Defenisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diatur dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, Pasal 1 dinyatakan bahwa usaha mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah (UM) atau usaha besar (UB) yang memenuhi kriteria UK sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Sedangkan UM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari UMI, UK atau UB yang memenuhi kriteria UM sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut (Tambunan, 2009).
Kriteria yang digunakan pada UU tersebut yaitu untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria tersebut dalam UU tentang UMKM, UMI adalah unit usaha yang memilki nilai aset paling banyak Rp.50 juta atau dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta; UK dengan nilai aset lebih dari Rp.50 juta sampai dengan paling banyak Rp.500 juta atau memilki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum Rp.2,5 miliar; dan UM adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.10 miliar atau memilki hasil penjualan tahunan diatas Rp.2,5 miliar sampai paling tinggi Rp.50 miliar (Tambunan, 2009).
2. Karakteristik UMKM
Menurut Tambunan (2009), karakteristik-karakteristik utama UMKM yang membedakan dengan UB adalah sebagai berikut :
1. Jumlah perusahaan sangat banyak (jumlah melebihi jumlah UB), terutama dari kategori UMI dan UK. Berbeda dengan UB dan UM, UMI dan UK tersebar di seluruh pelosok perdesaan, termasuk di wilayah-wilayah yang relatif terisolasi.
2. Mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin.
3. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama UMI, di negara sedang berkembang berlokasi di perdesaan, kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok usaha ini juga pada umumnya berbasis pertanian.
4. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih cocok (jika dibandingkan dengan teknologi-teknologi canggih yang umum dipakai oleh perusahaan-perusahaan modern/UB) terhadap proporsi-proporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada.
5. UMKM dianggap sebagai perusahaan-perusahaan yang memilki fungsi sebagai basis bagi perkembangan usaha lebih besar, karena UMKM dapat bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada tahun 1997/1998.
6. UMKM dapat menjadi suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan/investasi di perdesaan; sementara pada waktu yang sama, kelompok usaha ini dapat sebagai tempat pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa.
7. Pada umunya pengusaha-pengusaha UMKM membiayai sebagian besar dari operasi-operasi bisnis mereka dengan tabungan pribadi, ditambah dengan bantuan atau pinjaman dari saudara atau kerabat, atau dari pemberi-pemberi kredit informal, pedagang atau pengumpul, pemasok-pemasok bahan baku, dan pembayaran di muka dari konsumen-konsumen.
8. Pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi sederhana dengan harga relatif murah sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari masyarakat miskin atau berpendapatan rendah.
9. Dinamika UMKM (khususnya UK dan UM) yang mampu meningkatkan produktifitasnya lewat investasi dan perubahan teknologi.
10.Dalam beberapa literatur dikatakan bahwa satu keunggulaan UMKM adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relatif terhadap pesaingnya (UB).
3. Pengembangan UMKM dan Koperasi
Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan UMKM dan koperasi tergantung beberapa faktor, antara lain :
1. Kemampuan UMKM dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogeunous resources di kota/kabupaten.
2. Kemampuan UMKM dan koperasi dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing.
3. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor).
4. Berbasis bahan baku domestik. 5. Substitusi impor.
Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional pengembangan UMKM dan koperasi adalah :
1. Tahap pertama :
a. Penumbuhan iklim usaha kondusif.
b. Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar.
c. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UMKM dan koperasi untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi.
d. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.
2. Tahap kedua :
a. Dukungan penguatan.
b. Peningkatan mutu SDM UMKM dan koperasi. c. Peningkatan penguasaan teknologi.
d. Peningkatan penguasaan informasi. e. Peningkatan penguasaan modal. f. Peningkatan penguasaan pasar. g. Perbaikan organisasi dan manajemen. h. Pencadangan tempat usaha.
i. Pencadangan bidang-bidang usaha.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kemampuan untuk bertahan bagi UMKM dalam menghadapi krisis (Haryadi 1998 diacu dalam Nasir dkk, 2012) adalah :
1. Jenis produksi yang dihasilkan memang benar-benar kebutuhan masyarakat.
2. Bahan baku yang mendukung aktivitas industri didatangkan dari luar atau daerah sekitar industri berkoperasi.
3. UMKM merupakan usaha yang padat karya dan bukan padat modal. 4. Tidak menggunakan material impor, baik sebagai bahan baku maupun
sebagai bahan pendukung bagi UMKM tersebut.
Menurut Haryadi (1998) diacu dalam Nasir et al (2012), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan pengembangan UMKM yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.
Pengembangan UMKM (Hubeis 2009 diacu dalam Nasir et al, 2012) meliputi :
1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM.
2. Mewujudkan UMKM menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.
3. Mendorong UMKM agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan.
4. Menciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan UMKM dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional.