A. Keadaan Umum
7 Hasil produksi belum optimal
Produksi hasil olahan ikan balita di UD. Suhada masih belum optimal dibandingkan dengan potensi perikanan yang dimiliki wilayah sekitar usaha. Sesuai dengan target perusahaan yang bertujuan untuk memproduksi hasil olahan sampai pada 20 ton/bulan dari potensi 363 ton/bulan.
8. Penggunaan teknologi
Penggunaan teknologi yang digunakan untuk usaha ikan balita di UD. Suhada masih tergolong sederhana, khususnya pengolahan ikan balita untuk dijadikan produk ikan balita goreng dalam kemasan. Dengan menggunakan teknologi mesin yang canggih akan memberikan pengaruh terhadap kualiats dan kuantitas produk yang dihasilkan.
c. Peluang
1.Sumber daya alam
Kecamatan Karangtengah dengan luas wilayah 4.618 Ha, merupakan salah satu kecamatan dari 32 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan Karangtengah
terletak pada ketinggian 255 m dari permukaan laut (dpl), memilki curah hujan yang cukup banyak setiap tahunnya yaitu 4.680 mm, sehingga secara geografis Kecamatan Karangtengah merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cianjur yang berpotensi dalam pengembangan usaha budi daya ikan air tawar serta produk olahannya. Berdasarkan data dari PPK di Kecamatan Karangtengah ada 252 Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang menghasilkan benih ikan mas, ikan nila dan ikan lele (Dinas Peternakan, Perikanan & Kelautan Kabupaten Cianjur 2011).
2. Kemajuan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi pada saat ini sangat pesat, dalam berbagai bentuk penyampaian informasi. Penyajian informasi juga dapat memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan dan perkembangan usaha. Hal ini dapat dilihat dibeberapa jejaring sosial di internet yang memanfaatkan teknologi informasi tersebut dalam hal mempromosikan produk bahkan sampai ke tahap pembelian secara on-line.
3. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam pengadaan bantuan kepada pengusaha industri kecil menengah menjadikan peluang bagi pengembangan usaha pengolahan ikan balita di UD. Suhada. Kebijakan pemerintah (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dalam membuat program Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) bagi seluruh masyarakat, juga telah membantu dalam hal pencitraan produk perikanan sebagai makanan konsumsi yang memiliki beberapa manfaat, salah satunya sebagai sumber protein yang baik bagi kesehatan.
4. Potensi variasi produk
Segmentasi pasar yang masih sangat luas untuk mengembangkan produk olahan ikan balita menjadikan peluang usaha yang menguntungkan. Dengan melihat pasar untuk kebutuhan konsumsi anak-anak sebagai camilan (makanan ringan)
yang sehat, sehingga masih dibutuhkan variasi produk yang lebih inovatif sesuai dengan kebutuhan pasar.
5. Peningkatan permintaan ikan balita
Kebutuhan akan ikan balita masih tinggi, hal ini disebabkan karena bahan baku ikan balita tidak hanya untuk dikonsumsi langsung. Akan tetapi, ikan balita juga digunakan sebagai benih untuk pembesaran juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan hias. 6. Kondisi pasar terbuka
Konsumen ikan balita yang masih berada di wiliayah Jabodetabek dan wilayah Jawa Barat masih memungkinkan untuk memasarkan produk ke wilayah lainnya. Masih terdapat beberapa wilayah yang membutuhkan bahan baku ikan balita, baik dikonsumsi secara langsung maupun untuk digunakan sebagai pembesaran serta pakan ikan hias.
d. Ancaman
1. Kenaikan harga BBM
Saluran distribusi pemasaran yang baik merupakan salah satu faktor dalam keberlangsungan usaha ikan balita di UD. Suhada, sehingga sarana dan prasarana transportasi sangat dibutuhkan. Kenaikan akan biaya bahan bakar alat transportasi dapat mempengaruhi usaha ikan balita di UD. Suhada terutama harga produk ikan balita.
2. Fluktuasi harga benih ikan
Harga benih ikan untuk bahan baku ikan balita spenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi UD. Suhada sebagai pengumpul dan pengolah ikan balita masih sangat lemah dalam penetapan harga.
