• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2 Hasil Pengumpulan Data

Pengumpulan Data

Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983.

No. Data Kode

1.

Empat tahun lamanya

bergelut dengan buku

'tuk jaminan masa depan

(01-JL.1-ASM.81-Kla)

2. Laju sepeda kumbang di jalan berlubang

s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang (02-JL.2-ASM-81-Fra) 3. Jadi guru jujur berbakti memang makan hati (03-JL.2-ASM.81-Fra) 4. Tuhan terlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang

tersisa proklamator tercinta (04-JL.3-ASM.81-Kla)

5. Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra) 6. Bernisan bangga, berkafan doa

dari kami yang merindukan orang sepertimu (06-JL.3-ASM.81-Fra) 7. Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal (07-JL.4-ASM.81-Fra) 8. Dan segumpal harapan

kapankah datang tuan berkantong tebal (08-JL.4-ASM.81-Fra)

9. O Tuhan beri setetes rejeki (09-JL.4-ASM.81-Fra)

10. Dalam hati yang bimbang berdoa berihamba terang jalan anak (10-JL.4-ASM.81-Fra)

11. Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra)

12. Membelah malam mendung yang selalu datang (12-JL.7-ASM.81-Fra) 13. Dengan sorot mata yang keduanya buta (13-JL.7-ASM.81-Fra) 14. Dan burung burung bangkai berdansa senang (14-JL.8-ASM.81-Kla) 15. Di ujung lainya wabah busung menyerang (15-JL.8-ASM.81-Kla)

16. Deting piano kala jemari menari (16-JL.9-ASM.81-Fra)

115

18. Hati kecil berbisik untuk kembali padanya (18-JL.9-ASM.81-Kla) 19. Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata (19-JL.9-ASM.81-Kla) 20. Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi (20-JL.9-ASM.81-Fra)

21. Namun senyummu tetap mengikuti (21-JL.9-ASM.81-Kla)

22. Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Kla) 23. Bermacam suku berbeda bersatu dalam cengkeramanmu (23-JL.10-ASM.81-Kla) 24. Angin genit mengelus merah putihmu (24-JL.10-ASM.81-Fra) 25. Merah membara tertanam wibawa (25-JL.10-ASM.81-Kla) 26. Putihmu suci penuh karisma (26-JL.10-ASM.81-Fra) 27. Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu (27-JL.10-ASM.81-Kla) 28. Terbanglah garudaku singkirkan kutu-kutu di sayapmu (28-JL.10-ASM.81-Kla) 29. Berkibarlah benderaku singkirkan benalu di tiangmu (29-JL.10-ASM.81-Kla)

30. Bukanlah rumus kode buntut (30-JL.10-ASM.81-Fra)

31. Terompet tahun baru menyambutmu (31-JL.1-AP.82-Kla)

32. Tangisan pertamamu ditandai BBM tinggi (32-JL.1-AP.82-Kla) 33. BBM naik tinggi susu tak terbeli (33-JL.1-AP.82-Kla)

34. Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra)

35. Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku (35-JL.1-AP.82-Fra)

36. Doa kami di nadimu (36-JL.1-AP.82-Fra)

37. Tuan yang merasa keranjingan main perempuan hidung belang (37-JL.2-AP.82-Fra) 38. Tak peduli itu istri orang yang penting pedang bisa ngasah (38-JL.2-AP.82-Kla)

116

39. Pedang tajam wanita ditendang (39-JL.2-AP.82-Fra)

40. Tabir gelap yang dulu hinggap (40-JL.3-AP.82-Fra)

41. Apa yang tersembunyi dibalik manis senyummu (41-JL.3-AP.82-Fra) 42. Apa yang tersembunyi dibalik bening dua matamu (42-JL.3-AP.82-Fra) 43. Jalan gelappenuh lubang dan mendaki yang kau pilih (43-JL.3-AP.82-Fra) 44. Tawa kelakar badut-badut serakah tanpa HPH berbuat

semaunya (44-JL.4-AP.82-Fra)

45. Oh jelas kami kecewa

menatap rimba yang dulu perkasa (45-JL.4-AP.82-Fra)

46. Bencana erosi selalu datang menghantui (46-JL.4-AP.82-Kla) 47. Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang (47-JL.5-AP.82-Kla) 48. Pernahkah tuan renungkan harga keringatnya (48-JL.5-AP.82-Fra) 49. Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu (49-JL.5-AP.82-Kla) 50. Inilah manusia

dengan segala macam warna hidupnya (50-JL.5-AP.82-Fra)

