi mengenai lingkungan belajar di kelas Montessori. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dalam empat kelas Montessori di tingkat SD. Setting penelitian ini adalah empat kelas di kelas Montessori dengan narasumber penelitian yaitu para siswa di kelas SD tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa lingkungan belajar Montessori memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan minat dalam ilmiah dan komunikasi tentang ilmu pengetahuan dalam berbagai cara.

Dari berbagai penelitian di atas dapat kita ketahui bahwa penelitian mengenai penggunaan alat peraga matematika khususnya alat peraga tiga dimensi dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa (Sumiaty, 2009). Alat peraga juga dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika (Latifa, 2013). Penelitian yang lain yaitu mengenai persepsi menemukan bahwa metode mengajar guru menentukan persepsi siswa dan mempengaruhi prestasi belajar mereka (Adiningsih, 2012). Selain itu, hasil belajar matematika ditentukan oleh persepsi siswa terhadap matematika (Asyah, 2005). Penelitian berikutnya mengenalkan mengenai metode Montessori yang dapat mengembangkan minat belajar (Rinke, Gimbel, dan Haskell, 2012). Penelitian yang lain menemukan bahwa anak didik mengalami peningkatan menjadi lebih terampil atau luwes ketika menggunakan metode Montessori (Susanti, 2013). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dan berbagai dampak implementasi dari pendidikan Montessori dibanding metode tradisional, salah satunya dalam pembelajaran matematika. Dari penelitian ini menyiratkan bahwa metode Montessori sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran matematika yang kemudian mengilhami dalam penelitian pengembangan alat peraga

27 Montessori. Meskipun demikian, penelitian-penelitian mengenai pengembangan alat peraga Montessori yang disertai dengan evaluasi belum banyak dipublikasikan. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan kali ini adalah mengetahui persepsi narasumber terhadap penggunaan alat peraga Montessori dengan metode kualitatif.

Gambar 2.3 Literature map dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan

Alat Peraga

MetodeMontessori

Sumiaty (2009) Alat peraga tiga dimensi -

hasil belajar siswa.

Latifa (2013) Alat peraga meteran - hasil

belajar matematika.

Yang perlu diteliti

Persepsi Guru dan Siswa atas Penggunaan Alat Peraga Matematika berbasis Montessori pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Dua Angka.

Persepsi

Adiningsih (2012) Persepsi siswa - prestasi

belajar akuntansi.

Susanti (2013) Metode Montessori - kemampuan motorik halus

anak.

Asyah ( 2005) Persepsi siswa - hasil

belajar matematika.

Rinke (2012) Lingkungan belajar kelas Montessori - minat belajar

Dokumen terkait