Pada tanggal 28 April 2017 telah dilakukan diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD) oleh tim pengkaji dengan dua kelompok secara berurutan waktunya yaitu: Kelompok eselon III dan eselon IV. Diskusi terhadap masing-masing kelompok dilaksanakan selama hampir 2 jam. Masing-masing diskusi diikuti sekitar 15 orang dan berjalan dengan lancar
Pada saat pengkajian IKM RS Tugurejo tahun 2016 yang juga dikerjakan oleh tim pengkaji yang sama telah ditemukan berbagai permasalahan dan usulan untuk meningkatkan kepuasan masyarakat pengguna jassa pelayanan RS Tugurejo dari kelompok pelaksanan dan manajer rumah sakit yaitu : perawat, dokter, kepala instalasi, case manager dan manajer terutama eselon tiga dan empat sehingga data yang telah diperoleh masih dapat dimanfaatkan untuk dilanjutkan pada laporan IKM tahun 2017 sehingga untuk efisiensi pelaksanaan kajian IKM tahun 2017 disepakati dengan pihak RS Tugurejo bahwa FGD dilaksakan pada dua kelompok manajer yaitu eselon III dan IV.
Sebelum FGD dilakukan kepadas peserta dibagikan hasil survei dan pengamatan dari IKM tahun 2017 yang sebelumnya telah dikerjakan oleh tim pengkaji selama satu bulan.
Sebelum FGD dilakukan, Tim pengkaji telah melakukan survei dengan kuesioner terstruktur kepada 531 orang responden pasien (dan keluarganya) serta observasi terkait lama waktu tunggu di unit-unit pelayanan. Pada Survei IKM tahun 2017 telah dilakukan perbaikan metode survei dimana sebelum survei dilakukan diskusi dengan kelompok
12:06 12:49 00:43:00 nomor antrian (keterbacaan resep) 12:10 12:59 00:49:00
Poli Onkologi
8:44 12:58 04:14:00
Sampai selesai diperiksa dokter 8:50 13:15 04:25:00
9:21 12:11 02:50:00
Poli PD 2 8:30 11:06 02:36:00
9:05 11:28 02:23:00
Radiologi
8:37 9:45 01:08:00
Sampai selesai tindakan foto dan hasil
10:00 10:30 00:30:00 10:50 11:35 00:45:00 10:00 11:50 01:50:00 10:30 11:10 00:40:00
119 pelaksana (dokter, perawat dan kepala instalasi) untuk mendapatkan masukan perbaikan draft kuesioner survei serta untuk menyamakan persepsi pada istilah terntu, misal “lama waktu tunggu pelayanan”. Di dalam survei juga diajukan pertanyaan terkait masukan dan saran kepada rumah sakit.
Fokus diskusi yaitu mencermati adanya penurunan rata-rata skor IKM baik secara total maupun per unit, dimana secara total (satu rumah sakit) skor rata-rata turun dari 95,69 (tahun 2016) menjadi 83,29 (tahun 2017), sedangkan untuk IKM per unit pelayanan rata2 skor yang turun hampir pada semua unit yaitu unit Farmasi, ICU, Radiologi, IGD, Rawat Inap dan Rawat Jalan, yang skor nya naik hanya unit Laboratorium. Pada survei IKM 2017 sesuai masukan pada presentasi hasil survei tahun 2016 bahwa ada kemungkinan hasil yang kurang valid bila fasilitas umum di rumah sakit (seperti parkir dan toilet untuk pengunjung, selasar, mushola, kantin dsb) dan unit kasir dimasukkan pada masing-masing unit pelayanan, sehingga unit fasilitas umum dan unit kasir dianalisis tersendiri, skor rata2 kasir sudah tinggi (99.86) sedangkan fasilitias umum sekitar 78,16. Hasil rekapitulasi Rerata Indeks Kepuasan Masyarakat Per Unit Pelayanan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Rerata Indeks Kepuasan Masyarakat Per Unit Pelayanan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2017
Unit
IKM 2016 IKM 2017
Tingkat Kepuasa
n
Tingkat Harapan
Tingkat Kesesuaia
n (%)
Tingkat Kepuasa
n
Tingkat Harapa
n
Tingkat Kesesuai an (%)
1. Farmasi 3.72 3.97 88.15 2.80 3.33 83.96
2. ICU 3,85 4,01 96,80 2.76 3.94 70.21
3. Kasir 2.93 2.94 99.81
120 Setelah hasil survei IKM 2017 dibaca oleh para peserta, diskusi dimulai dengan mengajukan masukan dan klarifikasi terhadap hasil survei dan dilanjutkan dengan identifikasi masukan untuk perbaikan IKM di tahun mendatang. Secara umum tujuan FGD ini untuk mendapatkan pendapat dan kesepakatan peserta diskusi tentang :
a. Melihat hasil IKM 2017 secara total dan masing2 unit, hal apa sajakah yang perlu mendapat perhatian (peserta membaca satu persatu hasil IKM total dan per unit) b. Dengan data seperti tersebut diatas, kira-kira penyebabnya apakah ?
