• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum usahatani yang dilakukan di wilayah Kabupaten Tanah Laut meliputi tanaman pangan dan perkebunan baik yang dibudidayakan di lahan basah maupun lahan kering. Usahatani tanaman pangan yang diusahakan di Kabupaten Tanah Laut terutama padi, jagung, kencur, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan hortikultura.

Tabel 8. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2006

Komoditas Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produkivitas (Ton/Ha) Padi 42 709.00 44 385.00 155 459.00 3.50 Jagung 11 916.00 11 158.00 56 660.00 5.08 Kencur 111.62 70.79 952.12 13.45 Kacang Tanah 462.00 632.00 821.00 1.30 Ubi Kayu 2 595.00 1129.00 20 931.00 18.54 Ubi Jalar 96.00 129.00 1 983.00 15.37 Hortikultura 959.00 1 313.00 11 281.15 85.90 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tanah Laut, 2007

Secara umum, berbagai komoditas tersebut mengalami peningkatan produksi. Produksi padi mengalami peningkatan dari 107.19 ribu ton pada tahun 2001 menjadi 155.46 ribu ton pada tahun 2006. Peningkatan ini selain disebabkan peningkatan luas panen juga karena peningkatan produktivitas, yaitu dari 3.17 ton per hektar menjadi 3.50 ton per hektar. Kondisi yang sama juga

untuk komoditas jagung. Untuk mengetahui tentang usahatani tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 8.

Produksi jagung dari tahun 2001 – 2006 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari 34.47 ribu ton menjadi 56.66 ribu ton. Kenaikan ini selain disebabkan oleh peningkatan luas panen juga karena peningkatan produktivitas dari 4.83 ton per hektar menjadi 5.08 ton per hektar, seperti terlihat pada Tabel 9. Tanaman Jagung dibudidayakan di semua kecamatan di 39 desa sentra produksi. Produksi terbesar ada di Kecamatan Panyipatan, Pelaihari dan Batu Ampar, seperti terlihat pada Tabel 4. Hampir semua petani yang membudi- dayakan tanaman jagung ini adalah eks transmigran dari Jawa dan Bali.

Tabel 9. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2001 – 2006

Tahun Luas Tanam (Ha)

Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha) 2001 8 956 7 222 34 486 4.83 2002 9 575 7 402 29 178 3.94 2003 10 398 7 121 28 674 4.02 2004 10 404 8 501 39 100 4.60 2005 11 894 11 025 55 839 5.06 2006 11 916 11 158 56 660 5.08

V. KERAGAAN USAHATANI JAGUNG

DI DAERAH PENELITIAN

5.1. Deskripsi Petani Responden

Petani reponden hampir semuanya merupakan eks transmigran dari Jawa dan Bali yang datang ke Tanah Laut antara tahun 1977 – 1985. Petani-petani eks transmigran inil yang membudidayakan tanaman jagung dalam skala luas (> 1 ha). Sedangkan penduduk lokal umumnya membudidayakan tanaman lain, seperti padi, atau berusaha di luar sektor pertanian. Petani-petani ini dulu merupakan transmigran umum (seperti di Desa Bumi Asih dan Sukaramah), transmigran untuk plasma tebu (di Desa Tanjung) dan petani plasma untuk pabrik tapioka dan rosela (di Desa Tajau Pecah).

5.1.1. Karakteristik Petani Responden

Jumlah petani responden dalam penelitian ini semula adalah 80 orang. Pada saat analisis data, ada 4 responden yang dikeluarkan sebagai sampel karena tidak memenuhi asumsi sebaran normal, sehingga jumlah responden adalah sebanyak 76 orang yang diambil secara random dari empat desa di tiga kecamatan. Hampir seluruh petani mengatakan bahwa berusahatani jagung merupakan usahatani utama mereka.

Usia. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden (sekitar 92%) berada pada kisaran umur produktif yaitu pada antara 20 – 60 tahun. Umumnya, petani yang mengusahakan usahatani ini adalah petani yang masih termasuk dalam usia produktif. Hal ini disebabkan dalam usahatani ini diperlukan tenaga fisik yang kuat terutama untuk penanaman dan pemanenan. Sedangkan petani yang telah berumur di atas 65 tahun umumnya

selain berusatani jagung dengan luasan sempit juga mengusahakan tanaman lain yang tidak memerlukan tenaga fisik yang berat, seperti karet.

