• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di Kabupaten Tanah Laut, komoditas jagung merupakan komoditas unggulan, karena secara teknis dapat dibudidayakan dengan baik serta daerah ini memiliki potensi lahan kering yang sangat luas. Secara sosial komoditas ini dapat dikembangkan oleh banyak orang dan pembudidayaannnya cukup mudah, serta secara ekonomi komoditas ini menguntungkan, cepat menghasilkan dan tersedianya peluang pasar lokal, regional maupun nasional yang merupakan kunci keberhasilan pengembangan agribisnis. Dengan bergeraknya ekonomi masyarakat melalui usaha agribisnis jagung akan mampu mengangkat perekonomian masyarakat secara global.

Ada beberapa alasan petani menanam jagung di Kabupaten Tanah Laut, diantaranya: (1) lahan cocok untuk ditanami jagung dan untuk memberdayakan lahan tidur, (2) ada kepastian harga, yaitu Rp 1400 per kilogram pipilan kering untuk musim tanam Musim Tanam I (MH I) tahun 2006/2007, karena sudah ada kesepakatan sebelumnya antara petani, pedagang pengumpul avalist, dan pemerintah daerah, (3) ada kepastian pasar sehingga semua hasil produksi

petani akan dibeli dengan harga tertentu, dan (4) ada bantuan dari pemerintah baik berupa subsidi benih hibrida (Bisi-2 dan C7) maupun bantuan berbagai kredit, seperti: KKP, KUT dan kredit bank BRI melalui avalist.

Pada umumnya usahatani jagung di daerah penelitian dibiayai oleh avalist yang bermitra dengan petani. Avalist merupakan orang yang menjamin kredit petani di bank dan menyalurkan kredit kepada petani dalam bentuk saprodi dan modal kerja. Kredit ini dan bunganya dibayar petani saat panen dengan cara memotong hasil penjualan jagung petani kepada avalist. Jika petani tidak mampu mengembalikan pinjaman kreditnya, maka avalist inilah yang menanggung pinjamannya di bank.

Budidaya jagung yang dilaksanakan petani di Tanah Laut sangat spesifik berbeda dengan teknis budidaya jagung di daerah lain seperti di Pulau Jawa yang lahannya relatif lebih subur. Penanaman jagung di daerah ini sangat tergantung keadaan hujan karena umumnya tanaman jagung hanya ditanam di lahan kering sehingga untuk memenuhi keperluan air lebih banyak mengandalkan air hujan, sedikit sekali daerah-daerah yang memanfaatkan sumber air lain yang mampu berproduksi di luar musim. Selain itu, karena kesuburan tanah yang rendah, usahatani ini sangat tergantung dengan pupuk kandang dari kotoran ayam.

Penanaman terbanyak dilakukan pada Musim Tanam I (periode bulan Oktober – Februari) terutama di lahan kering. Pengolahan tanah biasanya mulai dilaksanakan pada bulan Agustus dan panen raya pada bulan Februari – Maret. Penanaman kedua dilaksanakan bila cuaca masih memungkinkan yakni pada Musim Tanam II (menjelang akhir musim hujan periode Februari – Juni). Biasanya sebelum panen, lahan disemprot dengan herbisida kemudian setelah rumputnya mati langsung dilarik dan ditanami jagung. Hal ini dilaksanakan agar waktu panennya tidak mengalami kekeringan karena sudah memasuki musim

kemarau. Pada Musim Kemarau (periode Juli – Oktober) hampir tidak ada lagi penanaman jagung kecuali sedikit di lahan sawah bekas tanam padi dan lahan lebak yang dekat dengan sumber air.

Penyiapan lahan dilakukan dengan penyemprotan herbisida kontak. Setelah itu dilakukan pembajakan dan pembuatan baluran/larikan lahan dengan traktor atau ternak sapi. Jarak antar baluran adalah 70 – 80 cm atau disesuaikan dengan jarak tanam yang dikehendaki. Sebagian petani responden tidak melakukan pembajakan, tetapi langsung membuat larikan/baluran setelah dilakukan penyemprotan herbisida.

