• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan data yang diperoleh serta analisis yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan ekonomi antar kecamatan Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009 mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2006 sebesar 4,19% menjadi 4,08% pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar 0,11% dan tahun 2008 laju pertumbuhannya 4,04% terjadi penurunan sebesar 0,04%, serta mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebesar 1,12% laju pertumbuhannya yaitu 5,16%. Beberapa tahun tersebut pertumbuhannya menunjukkan arah yang negatif kecuali pada tahun 2009 yaitu sudah masuk kriteria pertumbuhan Kabupaten Boyolali diatas 5% jadi sudah menunjukkan arah yang positif. Terjadi pertumbuhan menurun pada tahun 2007 disebabkan karena adanya terdapat sedikit penurunan dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik dan air bersih serta pengangkutan dan telekomunikasi, sedangkan penurunan pertumbuhan pada tahun 2008 disebabkan karena adanya kenaikan harga BBM premium, minyak tanah sehingga berdampak pada segala bidang perekonomian, dan tahun 2009 mengalami kenaikan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut di atas yaitu untuk sektor pertanian, listrik dan air bersih, serta jasa-jasa mengalami kenaikan cukup signifikan, sedangkan sektor yang lain juga tumbuh, tetapi tidak setinggi sektor tersebut.

2. Terdapat pengelompokan pertumbuhan ekonomi berdasarkan tipologi Klassen di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian yaitu yang termasuk dalam kategori daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Kecamatan Boyolali, Kecamatan Sawit, Kecamatan Simo dan Kecamatan Karanggede. Daerah maju tetapi tertekan meliputi Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo,Kecamatan Teras dan Kecamatan Banyudono. Kecamatan yang masuk daerah berkembang cepat adalah Kecamatan Sambi, Kecamatan

commit to user

Ngemplak, Kecamatan Klego dan Kecamatan Wonosegoro. Daerah yang tertinggal meliputi Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Juwangi.

3. Rata-rata ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2006-2009 adalah 0,05, jadi ketimpangan antar kecamatan di Kabupaten Boyolali relatif merata karena angkanya mendekati nol. Kecamatan yang Indeks Williamsonnya berada dibawah rata-rata indeks kabupaten atau lebih rendah antara lain Kecamatan Selo, Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede, dan Kecamatan Klego mengandung arti bahwa secara rata-rata tingkat PDRB per kapita antar kecamatan yang ada relatif lebih merata jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Kabupaten Boyolali.

4. Kurva Kuznets atau yang biasa disebut kurva U terbalik tidak berlaku di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian karena kurvanya tidak berbentuk U terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, ketimpangan daerah cenderung memburuk, namun pada tahap berikutnya, ketimpangan daerah akan membaik, ini tidak terjadi di Kabupaten Boyolali pada tahun penelitian.

B. Implikasi

Berdasarkan pada simpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka uraian berikut menyajikan implikasi penelitian yaitu:

1. Pengambil kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah daerah Kabupaten Boyolali dapat melakukan berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang sesuai dengan prioritas, kondisi dan potensi yang ada di masing-masing daerah yang bersangkutan. Perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi yang berbeda terhadap corak pembangunan yang akan diterapkan

commit to user

di masing-masing daerah, misalnya dengan penetapan daerah potensi unggulan seperti berikut ini :

Tabel 12. Potensi Unggulan Kabupaten Boyolali

Potensi Unggulan

Kondisi Prospek Lokasi

Sapi Perah Populasi 60.205 ekor Produksi 86.021 liter/hari Bahan baku industri pengolahan susu Bahan baku industri makanan Dijual dalam produk susu segar