Tabel 10. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pengalaman dan Keanggotaan dalam Kelompok Tani di Kabupaten Tanah Laut

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase

1. Berdasarkan Umur (tahun)

a. 21 - 30 10 13.16 b. 31 - 40 24 31.58 c. 41 - 50 19 25.00 d. 51 - 60 17 22.37 e. 61- 70 2 2.63 f. 71 - 80 4 5.26

2. Berdasarkan Pendidikan (tahun)

a. Tidak Sekolah (0 tahun) 3 3.95

b. SD (1 – 6 tahun) 57 75.00

d. SLTP (7 – 9 tahun) 12 15.79

e. SMU (10 – 12 tahun) 4 5.26

f. > 12 tahun 0 0.00

3. Berdasarkan Pengalaman (tahun)

a. 0 – 5 tahun 14 18.42 b. 6 – 10 tahun 18 23.68 c. 11 – 15 tahun 8 10.53 d. 16 – 20 tahun 19 25.00 e. 21 – 25 tahun 5 6.58 f. >25 tahun 12 15.79

4. Berdasarkan Keanggotaannya dalam Kelompok Tani

a. Anggota 52 67.11

b. Bukan Anggota 24 32.89

Sumber: Pengolahan data primer, 2008

Pendidikan. Secara umum tingkat pendidikan petani masih tergolong rendah. Sebagian besar petani berpendidikan SD (1 – 6) tahun yaitu sekitar 75 persen, diikuti dengan SMP/sederajat (7 – 9 tahun) sekitar 15.79 persen dan SMU/sederajat (10 – 12 tahun) sekitar 5.26 persen. Tidak ada petani yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi

Pengalaman. Ditinjau dari pengalaman usahatani jagung, dapat dilihat bahwa umumnya responden telah berpengalaman membudidayakan jagung di

atas 10 tahun (57.90 persen). Hal ini menunjukkan bahwa petani cukup terampil dalam membudidayakan jagung sesuai dengan kondisi daerah penelitian.

Keanggotaan dalam Kelompok Tani. Jumlah responden yang merupakan anggota kelompok tani 67.11 persen, sedangkan sisanya tidak menjadi anggota kelompok tani. Alasan petani tidak menjadi anggota kelompok karena menganggap tidak ada manfaatnya jadi anggota kelompok dan konflik dengan ketua kelompok sebelumnya.

5.1.2. Kepemilikan Lahan dan Penggunaannya

Lahan milik sendiri merupakan bentuk sistem kepemilikan yang umum di daerah penelitian selain lahan HGU (Hak Guna Usaha) pabrik, sewa dan pinjam. Lahan HGU milik pabrik merupakan lahan yang dulunya adalah HGU pabrik tapioka dan perkebunan rosela di Desa Tajau Pecah. Karena pabrik dan perusahaan tersebut tutup sebelum masa HGU habis maka lahan tersebut digunakan para petani plasmanya untuk berusahatani sampai sekarang. Saat ini HGU tersebut telah habis, namun petani masih diperkenankan untuk menggarap lahan tersebut dengan membayar Rp 25 ribu per hektar per tahun untuk kas desa.

Tabel 11. Sebaran Petani Responden Menurut Luas Garapan Jagung di Kabupaten Tanah Laut

Luas Lahan (ha) Jumlah Persentase (%)

0 – 0.5 2 2.63 0.6 – 1.0 11 14.47 1.1 – 2.0 41 53.95 2.1 – 3.0 10 13.16 3.1 – 4.0 8 10.53 4.1 – 5.0 3 3.95 > 5.0 1 1.32 76 100.00

Lahan sewa dan pinjaman merupakan alternatif bagi petani untuk memperluas areal tanaman jagungnya. Sewa dibayar per musim atau per tahun dengan besar sewa tanah berkisar antara Rp 200 ribu – Rp 800 ribu per hektar per tahun tergantung dari lokasi dan kondisi lahan apakah lahan tersebut sudah jadi atau masih berupa semak belukar. Lokasi lahan sewa ini sebagian terletak di desa yang berbeda dengan desa kediaman responden. Sedangkan lahan pinjaman merupakan lahan terlantar yang dipinjam dari orang lain (biasanya sanak famili atau tetangga dekat) tanpa ada kompensasi. Sebaran luas lahan yang ditanami jagung masing-masing petani responden pada Musim Tanam I dapat dilihat pada Tabel 11.

Dokumen terkait