Tahapan budidaya selanjutnya setelah penyiapan lahan adalah :

1. Penanaman, dilakukan dengan menggunakan benih bermutu jenis hibrida Bisi-2 atau C7 yang jumlahnya 15 – 18 kg per hektar. Penggunaan jarak tanam 70 cm x 20 cm (bila 1 biji per lubang) atau 70 cm x 40 cm (bila 2 biji per lubang). Pelaksanaan penanaman segera setelah hujan mulai turun (awal musim hujan). Penanaman dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 80 – 100 sak (3600 – 4500 kg) per hektar. 2. Pemupukan, dilakukan petani Tanah Laut sebanyak 2 (dua) kali. Dosis

pemupukannya beragam sesuai dengan kondisi lingkungan dan keadaan keuangan petani. Dosis pemupukan yang disarankan penyuluh adalah: pemupukan pertama berupa pupuk Urea (200 kg), pupuk SP-36 (100 kg) dan pupuk KCl (100 Kg) diberikan sekaligus pada umur 14 – 20 hari setelah tanam (hst), pemupukan kedua berupa pupuk Urea (200 kg) yang diberikan pada umur 40 – 50 hari setelah tanam (hst).

3. Pemeliharaan, meliputi penyiangan yang dilaksanakan selama 2 kali yaitu pertama pada umur 15 hari setelah tanam dengan cara disemprot dengan menggunakan herbisida (untuk daun bulat atau disesuaikan dengan jenis rumput/gulma yang ada) dengan dosis 400 – 500 cc per hektar. Atau

dilaksanakan dengan cara mencangkul di sekitar barisan tanaman jagung. Penyiangan kedua dilakukan pada umur 60 hari setelah tanam disemprot dengan menggunakan herbisida kontak sebanyak 2 liter per hektar. Selain itu pemeliharaan juga berupa pengendalian hama penyakit terutama tikus yang dilaksanakan sebelum pengolahan tanah berupa pelaksanaan gropyokan dan pemasangan umpan beracun.

4. Panen dan Pasca Panen, panen dilakukan bila tanaman sudah menampakkan kematangan yang optimal, yaitu berumur sekitar 115 hari setelah tanam. Panen dilakukan dengan menebas batang jagung terlebih dahulu atau langsung memetik dan mengupas tongkol jagung. Kemudian dilanjutkan dengan proses pasca panen berupa pemipilan dengan menggunakan mesin pemipil (corn sheller) dan pengeringan dengan menggunakan oven berbahan bakar kayu. Pengeringan dilakukan selama 7-8 jam untuk menurunkan kadar air dari 30 persen menjadi 18 persen.

Pemasaran hasil dilakukan langsung di tempat perontokan dan pengeringan jagung yang dimiliki oleh pedagang pengumpul avalist (anggota KAJATA), atau pedagang pengumpul non-avalist yang datang langsung ke lahan dengan membawa mesin pemipil (corn sheller) sendiri. Jagung umumnya dijual langsung begitu panen dalam bentuk pipilan kering dengan harga Rp 1400 per kg. Sedangkan jika dijual dalam bentuk pipilan basah, harganya berkisar antara Rp.900 – Rp.1200 per kg tergantung dari kadar airnya.

Produksi jagung sebagian besar hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Tanah Laut, serta Banjarbaru dan Banjarmasin. Kebutuhan jagung di Kabupaten Tanah Laut sendiri diperkirakan mencapai 6 ribu ton per bulan hanya untuk keperluan pakan ternak saja. Dengan produksi sebesar 56.66 ribu ton per tahun,

kebutuhan tersebut masih belum tercukupi. Dengan demikian, pasar jagung lokal masing terbuka luas.

Perbedaan waktu panen dan perbedaan harga jagung antar daerah menyebabkan jagung dari kabupaten ini dijual keluar provinsi oleh KAJATA dan pedagang pengumpul. Tidak ada data resmi mengenai jumlah jagung yang dikirim ke kabupaten maupun provinsi lain. Pada Musim Tanam I 2006-2007 diketahui telah dikirim 10 ribu ton jagung ke Kediri, Jawa Timur.

Dokumen terkait