51. Namun jangan padam ambisi (51-JL.7-AP.82-Fra)

52. Sinar terang lampu merkuri

pasti akan engkau dapati (52-JL.7-AP.82-Fra)

53. Tak bermata pandang dunia dengan jiwa (53-JL.7-AP.82-Fra)

54. Kala sisa ombak merayap (54-JL.8-AP.82-Kla)

55. Terasa panas menyengat (55-JL.8-AP.82-Kla)

56. Daun kelapa

elok saat melambai (56-JL.8-AP.82-Kla)

57. Tampak ombak kejar-mengejar

menuju karang (57-JL.8-AP.82-Kla)

58. Semilir angin berhembus bawa dendang unggas laut (58-JL.8-AP.82-Kla) 59. Dan tertawa ramah batu batu karang bersahabat (59-JL.8-AP.82-Kla)

117

60. Tak buas lagi ombakmu (60-JL.8-AP.82-Fra)

61. Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan (61-JL.1-AS.83-Kla)

62. Setan-setan politik (62-JL.1-AS.83-Fra)

63. Apakah selamanya politik itu kejam? (63-JL.1-AS.83-Fra) 64. Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam (64-JL.1-AS.83-Fra) 65. Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak (65-JL.1-AS.83-Fra) 66. Jarum jam tak mau menunggu maklum rindu (66-JL.2-AS.83-Kla) 67. Di depan ada polantas

wajahnya begitu buas (67-JL.2-AS.83-Fra)

68. Dengarlah dirahimmu detak jantung benihku yang ku tanam (68-JL.3-AS.83-Kla) 69. Kuharap sirami benihkeikhlasanmu

yang kutabur ditamanmu (69-JL.3-AS.83-Kla)

70. Bentuklah segala warna jiwanya

diantara lingkup manusia (70-JL.3-AS.83-Fra)

71. Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-Fra)

72. Kalungkan tabah kala derita (72-JL.3-AS.83-Fra) 73. Semoga kau tak tuli Tuhan

dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya (73-JL.3-AS.83-Kla) 74. Serdadu boneka yang malang (74-JL.4-AS.83-Fra) 75. Jejak kaki para pengungsi bercengkerama

dengan derita (75-JL.4-AS.83-Kla)

76. Jejak kaki para pengungsi bercerita

pada penguasa (76-JL.4-AS.83-Kla)

77. Tentang harapannya yang mati (77-JL.4-AS.83-Kla)

78. Dengan nafsu yang makin menggila

nuklir pun tercipta (78-JL.4-AS.83-Kla)

79.

Mana mungkin bisa terwujudkan Semua hanya alasan

Semua hanya bohong besar

(79-JL.4-AS.83-Fra)

80. Didalam kelas penuh dengan obrolan

118

81. Dari sana pula aku mulai mengenal seraut lamunan wajah berisi (81-JL.5-AS.83-Kla) 82. Bibir merekah dan merah selalu basah (82-JL.5-AS.83-Kla)

83. Datang mengetuk pintu hatiku (83-JL.5-AS.83-Fra)

84. Keras melebihi gelegar yang ganas menyambar halilintar (84-JL.6-AS.83-Fra) 85.

Mari kita hentikan dansa mereka

dengan memberi pijar matahari

(85-JL.6-AS.83-Fra)

86. Terkurung gedung- gedung tinggi (86-JL.6-AS.83-Fra)

87. Nampak merangkak degup jantung (87-JL.6-AS.83-Fra)

88. Tak sanggup aku melihat

lukamu kawan dicumbu lalat (88-JL.6-AS.83-Kla)

89. Sentuhan angin waktu siang

kibarkan satu kain bendera usang (89-JL.7-AS.83-Fra)

90. Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya (90-JL.7-AS.83-Fra)

91. Harapan tertanam (91-JL.7-AS.83-Kla)

92. Debu yang ada diatas kulit tubuh ini saksi bisu (91-JL.7-AS.83-Kla) 93.

Sahabat terdekat tak pernah terlambat

menampung setiap ungkapan

(93-JL.8-AS.83-Fra)

