• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Jurnal ekonomi Pembangunan bertajuk Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Antar Kecamatan Di Kabupaten Banyumas, 1993-2000 oleh Sutarno dan Mudrajad Kuncoro

Penelitian ini dilakukan antar kecamatan di kabupaten Banyumas dengan mengambil data sekunder yaitu berupa data Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga konstan atas dasar tahun 1993 dalam kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 1993-2000 mengalami fluktuasi, terlebih pada tahun 1998 terjadi penurunan PDRB akibat krisis ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 1996 lebih 4%, pada tahun 1998 turun menjadi minus 6,8 % walaupun pada tahun 2000 perekonomian sudah tumbuh positif 4,03 %. Pertumbuhan negatif yang terjadi di Kabupaten Banyumas maupun di Propinsi Jawa Tengah merupakan dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Dampak krisis tersebut lebih besar melanda Propinsi Jawa Tengah dari pada di Kabupaten Banyumas. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan negatif yang lebih besar dari pada di Kabupaten Banyumas, di mana Propinsi Jawa Tengah

commit to user

terjadi pertumbuhan -11,74 sedangkan di Kabupaten Banyumas hanya –6,8. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tipologi Klassen, daerah/kecamatan di Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per kapita menjadi empat kelompok yaitu daerah/kecamatan cepat maju dan cepat tumbuh, kecamatan yang maju tapi tertekan, kecamatan/daerah yang berkembang cepat dan kecamatan/ daerah tertinggal. Pada periode pengamatan 1993–2000 terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan, baik dianalisis dengan indeks Williamson maupun dengan indeks entropi Theil. Ketimpangan ini salah satunya diakibatkan konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial. Hipotesis Kuznets mengenai ketimpangan yang berbentuk kurva U terbalik berlaku di Kabupaten Banyumas, ini terbukti dari hasil analisis trend dan korelasi Pearson. Hubungan antara pertumbuhan dengan indeks ketimpangan Williamson dan entropi Theil untuk kasus Kabupaten Banyumas selama periode 1993-2000 terbukti berlaku hipotesis Kuznets.

Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu pada alat analisisnya, Sutarno dan Mudrajad Kuncoro menggunakan indeks Williamson dan indeks entropi Theil sedangkan penulis hanya menggunakan indeks Williamson. Selain itu tempat dan periode penelitian juga berbeda, Sutarno dan Mudrajad Kuncoro melakukan penelitian antar kecamatan di kabupaten Banyumas selama periode 1993-2000, sedangkan penulis melakukan penelitian di Kabupaten Boyolali pada tahun 2006-2009.

2. Jurnal Ekonomi yang bertajuk Struktur Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001

– 2006 oleh Leny Noviani

Data yang digunakan adalah data kurun waktu (time-series) tahun 2001 -2006, maupun data silang ditempat (cross-section) antar kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Alasan pemilihan periode pengamatan tahun 2001- 2006 adalah tahun dimulaianya otonomi daerah, perekonomian selama periode ini relatif stabil baik secara empirik maupun teoritis, PDRB sebagai data utama mempunyai tahun dasar yang baru sejak tahun 2000. Alat yang digunakan

commit to user

untuk mengetahui struktur pertumbuhan ekonomi adalah tipologi klassen sedangkan untuk mengukur ketimpangan pertumbuhan ekonomi menggunakan indeks Entropy Theil. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa berdasarkan tipologi klassen menunjukkan jawa tengah diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat dan daerah relatif tertinggal. Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah kabupaten Cilacap, Karanganyar, Kudus, kota Surakarta, Salatiga, Semarang. Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang termasuk daerah berkembang cepat adalah Kabupaten Purworejo, Boyolali, Klaten, Sragen, Grobogan, Tegal, Kota Tegal dan Brebes. Daerah yang termasuk kategori daerah maju tetapi tertekan adalah Kabupaten Sukoharjo, Semarang, Kendal, Magelang, dan Kota Pekalongan. Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang termasuk kategori daerah relatif tertinggal adalah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Magelang, Wonogiri, Blora, Rembang, Pati, Jepara, Demak, Temanggung, Batang, Pekalongan, Pemalang.

Ketimpangan pendapatan antar daerah tertinggi adalah di Bakorlin I. Tingkat ketimpangan pendapatan antar Bakorlin di Jawa Tengah yang menunjukan tingkat ketimpangan relatif stabil adalah Bakorlin II dan III. Berdasarkan analisis grafis yang menunjukkan antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat ketimpangan yang berbentuk ”U terbalik” tidak berlaku di

Jawa Tengah.

Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu pada alat analisisnya, Leny Noviani menggunakan indeks entropi Theil sedangkan penulis menggunakan indeks Williamson. Selain itu tempat dan periode penelitian juga berbeda, Leny Noviani melakukan penelitian antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah selama periode 2001-2006, sedangkan penulis melakukan penelitian di Kabupaten Boyolali pada tahun 2006-2009.

commit to user

3. Jurnal Ekonomi yang bertajuk Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi antar daerah Provinsi Riau oleh Caska dan RM. Riadi

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi/daerah yang cukup kaya baik dengan hasil bumi berupa migas dan hasil perkebunan berupa kelapa sawit, nenas, kelapa, karet dan lainnya. Akan tetapi masyarakat masih belum puas dengan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahterhadap masing-masing daerah. Hal ini tentu saja akan dapat menimbulkan gejolak bagi daerah yang tidak puas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah di dalam pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Riau, daerah yang termasuk daerah yang mengalami cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) hanya 1 (satu) daerah saja yakni Kota Pekanbaru. Daerah atau kabupaten yang dikategorikan berkembang cepat dalam arti pertumbuhan (high growth but low income) adalah Kabupaten Pelalawan, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan Kabupaten Siak. Untuk daerah atau kabupaten yang maju tapi tertekan (high income but low growth) adalah pada Kabupaten Indragiri Hilir, Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar, sedangkan daerah yang pembangunan atau pertumbuhan ekonominya relatif tertinggal adalah Kabupaten Rokan Hilir, Dumai dan Kabupaten Bengkalis. Selama periode pengamatan 2003-2005, terjadi ketimpangan pembangunan yang tidak cukup signifikan berdasarkan Indeks Williamson, sedangkan menurut Indeks entropi Theil, ketimpangan pembangunan boleh dikatakan kecil yang berarti masih terjadinya pemerataan pembangunan setiap tahunnya selama periode pengamatan. Sebagai akibatnya tidak terbuktinya hipotesis Kuznets di Provinsi Riau yang mengatakan adanya kurva U terbalik.

Perbedaannya dengan penelitian penulis yaitu pada alat analisisnya, Caska dan RM Riadi menggunakan indeks Williamson dan indeks entropi Theil sedangkan penulis hanya menggunakan indeks Williamson. Selain itu tempat dan periode penelitian juga berbeda, , Caska dan RM Riadi melakukan penelitian antar daerah di provnsi Riau selama periode 2003-2005, sedangkan penulis melakukan penelitian di Kabupaten Boyolali pada tahun 2006-2009.

commit to user