• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah pengujian prasyarat terpenuhi, maka pengujian selanjutnya adalah pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian yang peneliti cantumkan dalam bab III, akan diuji dengan menggunakan uji ANAVA dua jalan dengan sel tak sama. Pengujian dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi dan metode diskusi. Variabel moderatornya adalah konsep diri sedangkan terikatnya adalah prestasi belajar.

Taraf signifikansi yang penulis pakai adalah 0,05 dan keputusan diambil dengan membanding Fhit dan Ftab (Daerah Kritik). Jika Fhit < Ftab maka Ho diterima, artinya tidak terdapat pengaruh variabel bebas dan variabel moderator terhadap variabel terikat, atau tidak ada interaksi antara pengaruh variabel bebas dan variabel moderator terhadap variabel terikat. Jika terjadi sebaliknya maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh variabel

bebas dan variabel moderator terhadap variabel terikat, atau ada interaksi antara pengaruh variabel bebas dan variabel moderator terhadap variabel terikat.

Hasil uji ANAVA yang didapatkan oleh peneliti dapat dilihat dalam tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dK RK Fobs Fα p Keputusan uji

Efek Utama A 186,0504 1 186,0504 5,6047 3,9200 < 0,05 ditolak B 576,4961 2 288,2480 8,6834 3,9200 < 0,05 ditolak Efek Interaksi AB 377,3751 2 188,6876 5,6842 3,9200 < 0,05 ditolak Galat 2755,1961 83 33,1951 Total 3895,1177 88

Dari tabel 4.7 tampak bahwa terdapat perbedaan efek yang signifikan antara pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi belajar fisika, ada pengaruh prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki konsep diri positif dengan siswa yang memiliki konsep diri negatif, ada interaksi antara pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri siswa terhadap prestasi belajar fisika.

Hal ini ditunjukkan oleh FA = 5,6047; p< 0,05, FB = 8,6834; p< 0,05, FAB = 5,6842; p< 0,05. Nilai tersebut dikonsultasikan dengan harga tabel F untuk taraf signifikasi 5 %, dimana untuk dk1 = 1 dan dk2 = 83, nilai F = 3,9200

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan metode demontrasi dan metode diskusi terhadap prestasi belajar siswa.

H1 : Ada pengaruh penggunaan metode demontrasi dan metode diskusi terhadap prestasi belajar siswa.

Dari tabel 4.7, baris 1 (efek utama A/Metode), dapat dilihat bahwa Fobs = 5,6047 > Ftabel = 3,92, sehingga Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar fisika siswa.

Berdasarkan data hasil jumlah rataan AB pada lampiran 26 diperoleh gambaran bahwa pada penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi tanpa memperhatikan tingkat konsep diri siswa diperoleh skor rerata 71,2417 lebih tinggi dari pada penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan metode diskusi yang skor reratanya 59,5260. Dari data ini dapat diketahui bahwa kedua mean berbeda 11,7057 angka. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa ada pengaruh penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi dan metode diskusi terhadap prestasi belajar fisika siswa.

Siswa yang belajar melalui pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode demontrasi memperoleh prestasi belajar fisika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran berbasis masalah dengan metode diskusi. Hal ini dikarenakan melalui pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi siswa lebih mudah memahami konsep ilmu dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi lebih berkembang.

Metode demontrasi adalah cara penyajian pelajaran, dimana bahan pelajaran disajikan dengan jalan ditunjukkan atau memperlihatkan suatu proses dengan prosedur

yang benar, sehingga dapat membantu peserta didik untuk membuktikan atau memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Di dalam demontrasi ini proses belajar mengajar terjadi, interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling membantu dan bertukar informasi dalam memecahkan suatu masalah.

Pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi adalah strategi pembelajaraan yang memberikan kebebasan dan keluasaan kepada siswa untuk bertukar pikiran atau pendapat secara bebas dan menumbuhkan partisipasi aktif dikalangan peserta didik untuk meningkatkan rasa percaya dirinya, keberanian, dan ketrampilan berpikir dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu dalam melakukan penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya.

Dalam memperoleh pemahaman terhadap ilmu, siswa melakukan berbagai cara untuk memperoleh jawaban dari berbagai permasalahan yang ada, baik melalui observasi, eksperimen, dan mencari informasi dari berbagai sumber yang ada sehingga siswa lebih aktif dan guru bukanlah satu-satunya sebagai sumber informasi. Menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi, maka konsep diri siswa lebih jauh berkembang atau meningkat, sehingga prestasi belajar siswa lebih tinggi.

Pernyataan di atas juga di dukung oleh data yang diperlihatkan dalam dokumentasi pada lampiran 28, berupa foto-foto pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Foto 1 dan 2 menunjukkan pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi, sedangkan foto 3 dan 4 memperlihatkan pelaksaaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan metode diskusi.

