• Tidak ada hasil yang ditemukan

KPS Keterampilan

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

H. Teknik Pengolahan Data

I. Teknik Analisis Data

1. Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil perhitungan pretest pada kelompok kontrol yang terdiri dari 26 siswa dan kelompok eksperimen yang terdiri dari 29 siswa yang dijadikan sampel diperoleh data yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.1

Tabel 4.1

Tabel Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen No. Kelas Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Fi % Fi % 1 10 – 21 2 7,7% 4 13,79% 2 22 – 33 3 11,6% 9 31,03% 3 34 – 45 9 34,6% 8 27,6% 4 46 – 57 2 7,7% 3 10,34% 5 58 – 69 5 19,2% 3 10,34% 6 70 – 81 5 19,2% 2 6,9% Jumlah 26 100% 29 100%

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui nilai atau skor terendah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat pada interval yang sama, yaitu interval 10-21 kelompok kontrol sebanyak 2 orang atau sebesar 7,7% sedangkan pada kelompok eksperimen sebanyak 4 orang atau sebesar 13,79%. Adapun perolehan nilai tertinggi berada pada interval 70-81 dengan jumlah siswa pada kelompok kontrol sebanyak 5 orang atau sebesar 19,2% dan kelompok eksperimen 2 orang atau sebesar 6,9%. Adapun nilai dengan jumlah siswa terbanyak untuk kelas kontrol terdapat pada interval 34-45 sebanyak 9 orang atau sebesar 34,6%, sedangkan untuk kelas eksperimen jumlah siswa terbanyak terdapat pada interval 22-33 sebanyak 9 orang atau sebesar 31,03%.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kemampuan awal siswa, Tabel 4.2 memperlihatkan data hasil tes sebelum dilakukan perlakuan (pretest) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berupa nilai terbesar, nilai terkecil, rata-rata, nilai tengah, nilai terbanyak yang diperoleh siswa, dan standar deviasi.

1

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Pretest Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Nilai Tertinggi 80 80 Nilai Terendah 10 25 Mean 48,15 48,81 Median 44,17 46,37 Modus 39,04 42,83 Standar Deviasi 19,72 14,37 2. Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Dari hasil perhitungan posttest kelompok kontrol yang terdiri dari 26 siswa dan kelompok eksperimen yang terdiri dari 29 siswa, diperoleh data dalam bentuk diagram batang yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.2

Tabel 4.3

Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

No. Kelas Frekuensi Kontrol Frekuensi Eksperimen

Fi % fi % 1 30 – 41 3 11,5% 2 6,9% 2 42 – 53 8 30,8% 2 6,9% 3 54 – 65 4 15,4% 3 10,3% 4 66 – 77 4 15,4% 5 17,2% 5 78 – 89 3 11,5% 10 34,5% 6 90 – 101 4 15,4% 7 24,2% Jumlah 26 100% 29 100%

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat diketahui nilai/skor tertinggi terdapat pada interval 90-101 yaitu sebanyak 4 orang pada kelas kontrol atau sebesar 15,4% dan 7 orang pada kelas eksperimen atau sebesar 24,2%. Nilai terendah terdapat pada interval 30-41, dengan jumlah siswa sebanyak 3 orang pada kelas kontrol atau sebesar 11,5% dan 2 orang pada kelas eksperimen atau sebesar 6,9%. Adapun nilai dengan jumlah siswa terbanyak untuk kelas kontrol terdapat pada interval 42-53 sebanyak 8 orang atau sebesar 30,8%, sedangkan untuk kelas

2

eksperimen jumlah siswa terbanyak terdapat pada interval 78-89 sebanyak 10 orang atau sebesar 34,5%.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data hasil tes sesudah dilakukan perlakuan (posttest) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen yaitu berupa nilai terbesar, nilai terkecil, rata-rata, nilai tengah, nilai terbanyak yang diperoleh siswa, dan standar deviasi disajikan datanya pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Posttest

Data Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Nilai Tertinggi 100 100 Nilai Terendah 30 40 Mean 63,19 77,17 Median 59,5 81,25 Modus 48,17 85,37 Standar Deviasi 20,01 16,47 3. Hasil Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar

Hasil analisis data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest merupakan uji prasyarat dan uji hipotesis, dianalisis untuk kemudian dilakukan pengujian hipotesisnya. Berikut ini adalah analisis data yang meliputi uji prasyarat (normalitas dan homogenitas) serta uji hipotesisnya.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai pretest dan posttest kelas kontrol dan data nilai pretest dan posttest kelas eksperimen. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus Chi Square pada taraf signifikan (α) = 5% = 0,05. Kriterianya Jika (x²)hitung (x²)table , artinya distribusi data tidak normal, jika (x²)hitung < (x²)table , artinya distribusi data normal.