94. Mendekap semua keluhan (94-JL.8-AS.83-Fra)

95. Menangkapmerebut duka tawa (95-JL.8-AS.83-Fra)

96. Satu cerita dua manusia terlibat dalam amuk asmara (96-JL.8-AS.83-Fra)

97. Sejuta lumba lumba mengawasi cemas (97-JL.9-AS.83-Kla)

98. Risau camar membawa kabar (98-JL.9-AS.83-Kla)

99. Risau camar memberi salam (99-JL.9-AS.83-Kla)

100. Jilat api dan jerit penumpang kapal (100-JL.9-AS.83-Fra) 101. Tampomas hati siapa yang tak panas (101-JL.9-AS.83-Fra)

119

Lampiran 3 Hasil Triangulasi Data

TRIANGULASI DATA

Berikut ini adalah hasil pengumpulan data dan analisis data penelitian tentang “Analisis Metafora dalam Lirik Lagu Iwan Fals pada Album 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley. Data penelitian ini adalah ungkapan metafora berupa frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, sedangkan hasil analisis data penelitian berupa kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metaforanya. Kategori tersebut diperoleh berdasarkan klasifikasi kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora dengan krieteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley. Hasil pengumpulan data dan hasil analisis yang disajikan dibawah ini perlu ditriangulasi oleh ahli atau pakar. Berilah tanda centang (√)

pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil pengumpulan data dan hasil analisis data penelitian ini, kemudian berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisisnya.

No. Data Kode Keterangan Analisis

Triangulator

Keterangan Setuju Tidak

setuju

1. Empat tahun lamanya

bergelut dengan buku

'tuk jaminan masa depan

(01-JL.1-ASM.81-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang bergelut yang diikuti kata

dengan buku menimbulkan makna kias. Lambang kias bergelut

dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya saat mencari ilmu tuk jaminan masa depan. Hal tersebut mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep predikasi bergelut berperan sebagai

(signifier) dihayati penyair sebagai konsep predikasi mencari ilmu (signified).

Dilihat dari lambang kias bergelut yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human karena hakikat kata bergelut adalah bergulat; peluk-memeluk disertai guling-menggulingkan (KBBI, 2007: 349). Dengan demikian, lambang kias bergulat dapat disebut sebagai predikasi dari manusia yang memiliki kesesuaian dengan kategori

human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena

120

itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias

(bergelut) tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

2. Laju sepeda kumbangdi jalan berlubang

s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang

(02-JL.2-ASM-81-Fra) Kata sepeda dan kata kumbang pada ungkapan metaforis sepeda kumbang merupakan ungkapan metafora yang sudah klise atau ungkapan yang sudah sering digunakan sebagai sebutan salah satu jenis sepeda. Dalam KBBI (2007: 1043) dijelaskan sepeda kumbang

merupakan jenis sepeda yang dilengkapai dengan motor, jika motornya mati dapat didayung dengan kaki.

Dalam ungkapan metaforis frasa sepeda kumbang, kata kumbang

digunakan penyair sebagai lambang kias. Lambang kumbang itu dikiaskan penyair sebagai konsep jenis sepeda di jaman jepang . Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep kumbang berperan sebagai (signifier) dihayati sebagai konsep jenis sepeda di jaman jepang berperan sebagai (signified). Dilihat dari lambang kias yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan

animete, karena hakikat kata kumbang dalam KBBI (2007: 612) dijelaskan sebagai konsep serangga besar dan hitam berkilap. Dengan demikian, konsep kumbang inidapat disebut sebagai konsep salah satu jenis binatang (serangga besar) berwarna hitam yang memiliki kesesuaian dengan kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley melipiti contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias (kumbang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

3. Jadi guru jujur berbakti memangmakan hati

(03-JL.2-ASM.81-Fra) Kata makan dan kata hati pada ungkapan metaforis makan hati

merupakan ungkapan metafora yang sudah klise atau sering digunakan sebagai tanda perasaan dari manusia. Pernyataan itu sesuai dengan Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 99) ungkapan

makan hati diartikan sedih dan sakit hati. Dengan demikian, konsep

makan hati dapat disebut sebagai tanda perasaan seseorang yang kecewa atau sakit hati.

121

penyair sebagai konsep perasaan kecewa seorang guru yang jujur dan berbakti. Hal tersebut mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep makan hati dihayatisebagai konsep

perasaan kecewa.