Tampak foto 1 dua orang siswa yang mewakili salah satu kelompok, sedang mendemontrasikan cara mengukur massa sebuah benda dengan alat ukur neraca lengan..

Dari foto 1, tampak juga dua orang siswa yang duduk di depan sedang mengamati demontrasi siswa. Dari lima orang siswa yang mendemontrasikan tampak seorang siswa yang kurang perhatian, ini menunjukkan salah satu kelemahan metode demontrasi yaitu perlunya pemusatan perhatian siswa, padahal tidak sedikit siswa yang mengabaikan hal ini. Tampak pada foto 2, siswa mencoba untuk mengulang lagi apa yang telah didemontrasikan oleh guru sehingga siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan terlihat siswa tersebut berusaha memberikan pemahaman kepada teman-temannya sehingga hal ini meningkatkan percaya dirinya.

Suasana diskusi seperti dalam foto 3 ini memungkinkan siswa untuk saling mengemukakan pendapatnya masing-masing, akan tetapi siswa kurang diajak terlibat dalam mengalami secara langsung tentang peristiwa permasalahan yang dialaminya. Dalam metode diskusi seperti foto 4 , tampak siswa sangat bersemangat untuk saling bertukar pendapat dalam menggali informasi untuk memecahkan masalah, tetapi juga terlihat salah seorang siswa yang justru berdiri sendirian memisahkan dari kelompoknya, ini membuktikan bahwa dalam metode diskusi perlunya perhatian dan keterlibatan dari semua siswa

Dari dokumentasi foto-foto yang ditampilkan pada lampiran 28 dapat menggambarkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode demontrasi lebih efektif dibandingkan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode diskusi. Hal ini dikarenakan melalui pembelajaran berbasis masalah dengan metode demontrasi pada proses pembelajarannya setelah diberi atau ditunjukkan cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan dunia nyata siswa memperoleh kesempatan mencoba, saling membantu bertukar pendapat secara bebas dan dapat menumbuhkan partisipasi aktif serta perasaan yakin pada kemampuannya

untuk memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga prestasi yang dihasilkan menjadi lebih baik.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Ho : tidak ada pengaruh tingkat konsep diri positif (tinggi) dengan konsep diri negatif (rendah) terhadap prestasi belajar siswa.

H1 : ada pengaruh tingkat konsep diri positif (tinggi) dengan konsep diri negatif (rendah) terhadap prestasi belajar siswa.

Dari tabel 4.7, baris 2 (efek utama B/Konsep diri), dapat dilihat bahwa Fobs = 8,6834 > Ftabel = 3,92, sehingga Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa tingkat konsep diri yang dimiliki siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajarnya.

Untuk mengetahui tingkat konsep diri yang dapat mempengaruhi siswa untuk berprestasi lebih baik, dapat dilihat hasil komparasi ganda antar baris pada tabel 4.7. Hasil yang diperlihatkan adalah Fobs = 12,7171 > DK = 3,92, sehingga Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang konsep dirinya tinggi dan siswa yang konsep dirinya rendah.

Dengan melihat data jumlah rataan AB pada lampiran 26 tampak bahwa siswa yang mempunyai tingkat konsep diri tinggi mempunyai rerata pretasi balajar fisika sebesar 53,0000 lebih tinggi dari pada rerata prestasi belajar fisika pada siswa dengan tingkat kosep diri rendah yaitu 36,7714. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat konsep diri siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika.

Siswa yang tingkat konsep dirinya tinggi cenderung memperoleh hasil prestasi belajar fisika yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat konsep dirinya rendah. Hal ini dimungkinkan siswa yang memiliki tingkat konsep diri tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan

konsep dengan memodifikasikan dalam menghubungkan antara satu dengan yang lain daripada siswa yang tingkat konsep dirinya rendah. Di samping itu siswa yang tingkat konsep dirinya tinggi mampu melihat suatu permasalahan dari berbagai segi atau sudut pandang dan mencari solusi dari ide dan gagasan daripada siswa yang tingkat konsep dirinya rendah.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Ho : tidak ada interaksi antara penggunaan metode demontrasi dan diskusi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri terhadap prestasi belajar siswa.

H1 : ada interaksi antara penggunaan metode demontrasi dan diskusi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri terhadap prestasi belajar siswa.