3. Produksi sejenis dari wilayah lain
Bahan baku yang dibutuhkan ikan balita sangat beraneka ragam, yang dimaksud ikan balita adalah dalam segi ukuran, yaitu 3-5 cm, sehingga kebutuhan akan bahan baku juga beragam. Di beberapa wilayah di Indonesia memiliki beragam ikan yang
berukuran kecil (ikan balita), contohnya di Singkarak, Sumatera Barat, terkenal dengan produk olahan ikan Bilih (ikan berukuran kecil).
4. Isu penyakit ikan
Salah satu penyebab utama kegagalan usaha ikan balita adalah gangguan terhadap kelangsungan hidup ikan yang berupa serangan hama dan penyakit. Ikan balita jenis ikan mas lebih mudah terserang penyakit karena fisiknya lebih lemah. Sementara ikan nila termasuk ikan yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, karena memiliki fisik yang relatif kuat. Namun demikian bukan berarti ikan nila sepenuhnya terbebas dari ancaman serangan hama dan penyakit.
5. Perubahan kultur masyarakat
Perubahan kultur masyarakat merupakan ancaman dalam perikanan, terutama pada budidaya sebagai rantai pasokan bahan baku ikan balita. Semakin berkurangnya minta masyarakat untuk menenkuni usaha perikanan budidaya, lahan perikanan budidaya yang beralih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana lainnya.
2. Tahap Masukan
Tahap masukan adalah tahapan pertama dalam perumusan strategi. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam perusahaan dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE dan matriks EFE.
a. Analisis Matriks IFE
Faktor yang dianalisis dalam matriks ini adalah faktor-faktor strategis internal perusahaan. Faktor-faktor strategis ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekutan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor-faktor
strategis internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi.(Tabel 11).
Tabel 11. Faktor Strategik Internal Usaha Ikan Balita UD. Suhada
No. Faktor Internal Bobot
(a) Rating (b) Nilai (axb) Kekuatan :
1 Mutu benih ikan lebih baik 0,069 3,333 0,231
2 Penanganan pasca panen yang cepat 0,072 3,667 0,265 3 Kebutuhan tenaga kerja yang
mudah 0,058 3,667 0,214
4 Promosi 0,051 4,000 0,206
5 Memiliki jaringan pemasok bahan
baku 0,074 3,667 0,270
6 Komunikasi dalam pekerjaan 0,068 3,333 0,227
7 Lokasi usaha strategik 0,071 3,333 0,236
8 Saluran distribusi pemasaran 0,067 3,333 0,222 Kelemahan :
1 Manajemen kontrol mutu 0,060 1,667 0,100
2 Variasi produk 0,053 1,667 0,089
3 Pencatatan data keuangan 0,060 1,333 0,081
4 Kekurangan modal 0,063 1,667 0,104
5 Keadaan SDM 0,058 1,333 0,078
6 Lahan produksi 0,058 2,000 0,115
7 Hasil produksi belum optimal 0,055 2,000 0,110
8 Penggunaan teknologi 0,063 1,667 0,104
Jumlah 1,000 2,651
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa faktor memiliki jaringan pemasok bahan baku diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan produksi (skor 0,270). Faktor tersebut berkaitan dengan faktor penanganan pasca panen yang cepat (skor 0,265) dalam pelaksanaan produksi, sehingga bahan baku yang diterima dari pemasok dapat dikelola dengan baik. Lokasi usaha yang strategik (skor 0,236) yang dimiliki UD. Suhada merupakan faktor yang berpengaruh dalam keberlangsungan usaha ikan balita, lokasi usaha yang dekat dengan faktor produksi (bahan baku). Untuk memperoleh produk yang berkualitas maka faktor mutu benih ikan yang lebih baik (skor 0,231) sangat berpengaruh dalam pengembangan usaha. Dalam menjalankan usaha ikan balita ini juga memperhatikan faktor komunikasi dalam
pekerjaan (skor 0,227) yang menjadi kekuatan dalam penyampaian tugas pokok dan fungsi dalam bekerja. Usaha ikan balita di UD.Suhada telah menjalin hubunganyang baik ke para distributor, sehingga saluran distibusi untuk memasarkan hasil usaha ikan balita tidak mengalami hambatan, bahkan menjadi kekuatan bagi perusahaan (skor 0,222).