Dilihat dari lambang kias yang digunakan penyair dalam menciptakan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat makan hati disebut sebagai tanda perasaan seseorang. Dengan demikian, konsep makan hati

dapat disebut sebagai konsep perasaan seseorang yang sedang kecewa atau sakit hati dan hal itu hanya bisa dihayati oleh manusia. Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (makan hati) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

4. Tuhan terlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang tersisa proklamator tercinta

(04-JL.3-ASM.81-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, klausa kau panggil merujuk dari subjek Tuhan sebagai lambang kias yang digunakan penyair. Subjek itu dikiaskan penyair sebagai manusia yang memanggil seorang proklamator. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep Tuhan dihayatisebagai konsep

manusia. Di samping itu, keadaan tersebut menggambarkan maksud penyair tentang peristiwa wafatnya seorang proklamator.

Dilihat dari lambang kias Tuhan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat kata Tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai Yang Mahakuasa (KBBI, 2007: 1216). Dengan demikian, konsep Tuhan

dapat disebut sebagaikonsep abstrak yang benar adanya dan keberadaanya itu hanya bisa dihayati dengan keyakinan.

Selain itu, konsep lambang kias tersebut memiliki kesesuaian dalam hireraki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori being yang mencangkup konsep pengalaman hal abstrak yang benar adanya.Oleh

122

karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (Tuhan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

5. Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra) Ungkapan metaforis hujan air mata terdiri dari lambang kias hujan

dan diikuti ungkapan klise air mata yang berarti kesedihan. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang hujan dikiaskan sebagai konsep jumlah banyaknya manusia yang bersedih dari pelosok negeri. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep hujan dihayati sebagai konsep jumlah.

Dilihat dari lambang kias hujan yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan energy, karena hakikat kata hujan adalahtitik-titik air yang banyak berjatuhan dari udara karena proses pendinginan (KBBI, 2007: 409). Dengan demikian, konsep hujan dapat disebut sebagai konsep gerakan titik-titik air yang banyak dari udara ke bumi. Selain itu, konsep lambang ini memiliki keseuaian dengan jenis kategori kategori energy dalam hieraki ruang persepsi model Haley yang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (hujan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

6. Bernisan bangga,berkafan doa

dari kami yang merindukan orang sepertimu

(06-JL.3-ASM.81-Fra) Ungkapan metaforis bernisan bangga dan berkafan doa terdiri darilambang kias bangga dan doa. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang bangga dikiaskan penyair sebagai konsep nisan yang biasa terbuat dari batu, kayu, dll untuk menandai suatu makam, sedangkan konsep doa dikiaskan sebagai konsep kafan (kain putih untuk membungkus mayat). Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep bangga dan doa dihayati sebagai konsep nissan dan kain kafan.

Dilihat dari lambang kias bangga dan doa yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan human, karena hakikat kata bangga adalah besar hati atau merasa gagah karena mempunyai keunggulan (KBBI, 2007:

123

101), sedangkanhakikat kata doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) dari manusia kepada Tuhan (KBBI, 2007: 271). Dengan demikian, konsep bangga dan doa dapat dikatakan sebagai sifat dari manusia yang dapat berbangga dan berdoa. Konsep bangga

dan doa ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga mampu berbangga dan berdoa. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (bangga dan doa) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

7. Terpisah dari ramai berteman

nyamuk nakal

(07-JL.4-ASM.81-Fra) Lambang nyamuk digunakan penyair sebagai lambang kias dalam ungkapan metaforis nyamuk nakal. Dalam ungkapan metaforis ini,lambang nyamuk dikiaskan sebagai konsep PSK atau seseorang yang berprofesi seks komersial Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep nyamuk

dihayati sebagai konsep seorang wanita yang berprofesi sebagai perkerja seks kormersial (PSK).