( SDM, sarana/ fasilitas, dana/anggaran, manajemen pelayanan, kebijakan perumahsakitan atau penyebab diluar RS).
c. Kegiatan dan upaya apakah yang selama ini sudah dilakukan oleh masing2 unit untuk meningkatkan kepuasan pasien/ masyarakat?. jelaskan
d. Bagaimana strategi masing-masing unit untuk menindaklanjuti hasil survey ini (dalam bentuk program dan kegiatan). Jelaskan.
e. Untuk mewujudkan program/ kegiatan tersebut, adakah faktor pendukung dan penghambatnya?.
f. Saran peserta FGD untuk meningkatkan kepuasan pasien/ masyarakat terhadap layanan RSUD Tugurejo.
Hasil FGD Berdasarkan Indikator Indeks Kepuasan Masyarakat a. Waktu tunggu
Dari hasil survei disebutkan bahwa indikator waktu tunggu di sebagian besar unit tingkat kesesuaian antara harapan dan kenyataan cukup rendah yaitu dibawah 80%. Tim pengkaji telah melakukan diskusi kelompok dengan pelaksana pelayanan sebelum melakukan survei dan dari diskusi tersebut disepakati definisi
4. Laboratoriu m
4,12 4,60 89,43 2.90 3.06 94.69
5. Radiologi 4,34 4,35 99,58 2.86 3.04 94.22
6. IGD 3,93 4,02 92,87 2,82 3,98 70.86
7. Rawat Inap 4,04 4,14 97,52 2,60 3.29 74.51
8. Rawat Jalan 4,03 4,23 95,12 2.79 3.57 78.10
Rata – rata 4,00 4,18 95,69 2.81 3.39 83.29
121 operasional waktu tunggu dari masing-masing unit terkait berdasarkan Standar Pelayanan Minimal tentang response time pelayanan rumah sakit dari Kemenkes.
Tim juga melakukan pengecekan di lapangan dan hasilnya sebagian besar sesuai SPM. Untuk pelayanan di poliklinik THT dari pendaftaran sampai mendapat pelayanan butuh waktu 2 jam.
Kemungkinan ketidakpuasan pasien terkait waktu tunggu karena adanya perbedaan pemahaman pasien disertai dengan kondisi pasien yang sedang sakit yang berharap pelayanan yang cepat sementara itu SPM rumah sakit menterjemahkan response time berbeda dengan pemahaman pasien. Pasien menterjemahkan waktu tunggu sebagai waktu menunggu dari pendaftaran sampai bertemu dokter, padahal pasien tesebut sudah ditangani perawat dan sudah diperiksa tensinya oleh perawat sebelum diperiksa dokter.
Disarankan untuk mengatasi kejenuhan pasien menunggu cukup lama maka pihak RS dapat meningkatkan fasilitas di ruang tunggu, seperti adanya media televisi serta meningkatkan kenyamaman ruang tunggu pasien.
Media LCD TV juga dapat disediakan dengan memasukkan informasi yang dapat mengedukasi pasien contohnya untuk unit farmasi dapat dimasukan informasi tentang prosedur pelayanan farmasi, mengenai obat racikan yang membutuhkan waktu lebih lama atau informasi seputar kefarmasian lainnya yang perlu diketahui oleh masyarakat. Namun ada anggapan untuk media informasi seperti obat racikan pada media TV di rumah sakit juga dapat menimbulkan kejenuhan, karena kemungkinan pasien merasa konten pada media TV terlalu berat. Oleh sebab itu masing-masing unit yang terkait waktu tunggu pelayanan dapat membuat angket kepada pasien (dan keluarganya) terkait saran dan masukan untuk mengatasi waktu tunggu terkait antisipasi kejenuhan menunggu.