Faktor kelemahan utama dalam pengembangan usaha adalah lahan produksi (skor 0,115) yang masih kurang memadai sehingga masih memerlukan perluasan lahan dalam hal tempat penampungan benih ikan balita serta tempat pengolahan benih ikan balita. Dengan lahan yang masih kurang memadai sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi yang belum optimal (skor 0,110). Faktor yang menjadi kelemahan dalam pengembangan ikan balita di UD.Suhada adalah faktor kekurangan modal (skor 0,104), sehingga UD.Suhada belum mampu mengoptimalkan potensi yang tersedia. Penggunaan teknologi (skor 0,104) yang masih sederhana juga merupakan faktor kelemahan dalam menentukan kualitas dan kuantitas produk ikan balita di UD. Suhada. Dibutuhkannya bagian management quality control (skor 0,100) dalam usaha ikan balita di UD.Suhada, karena hal ini merupakan salah satu faktor paling penting dalam pengembangan usaha. UD.Suhada juga memiliki variasi produk (skor 0,089) yang masih belum cukup beragam, sehingga faktor ini menjadi salah satu kelemahan dalam memberikan penawaran produk kepada konsumen. Dalam keberlangsungan usaha ikan balita di UD.Suhada, pencatatan data keuangan yang belum optimal (skor 0,081) , karena kurangnya SDM yang dimiliki (skor 0,078), sehingga menjadi salah satu faktor kelemahan perusahaan.
Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total skor nilai sebesar 2,651 (Tabel 10). Nilai ini berada di atas nilai rata-rata sebesar 2,500 yang menunjukkan posisi internal perusahaan yang cukup kuat, dimana perusahaan memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal ( David, 2004).
b. Analisis Matriks EFE
Faktor yang dianalisis dengan matriks EFE adalah faktor-faktor strategis eksternal perusahaan. Faktor-faktor stretegis ini merupakan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang unit usaha. Hasil identifikasi peluang dan ancaman dimasukkan sebagai faktor-faktor strategis eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi. Seperti dimuat pada Tabel 12.
Tabel 12. Faktor Strategis Eksternal Usaha Ikan Balita UD. Suhada
No. Faktor Eksternal Bobot
(a) Rating (b) Nilai (axb) Peluang : 1 Sumberdaya alam 0,094 3,333 0,313
2 Kemajuan teknologi informasi 0,080 3,667 0,294
3 Kebijakan pemerintah 0,092 3,667 0,339
4 Potensi variasi produk 0,077 4,000 0,309
5 Peningkatan permintaan ikan balita 0,108 3,333 0,359
6 Kondisi pasar terbuka 0,094 3,333 0,313
Ancaman :
1 Kenaikan harga BBM 0,073 2,000 0,145
2 Fluktuasi harga benih ikan 0,114 2,000 0,227 3 Produksi sejenis dari wilayah lain 0,092 1,667 0,154
4 Isu penyakit ikan 0,077 1,333 0,103
5 Perubahan kultur masyarakat 0,098 1,333 0,131
Jumlah 1,000 2,688
Berdasarkan Tabel 12 maka peluang utamayang diakui dalam pengembangan usaha adalah peningkatan permintaan ikan balita (skor 0,359), permintaan akan produk ikan balita semakin meningkat setiap tahunnya yang memberikan dampak yang baik bagi usaha ikan balita di UD.Suhada. Hal tersebut sesuai dengan adanya kebijakan pemerintah (skor 0,339) tentang program Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan), himbauan tersebut menjadikan peluang bagi usaha ikan balita. Faktor yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan usaha ikan balita adalah tersedianya sumberdaya alam (skor 0,313) yang berada disekitar tempat usaha, di wilayah kabupaten Cianjur yang memiliki potensi minapadi cukup besar, sebagai bahan
baku ikan balita. Dengan memiliki sumberdaya yang melimpah, maka peluang untuk memperluas pasar yang masih terbuka (skor 0,313) di wilayah lainnya, dimana produk ikan balita belum dikomersialisasikan, menjadikan peluang bagi usaha ikan balita di UD. Suhada. Segementasi pasar juga memberikan peluang untuk menjadikan produk ikan balita ini untuk membuat variasi produk yang beragam (skor 0,309). Salah satu strategi pemasaran adalah promosi, agar produk dapat diketahui oleh konsumen. Dengan bertambah pesatnya peningkatan penggunaan tekhnologi informasi (skor 0,294), hal tersebut dapat dilihat pada jejaring sosial yang ada di media internet.