Kecamatan Selo, Cepogo,Musuk, Boyolali, Mojosongo Kerajinan Tembaga Produksi > 400.000 buah/ tahun Jumlah unit usaha 360 Lebih dari 70% produk dieksport ke luar negeri Kecamatan Cepogo Lele Produksi 4.380.000 kg/tahun Jumlah unit usaha > 200 Pemasaran ke jogjakarta, semarang, solo dll Untuk abon lele dan kripik lele Kapasitas

produksi yang ada belum mampu memenuhi permintaan pasar Kecamatan Sawit, Teras, Banyudono Minyak Atsiri Produksi 113,65 ton/tahun Bahan baku industri kosmetik Kecamatan Teras, Banyudono, Mojosongo, Ampel, Cepogo Sumber : Bappeda Kabupaten Boyolali 2009

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi pembangunan, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai penguat tentang teori struktur pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar daerah. Hasil

commit to user

penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.

3. Bagi pendidikan ekonomi hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan mahasiswa pendidikan ekonomi dalam mata kuliah khususnya ekonomi pembangunan yaitu tentang struktur pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar daerah. Dapat memberikan informasi mengenai potensi masing-masing daerah di Kabupaten Boyolali bagi mahasiswa yang akan membuat program kreativitas mahasiswa.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan pembahasan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah Daerah

a. Guna mengurangi ketimpangan yang semakin melebar, salah satu kebijakan yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali yaitu dalam perencanaan pembangunan agar diarahkan/diprioritaskan bagi daerah-daerah yang relatif tertinggal dengan tidak melupakan daerah yang lain yaitu dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah tertinggal seperti Juwangi, Nogosari, Kemusu, Selo, Musuk, dan Andong supaya aksesnya lebih mudah sehingga kegiatan ekonomipun dapat berjalan lancar.

b. Membangun unit-unit kegiatan ekonomi produktif di daerah-daerah yang kurang maju. Langkah operasional dari pemikiran ini adalah pembentukkan unit kegiatan ekonomi produktif yang berbasis pada potensi serta melibatkan masyarakat banyak. Langkah ini cukup tepat bila diterapkan pada daerah yang berkembang cepat, karena daerah ini sebenarnya punya potensi hanya saja belum diolah secara baik. Kecamatan Sambi merupakan daerah penghasil singkong yaitu dengan membangun kegiatan ekonomi produktif dengan memanfaatkan singkong tersebut untuk diolah menjadi makanan yang mempunyai

commit to user

nilai lebih dibandingkan dijual singkong mentah misal dibuat brownies, kue bolu, daunnya bisa dimanfaatkan untuk kripik.

c. Membangun dan memberdayakan kemampuan berusaha pada masyarakat yang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan ekonomi produktif secara mandiri. Upaya ini dilakukan agar kelompok masyarakat miskin memiliki pendapatan tetap. Langkah awal program ini adalah melalui stimulus modal kerja pada masyarakat miskin atau pemberian pendidikan latihan (diklat) praktis yang diarahkan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.

d. Pemerintah daerah perlu memperhatikan sektor yang paling dominan dalam pembentukan PDRB, apabila ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tanpa mengabaikan sektor yang lain. Kebijakan ini disebut kebijakan picking the winner. Penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Boyolali adalah sektor pertanian jadi dengan memaksimalkan sektor pertanian yaitu dengan cara penerapan panca yasa pembangunan pertanian yang meliputi perbaikan infrastruktur pertanian, perbenihan, pengaktifan kelembagaan tani dan penyuluh, fasilitas pembiayaan dan pengembangan sistem pemasaran hasil.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini khususnya untuk hipotesis Kuznets, peneliti hanya melakukan peneletian selama 4 tahun periode 2006-2009, karena pada tahun penelitian Kabupaten Boyolali mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuasinya hanya kecil, telah melakukan otonomi daerah serta data tercukupi pada tahun dasar 2000. Besar kemungkinan hasil analisis yang diperoleh belum benar-benar tepat, karena hipotesis Kuznets akan berlaku dalam jangka panjang. Berdasarkan alasan tersebut, untuk peneliti selanjutnya supaya penelitian dilakukan diatas 5 tahun guna memperoleh hasil yang maksimal.

commit to user

77