Dari tabel 4.7 baris 3 (efek interaksi AB) dapat dilihat bahwa Fobs = 5,6842 > Ftabel = 3,92, sehingga Ho ditolak, artinya terdapat interaksi antara pengaruh metode dengan konsep diri terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa metode dan konsep diri yang sesuai, mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Pada hipotesis ketiga ini interaksi metode demontrasi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri tinggi, siswa memperoleh prestasi belajar fisika yang lebih tinggi daripada interaksi demontrasi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri rendah. Interaksi metode demontrasi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri tinggi, siswa memperoleh prestasi belajar fisika yang lebih baik daripada interaksi metode diskusi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri tinggi. Kesimpulan lain bahwa interaksi metode demontrasi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri rendah, siswa memperoleh prestasi belajar fisika yang lebih tinggi daripada interaksi metode diskusi pada pembelajaran berbasis masalah dengan konsep diri rendah.

Konsep diri dapat dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengembangkan konsep dirinya. Guru dapat mengembangkan konsep diri siswa dengan menciptakan kondisi belajar yang baik antara lain dengan tehnik belajar kelompok, penugasan, observasi, dan eksperimen sehingga siswa semakin berkembang, tumbuh keyakinan dan percaya dirinya. Menggunakan pembelajaran dengan metode yang tepat dapat memotivasi dan mengembangkan konsep diri siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Uji Lanjut Anava

Karena seluruh uji hipotesis ditolak yang berarti terdapat pengaruh dan interaksi, maka uji hipotesis dilanjutkan dengan uji lanjut anava, dengan menggunakan uji Schefee’. Uji lanjut ANAVA bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata masing-masing pasangan sel dalam satu baris, perbedaan rerata pasangan sel dalam satu kolom, perbedaan rerata antar baris, dan perbedaan rerata antar kolom. Hasil yang didapatkan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rangkuman uji lanjut ANAVA (Komparasi Ganda)

No Sumber F uji DK Hasil Keputusan Uji

1 F11-21 0.1607 11.45 F uji < DK diterima 2 F12-22 0.7601 11.45 F uji < DK diterima 3 F13-23 11.8813 11.45 F uji > DK ditolak 4 F11-12 8.0928 11.45 F uji < DK diterima 5 F11-13 0.7231 11.45 F uji < DK diterima 6 F12-13 2.4368 11.45 F uji < DK diterima 7 F21-22 3.3959 11.45 F uji < DK diterima 8 F21-23 17.1176 11.45 F uji > DK ditolak 9 F22-23 12.7171 11.45 F uji > DK ditolak

10 F1-2 (baris) 3.3959 6.14 F uji < DK diterima

11 F1-3 (baris) 17.1176 6.14 F uji > DK ditolak

12 F2-3 (baris) 12.7171 6.14 F uji > DK ditolak

13 F1-2 (kolom) 91.8963 3.92 F uji > DK ditolak

1. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya tinggi diberi metode demontrasi ataupun metode diskusi tidak ada perbedaan yang signifikan (berprestasi sama baiknya). 2. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya sedang diberi metode demontrasi

ataupun metode diskusi tidak ada perbedaan yang signifikan (berprestasi sama baiknya).

3. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya rendah terdapat perbedaan prestasi, siswa yang konsep dirinya lemah diberi metode demontrasi prestasinya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang konsep dirinya lemah diberi metode diskusi

4. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya tinggi dan sedang tidak ada perbedaan yang signifikan apabila diberi metode demontrasi (berprestasi sama baiknya).

5. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya tinggi dan rendah tidak ada perbedaan yang signifikan apabila diberi metode demontrasi (berprestasi sama baiknya).

6. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya sedang dan rendah tidak ada perbedaan yang signifikan apabila diberi metode demontrasi (berprestasi sama baiknya).

7. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya tinggi dan sedang tidak ada perbedaan yang signifikan apabila diberi metode diskusi (berprestasi sama baiknya).

8. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya tinggi dan rendah terdapat perbedaan, siswa yang konsep dirinya tinggi prestasinya lebih baik dibandingkan siswa yang konsep dirinya rendah apabila diberi metode diskusi.

9. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya sedang dan rendah terdapat perbedaan, siswa yang konsep dirinya sedang prestasinya lebih baik dibandingkan siswa yang konsep dirinya rendah apabila diberi metode diskusi.

10. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya tinggi dan konsep dirinya sedang, tidak terdapat perbedaan yang signifikan (berprestasi sama baiknya).

11. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya tinggi dan konsep dirinya rendah terdapat perbedaan prestasi, siswa yang konsep dirinya tinggi lebih baik prestasinya dibandingkan siswa yang konsep dirinya rendah

12. Pada kelompok siswa yang konsep dirinya sedang dan konsep dirinya renda terdapat perbedaan prestasi, siswa yang konsep dirinya sedang lebih baik prestasinya dibandingkan siswa yang konsep dirinya rendah.

13. Pada kelompok siswa yang diberi metode demontrasi dan metode diskusi terdapat perbedaan prestasinya, siswa yang diberi metode demontrasi prestasinya lebih baik dibandingkan siswa yang diberi metode diskusi.

Perhitungan yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 26.

Dokumen terkait