Ancaman utama dalam pengembangan usaha ikan balita di UD.Suhada adalah fluktuasi harga benih ikan (skor 0,227), hal ini sangat sulit diantispasi karena yang menentukan harga adalah pasar. Ancaman tersebut dapat mempengaruhi harga jual produk ikan balita di UD.Suhada. Faktor produk sejenis di wilayah lain (skor 0,154) juga dapat menjadi ancaman bagi produk ikan balita di UD.Suhada,karena akan menjadi alternatif konsumen jika harga produk ikan balita di UD.Suhada cukup tinggi. Pengaruh meningkatnya harga bahan bakar (skor 0,145) sebagai faktor penunjang distribusi produk dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Ancaman berikutnya adalah isu penyakit ikan (skor 0,103) yang merupakan ancaman terendah dari hasil analisis, hal ini disebabkan karena ancaman tersebut masih berada di lingkungan pembudidaya ikan sebagai bahan baku ikan balita.
3. Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan merupakan tahapan kedua setelah tahapan masukan dalam perumusan strategi. Tahap ini bertujuan untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam perusahaan dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IE dan matriks SWOT.
4.000 3.000 1.000 3.000 2.651 2.000 1.000 VII Pertumbuhan VIII Pertumbuhan IX Likuidasi Tinggi Rataan Rendah I Pertumbuhan II Pertumbuhan IV Stabilitas V 2.688
Kuat Rataan Lemah
III Penciutan Pertumbuhan/ Stabilitas IV Penciutan Total Skor IFE
To ta l S k o r EF E a. Analisis Matriks IE
Penentuan posisi strategi pada matriks IE didasarkan pada hasil total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE pada sumbu y (David 2004). Nilai IFE yang diperoleh dari usaha ikan balita di UD.Suhada sebesar 2.651 dan nilai EFE sebesar 2.688. Nilai tersebut dapat dipetakan seperti dalam Gambar 6.
Gambar 6. Matriks IE Strategis Usaha Ikan Balita di UD. Suhada
Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis IE yang menghasilkan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam pemilihan alternatif strategis. Dalam hal ini, pemeteaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam usaha ikan balita di UD.Suhada. Total nilai pada matriks internal 2,688, maka usaha ikan balita di UD.Suhada tergolang sedang atau rataan. Sedangkan total nilai pada matriks eksternal 2,651, memeperlihatkan respon yang diberikan oleh usaha ikan balita UD.Suhada kepada lingkunga eksternal tergolong sedang atau rataan.
Perpaduan dari kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa strategi utama bagi pengembangan usaha terletak pada sel V (lima). Sel V dikelompokkan dalam strategi pertumbuhan melalui konsentrasi integrasi vertikal, dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih
fungsi distributor). Agar dapat meninkatkan kekuatan bisnisnya maka harus dilaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasional yang tidak efisien untuk mengontrol mutu dan distribusi produk. Integrasi vertikal dapat dicapai baik melalui sumberdaya internal maupun eksternal. Usaha ikan balita di UD.Suhada dapat mengembangkan usahanya dengan cara perluasan usaha, mengembangkan produk yang bervariasi, menambah mutu produk dengan menggunakan teknologi yang lebih modern, memperluas wilayah pasar dan memperluas segmentasi pasar.
b. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Oppotunities and Threats) Penyusunan alternatif strategi pengembangan usaha ikan balita di UD. Suhada dapat dirumuskan berdasarkan analisis matriks SWOT. Penyusunan formulasi strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil formulasi dikelompokkan menjadi empat kelompok formulasi strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan – Peluang (S – O), strategi Kekuatan – Ancaman (S – T), strategi Kelemahan – Peluang (W – O), dan stretegi Kelemahan – Ancaman (W – T).
1. Strategi S – O
Strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada, melalui beberapa strategi berikut :
a. Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha ikan balita dalam memanfaatkan permintaan ikan balita yang semakin meningkat.
b. Menciptakan variasi produk yang beragam dengan tetap mempertahankan mutu ikan balita.
c. Memanfaatkan tekhnologi informasi dalam mempromosikan produk ikan balita.
2. Strategi S – T
Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman, dengan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai berikut :
a. Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga
b. Memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran
c. Bekerjasama dengan pihak peneliti dalam mengembangkan mutu produk ikan balita guna menghadapi persaingan usaha. 3. Strategi W – O
Strategi ini dilakukan dengan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Dalam hal ini unit usaha sebaiknya tetap berproduksi dengan keuntungan, dengan menggunakan strategi berikut :
a. Memanfaatkan kemajuan tekhnologi informasi dalam menggunakan lahan yang terbatas.
b. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha.
c. Memanfaatkan tekhnologi informasi dalam mencari informasi tentang peralatan maupun perlengkapan usaha yang lebih canggih (modern) untuk mengoptimalkan produksi.