Hasil pengujian normalitas pretst dan posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.3

3

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Statistik Kontrol Eksperimen

Pretest Posttest Pretest Posttest

N 26 26 29 29 X 48,15 63,19 48,81 77,17 S 19,71 20,01 14,37 16,47 2hitung 7,483 6,905 4,116 7,358 2tabel 7,815 7,815 7,815 7,815 Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Dari Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa data hasil pretest dan posttest kedua kelompok berdistribusi normal karena memenuhi kriteria (x²)hitung < (x²)tabel. b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas diperlukan sebagai uji prasyarat analisis statistik terhadap kedua data nilai pretest dan posttest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji Fisher (F) yang disajikan Tabel 4.6.4

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Statistik Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

S2 388,79 206,65 400,541 271,505

Fhitung 1,881 1,475

Ftabel 2,161 2,161

Kesimpulan Homogen Homogen

Dari Tabel 4.6 untuk data pretest didapat Fhitung = 1,881 dan data posttest didapat Fhitung = 1,475, Ftabel untuk kedua data tersebut adalah 2,161. Karena data Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar dari kedua sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.

4

c. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, diperoleh kedua data pretest dan posttest berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis untuk mengetahui bagaimana penguasaan konsep siswa menggunakan pendekatan KPS dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t dengan kriteria pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.5

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperiman

Statistik Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

N 26 29 26 29

X 48,15 48,81 63,19 77,17

S2 388,79 206,65 400,541 271,505

Fhitung 0,180 2,839

Ftabel 2,005 2,005

Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan/Tidak

berpengaruh

Terdapat

perbedaan/Berpengaruh

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai pretest thitung < ttabel yaitu diperoleh 0,180 untuk thitung dan 2,005 untuk ttabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara hasil pretest kelas IV Syarid sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV Muhiq sebagai kelas kontrol. Pada uji hipotesis posttest tampak bahwa nilai kedua kelompok setelah diberi perlakuan berbeda menghasilkan thitung > ttabel yaitu 2,839 untuk thitung dan 2,005 untuk ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan KPS memberikan pengaruh terhadap penguasaan konsep siswa pada konsep/materi bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya.

5

B.Pembahasan

Pada hasil pretest dapat dilihat bahwa nilai terendah yang diperoleh kelompok kontrol 10 dan kelompok eksperimen 25. Sedangkan perolehan nilai tertinggi pada kedua kelompok adalah 80, ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa di kedua kelompok hampir setara. Nilai rata-rata pretest pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Ini berarti lebih banyak siswa dikelompok eksperimen yang memperoleh nilai mendekati nilai tertinggi dibandingkan kelompok kontrol. Kemungkinan ini disebabkan siswa dikelompok eksperimen lebih teliti dalam menjawab soal-soal pretest.

Setelah dilakukan penelitian, maka didapatkan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS) lebih tinggi dari pada yang menggunakan pendekatan scientific dengan perbedaan yang signifikan, yaitu dapat dilihat dari nilai posttest yang diperoleh kedua kelompok, nilai tertinggi yang diperoleh kedua kelompok mencapai nilai 100 yang berada pada interval 90-101, namun perolehan nilai ini dicapai dengan frekuensi yang berbeda, pada kelompok eksperimen siswa yang mendapatkan nilai 100 terdiri dari 7 orang dan di kelompok kontrol terdiri dari 4 orang. Nilai rata-rata kedua kelompok pun berbeda, kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Nilai rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 77,17 sedangkan kelompok kontrol memperoleh nilai rata-rata 63,19.

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar kelas IV Muhiq sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan KPS lebih baik dari pada kelas IV Syarid sebagai kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan scientific. Data yang menunjukkan hal ini adalah perolehan nilai dengan rata-rata nilai pretest 48,15 untuk kelas IV Syarid dan 48,81 untuk kelas IV Muhiq, dengan selisih 0,63. Kemudian meningkat selisihnya pada nilai rata-rata posttest sebesar 13,98.