Dilihat dari lambang kias nyamuk yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan animate, karena hakikat dari kata nyamuk adalah serangga bersayap, yang betina memiliki sepasang sungut yang dipakai sebagai penghisap darah manusia dan binatang (KBBI, 2007: 789). Dengan demikian, lambang nyamuk dapat disebut sebagai konsep dari salah satu jenis binatang dan segala prilakunya. Konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora

animate dalam hierarki ruang persepsi model haley yang memiliki contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya

(nyamuk) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora

animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley. 8. Dan segumpal harapan

kapankah datang tuan berkantong tebal

(08-JL.4-ASM.81-Fra) Ungkapan metafora segumpal harapan terbentuk dari lambang kias

segumpal yang dipakai penyair dalam menciptakan ungkapan metaforanya. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias segumpal

dikiaskan penyair sebagai konsep tentang adanya harapaan yang merupakan hal abstrak. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep

124

dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep segumpal dihayati sebagai konsep adanya harapan.

Dilihat dari lambang kias segumpal yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan object, karena hakikat dari kata segumpal terbentuk dari kata gumpal yang berarti bongkahsifat-sifat dari suatu benda, seperti tanah, darah, awan, dll (KBBI, 2007:374). Dengan demikian, lambang segumpal dapat disebut sebagai konsep sebongkah sifat- sifat dari suatu benda yang dapat pecah. Konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua mineral dan memiliki sifat dapat pecah, rusak dan sejenisnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya

(segumpal) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora

object dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

9. O Tuhan beri setetes rejeki (09-JL.4-ASM.81-Fra) Dalam ungkapan metaforis Frasa ini, lambang setetes terbentuk dari kata dasar tetes seperti zat cair yang bisa menetesdikiaskan sebagai konsep jumlah suatu rejeki. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kudua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep setetes dihayati sebagai konsep jumlah suatu rejeki yang diminta pada Tuhan.

Dilihat dari lambang kias setetes yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan subtance, karena hakikat dari kata setetes terbentuk dari kata tetes yang berarti benda cair (air, dsb) yang jatuh menitik (KBBI, 2007: 1188). Dengan demikian, lambang setetes dapat disebut sebagai konsep predikasi dari benda cair, seperti air, dan zat cair lainya yang bersifat lembam. Konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora subtance dalam hierarki ruang persepsi model Haleyyang ada, membutuhkan ruang, dan bergerak serta bersifat lembam. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (setetes)

tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora subtance

125

10. Dalam hati yang bimbang berdoa beri terang jalan anak hamba

(10-JL.4-ASM.81-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias terang dikiaskan penyair sebagai konsep kemudahan dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep terang dihayati sebgai konsep kemudahan dalam menjalani kehidupan.

Dilihat dari lambang kias terang yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan energy, karena hakikat dari kata terang adalah keadaan yang dapat dilihat, cerah, bersinar. (KBBI, 2007: 1180). Dengan demikian, lambang terang dapat dipahami sebagai konsep hasil dari gerakan cahaya yang menerangi sesuatu. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haleyyang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak.Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (terang) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

11. Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra) Kata iblis digunakan penyair sebagai lambang kias dalam ungkanpan metaforis iblis yang baik hati. Dalam ungkapan metaforis ini,lambang iblis dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang mempunyai sifat baik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep iblis dihayati sebagai konsep

manusia.

Dilihat dari lambang kias iblis yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat dari kata iblis adalah makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan (KBBI, 2007: 415). Dengan demikian, lambang iblis dapat disebut sebagi konsep abstrak yang keberadaanya benar-benar ada. Di samping itu, memiliki sifat jahat, seperti setan atau roh jahat yang tidak berwujud secara nyata. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalan hierarki ruang persepsi model Haleyyang mencangkup konsep abstrak dan

126

keberadaanya benar-benar ada. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (iblis) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.

12. Membelah malammendung yang selalu datang

(12-JL.7-ASM.81-Fra) Kata malam digunakan penyair sebagai lambang kias dalam ungkanpan metaforis membelah malam. Dalam ungkapan metaforis ini,lambang malam dikiaskan penyair sebagai suatu konsep benda yang dapat dibelah menjadi beberapa bagian. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata- kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep malam dihayati sebagai suatu benda yang dapat dibelah menjadi beberapa bagian.

Dilihat dari lambang kias malam yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan being, karena hakikat dari kata malam adalah waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit (KBBI, 2007: 705). Dengan demikian, lambang malam dapat disebut sebagai konsep tanda suatu waktu untuk menandai keadaan sudah mulai gelap. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam hieraki ruang persepsi model Haley yang mencangkup konsep abstrak dan keberadaanya benar-benar ada. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (malam) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori

Dokumen terkait