4. Strategi W – T
Strategi ini bersifat bertahan, sehingga ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman melalui beberapa strategi berikut :
a. Mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki dalam mengatasi persaingan usaha.
b. Mempertahankan mutu produk dalam menghadapi persaingan usaha.
c. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia melalui pelatihan dan magang.
Tabel 12. Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1.Mutu benih ikan lebih baik
2.Penanganan pasca panen yang cepat 3.Kebutuhan tenaga kerja yang mudah 4.Promosi
5.Memiliki jaringan pemasok bahan baku
6.Komunikasi dalam pekerjaan 7.Lokasi usaha strategik 8.Saluran distribusi pemasaran
1.Manajemen kontrol mutu 2.Variasi produk
3.Pencatatan data keuangan 4.Kekurangan modal 5.Keadaan SDM 6.Lahan produksi
7.Hasil produksi belum optimal 8.Penggunaan teknologi
Peluang (O) Strategi SO (agresif) Strategi WO (diversifikasi)
1.Sumber daya alam 2.Kemajuan teknologi
informasi
3.Kebijakan pemerintah 4.Potensi variasi produk 5.Peningkatan permintaan
ikan balita
6.Kondisi pasar terbuka
1.Meningkatkan produksi dan
produktivitas usaha ikan balita dalam memanfaatkan permintaan ikan balita yang semakin meningkat.
(S2,S5,S7,O1,O2,O3,O4,O5,O6) 2.Menciptakan variasi produk yang
beragam dengan tetap
mempertahankan mutu ikan balita. (S1,S2,S7,O1,O4,O5,O6)
3.Memanfaatkan tekhnologi informasi dalam mempromosikan produk ikan balita.
(S4,S8,O1,O2,O3,O4,O5,O6)
1.Memanfaatkan kemajuan tekhnologi informasi dalam menggunakan lahan yang terbatas.
(W6,W8,O2,O3,O6) 2.Meningkatkan kemampuan
SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha.
(W1,W4,W5,O3,O6) 3.Memanfaatkan tekhnologi
informasi dalam mencari informasi tentang peralatan maupun perlengkapan usaha yang lebih modern.
(W7,W8,O2,O6)
Ancaman (T) Strategi ST (diferensiasi) Strategi WT (defensif)
1.Kenaikan harga BBM 2.Fluktuasi harga benih
ikan
3.Produksi sejenis dari wilayah lain
4.Isu penyakit ikan 5.Perubahan kultur
masyarakat
1.Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga. (S5,S8,T1,T2)
2.Memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran
(S5,S8,T2,T3)
3.Bekerjasama dengan pihak peneliti dalam mengembangkan mutu produk ikan balita guna menghadapi
persaingan usaha. (S1,T1,T2,T3)
1.Mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki dalam
mengatasi persaingan usaha. (W5,W6,W7,T2,T3) 2.Mempertahankan mutu
produk dalam menghadapi persaingan usaha.
(W1,W2,T3)
3.Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang.
(W3,W5,T3)
4. Tahap Keputusan (The Decision Stage)
Tahapan terakhir dari penyusunan strategi yaitu menentukan aternatif strategi yang paling baik atau strategi yang mempunyai prioritas telebih dahulu untuk dijalankan oleh perusahaan dengan menggunakan QSPM . Strategi yang terpilih untuk diimplementasikan adalah
berdasarkan hasil perhitungan analisis QSP sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6.
Berdasarkan analisis tersebut, strategi yang paling tepat untuk pengembangan usaha ikan balita di UD. Suhada adalah meningkatkan produksi dan produktivitas usaha ikan balita dalam memanfaatkan permintaan ikan balita yang semakin meningkat (skor 5,734), memanfaatkan tekhnologi informasi dalam mempromosikan produk ikan balita (skor 5,637), menciptakan variasi produk yang beragam dengan tetap mempertahankan mutu ikan balita (skor 5,605), memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran (skor 5,532), bekerjasama dengan pihak peneliti dalam mengembangkan mutu produk ikan balita guna menghadapi persaingan usaha (skor 5,437) dan pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga (skor 5,375).