Dalam pendekatan KPS terdapat 10 langkah yaitu observasi, klasifikasi, prediksi, interpretasi, mengajukan pertanyaan, membuat hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, dan komunikasi. Sedangkan dalam pendekatan scientific memiliki 5 langkah dari pendekatan KPS

yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 langkah-langkah Pendekatan KPS dan scientific

Kedua pendekatan ini sebenarnya tergolong sama karena pendekatan scientific yang terdapat dalam Kurikulum 2013 merupakan reduksi dari pendekatan Keterampilan Proses Sains seperti yang dilihat pada gambar 4.1 diatas, keduanya sama-sama menerapkan kegiatan eksperimen dengan melakukan kegiatan ini dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa sangat antusias dalam melakukan proses pembelajaran hal ini dikarenakan pembelajaran eksperimen yang sebelumnya jarang dilakukan oleh siswa.

Namun mengapa didapatkan hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol? Menurut peniliti hal tersebut dikarenakan penggunaan pendekatan KPS lebih baik karena siswa mendapatkan informasi secara detail dan jelas. Sedangkan dengan pendekatan scientific perolehan informasi siswa terbatas atau tidak secara detail. Walaupun begitu, efisiensi waktu yang di gunakan dalam pendekatan scientific menjadi sesuatu yang memberikan nilai lebih terhadap kelompok kontrol. Sehingga siswa memiliki banyak waktu dalam melakukan langkah–langkah pendekatan scientific dan hasilnya siswa mampu menguasai seluruh proses yang ada dalam pendekatan scientific.

Dengan menerapkan pendekatan KPS pada pembelajaran IPA, permasalahan yang kendati ditemukan oleh peneliti didalam kelas telah teratasi. Keberhasilan

Mengamati Menanya Menalar Mencoba Komunikasi Klasifikasi Prediksi Membuat hipotesis Merencanakan percobaan Menerapkan konsep Interpretasi

penggunaan pendekatan KPS dalam pembelajaran IPA ini tidak hanya terlihat dari segi penguasaan konsep siswa yang meningkat, namun juga terlihat dalam proses pembelajarannya. Siswa kelas IV Muhiq yang merupakan kelompok eksperimen aktif dalam mengikuti pembelajaran, siswa terlibat langsung dalam pembelajaran karena penggunaan pendekatan KPS melalui 10 langkah didalamnya diterapkan secara berkelompok, keaktifan siswa tampak pada saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

Dengan belajar menggunakan pendekatan KPS secara berkelompok, siswa dapat berinteraksi dengan siswa yang lain dalam proses diskusi dan sebagainya. Pembelajaran yang dilakukan juga mengajari siswa menjadi pendengar yang baik, berdiskusi dan menghargai pendapat yang lain. Hal ini dapat berdampak positif terhadap hasil belajar siswa serta penguasaan konsep IPA siswa. Keberhasilan ini tercapai karena adanya hubungan antar personil yang saling mendukung, saling membantu, saling menghargai dan peduli antara siswa yang satu dengan siswa lain dalam kelompoknya. Secara umum terjadinya hasil belajar dan pencapaian tingkat berpikir siswa dimungkinkan karena dalam pembelajaran dikembangkan keterampilan siswa dalam bekerja sama, berinteraksi dari latar belakang, serta cara berpikir yang berbeda untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan secara bersama, sehingga dapat membangun motivasi belajar pada siswa dan akhirnya mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh serta penguasaan konsep IPA yang baik.

Jadi, dari dua pendekatan tersebut memiliki berbagai macam kelebihan dan kekurangan. Namun, secara karakteristik pembelajaran pendekatan scientific jelas lebih baik dan efisien. Namun, siswa juga memerlukan tambahan informasi yang lebih detail terhadap materi yang di ajarkan dan hal tersebut di dapatkan melalui pendekatan KPS, karena memiliki sepuluh langkah yang dapat memberikan informasi secara mendetail. Hanya saja siswa juga di tuntut lebih keras untuk mengikuti langkah–langkah dalam pendekatan KPS yang cenderung lebih banyak dan sangat tidak efisien dalam segi waktu, sehingga terkadang siswa mencapai titik bosan dalam melakukan pembelajaran.

Adapun berdasarkan hasil analisis data nilai posttest dengan menggunakan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu sebesar 2,839 pada taraf signifikasi 5%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan KPS berpengaruh dari segi hasil belajar yang menggambarkan penguasaan konsep siswa.

54 BAB V