Strategi yang telah dirumuskan pada analisis QSPM tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan usaha. Langkah-langkah tersebut diimplementasikan pada aspek produksi, SDM, pemasaran, dan pengembangan usaha. Uraian implementasi strategi yang dimaksud adalah:
a. Produksi
Alternatif strategis yang dapat dilakukan oleh usaha ikan balita di UD.Suhada antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan memperluas lahan untuk tempat produksi dan tempat penampungan benih ikan balita dengan memperhatikan permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga dapat terjaga. Selain itu dengan memperhatikan pasokan bahan baku di wilayah sekitar yang melimpah dan belum optimal untuk diproduksi menjadi produk ikan balita yang berkualitas. Kedepan juga perlu diupayakan proses produksi yang efisien dengan mengadopsi teknologi terkini untuk teknis pengolahan ikan yang baik dan efisien.
b. SDM
Implementasi strategis pada sapek SDM adalah aktif menjalin kerjasama dengan para stekholder terkait dalam menghadapi
permasalahn teknis pengolahan ikan balita. Maka diperlukan pihak- pihak yang dapat menangani hal tersebut, khusunya dari pemerintah dalam bentuk pendampingan, pembinaan dan subsidi guna penguatan modal usaha. Serta kerjasama dengan institusi pendidikan, seperti dengan mengadakan magang ditempat usaha ikan balita UD. Suhada. c. Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu hal penting dalam keberlangsungan usaha ikan balita di UD. Suhada yang dapat dilihat dalam hal keuntungan. Alternatif strategi yang perlu diimplementasikan terkait pemasaran ikan balita adalah penetrasi pasar dengan penguasaan pasar di seluruh wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat, selain itu dapat dilakukan dengan memodifikasi produk di wilayah pasar dengan menambah saluran distribusi. Serta memperhatikan hal teknologi informasi yang cukup pesat perkembangannya saat ini, dengan berkembangnya teknologi informasi maka akan membantu pemasaran produk ikan balita di UD.Suhada tidak hanya bertansaksi langsung kepada konsumen atau distributor melainkan memanfaatkan jejaring sosial di internet dalam memasarkan produk ikan balita di UD.Suhada.
d. Pengembangan usaha
Pengembangan usaha ikan balita di UD. Suhada merupakan salah satu upaya untuk mendukung program peningkatan produksi ikan balita. Dalam hal ini, implementasi alternatif strategi adalah pengembangan lahan untuk operasional dan mencari segmentasi usaha sesuai dengan permintaan dan potensi pasar, terutama menjaga kestabilan dalam menghadapi fluktuasi harga.
Simpulan
a. Berdasarkan kajian kelayakan investasi agribisnis ikan balita di UD. Suhada dilihat dari aspek finansial menguntungkan dan layak dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat suku bunga 14% diperoleh nilai NPV Rp.1.105.005.110, nilai Net B/C Ratio 4,85, nilai IRR 38,95% lebih besar dari tingkat suku bunga, nilai PBP (Payback Period) 3,58 tahun atau nilai ini lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis proyek investasi. Berdasarkan analisis perhitungan BEP diketahui bahwa titik impas untuk usaha pengolahan ikan balita di UD. Suhada pada penjualan senilai Rp.1.522.035.876 atau dapat juga dikatakan bahwa diperlukan penjualan sebesar 32.725 kg ikan balita segar untuk mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan keuntungan. b. Hasil identifikasi faktor internal terdapat delapan kekuatan dan delapan
kelemahan, sementara pada faktor lingkungan eksternal terdapat enam peluang dan lima ancaman. Perpaduan nilai IFE sebesar 2,688 dan nilai EFE 2,651 dalam matriks IE menunjukkan bahwa posisi usaha ikan balita di UD.Suhada terletak pada sel V (lima), yaitu sel pertumbuhan. Maka strategi yang harus dilakukan adalah penetrasi pasar dan diversifikasi produk.
c. Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT dan QSPM tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan usaha. Strategi prioritas yang dapat diimplementasikan pada usaha ikan balita di UD. Suhada adalah pada proses produksi yang efisien dengan mengadopsi teknologi terkini untuk teknis pengolahan ikan yang baik dan efisien; kerjasama dengan institusi pendidikan dalam hal proses produksi; penetrasi pasar dengan penguasaan pasar di