b. Maklumat Pelayanan
Hampir di semua unit pelayanan indikator maklumat pelayanan memiliki tingkat kesesuaian yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena pemahaman apalagi perhatian pasien yang rendah terhadap maklumat pelayanan ditengah kesibukandan mungkin rasa tidak nyaman/ sakit di badan sehingga mereka tidak memperhatikan berbagai maklumat pelayanan yang telah dituliskan pihak rumah sakit. Pasien mencatat bahwa apa yang ditulis dan dijanjikan oleh pihak rumah
122 sakit adalah janji dan bila mereka mendapat pelayanan tidak sesuai dengan janjinya tentu saja mereka kecewa. Dalam kondisi seperti itu maka maklumat pelayanan harus menjadi perhatian manajer rumah sakit karena apa yang ditulis adalah janji rumah sakit pada pasien yang harus diusahakan untuk menepatinya.
Pengelola RSUD Tugurejo sudah memasang papan berisikan maklumat pelayanan di berbagai tempat agar terbaca oleh masyarakat. Penempatan tulisan maklimat pelayanan sudah diusahakan dipasang di tempat yang lebih strategis dan dengan bahasa yang lebih mudah di pahami pasien. Ada salah satu RSUD di Jawa tengah yang menempatkan tulisan maklumat pelayanan di atas loket pendaftaran dengan bahasa daerah setempat. Tetapi semua itu kembali lagi pada masyarakat apakah mereka menyempatkan diri dan mau membaca maklumat pelayanan atau tidak.
c. Pelayanan Kebutuhan Khusus
Diakui oleh peserta diskusi pejabat RSUD Tugurejo eselon IV bahwa fasilitas untuk kebutuhan khusus sudah ada tetapi belum merata, seperti misal hand rail untuk tempat-tempat tertentu yang riskan untuk pasien dengan handycap. Tim Mutu pelayanan dan Keselamatan Pasien (TMKP) sudah bekerja untuk melakukan pemetaan fasilitas rumah sakit terkait resiko keselamatan pasien dan kemudian mengusulkannya pada Direktur untuk diputuskan pelaksanaan perbaikan dan melengkapi fasilitas yang ada termasuk untuk pasien berkebutuhan khusus. Pemetaan dan pengusulan ini harus rutin dilakukan apalagi bila ada penambahan atau perubahan fasilitas rumah sakit. Kesulitan yang dihadapi oleh RS Tugurejo terkait pelayanan bagi pasien berkebutuhan kuusus yaitu terkendala ruang / lahan yang sempit dan pembangunan gedung yang tidak simultan tetapi bertahap sesuai kemampuan keuangan rumah sakit (dan pemerintah Propinsi Jawa Tengah) sehingga acapkali ditemukan pembangunan suatu fasilitas belum sinkron dengan fasilitas lain yang telah dibangun/ disediakan sebelumnya.
d. Ruang Tunggu
123 Keluhan responden kajian adalah beberapa ruang tunggu relatif sempit dan kurang nyaman apalagi saat terjadi antrian pasien pada jam-jam pelayanan tertentu.
Kendala RSUD Tugurejo dalam menyediakan ruang tunggu yang cukup luas adalah keterbatasan lahan rumah sakit. Keluhan keterbatasan ruang tunggu dapat diatasi dengan pengaturan jadwal dokter sehingga antrian dapat diurai tidak tejadi penumpukan pada jam-jam tertentu. Tetapi pengaturan jadwal dokter di klinik spesialis tak sepenuhnya bisa mengatasi masalah antrian di ruang tunggu karena beberapa dokter datang tidak on time.
e. Farmasi :
Waktu tunggu lama di Instalasi Farmasi masih dikeluhkan pasien (atau keluarganya) . hal tersebut diperkirakan kemungkinan karena pemahaman pasien terhadap waktu tunggu yang berbeda dengan SPM rumah sakit terkait waktu tunggu pelayanan. Waktu tunggu yang dirasakan lama oleh pasien kemungkinan karena pasien berpersepsi bahwa waktu tunggu di hitung dari menyerahkan resep sampai mendapat obat, tanpa mempertimbangkan antrian. Untuk SPM response time pelayanan adalah 30 menit yaitu dihitung dari apoteker membaca resep sampai pemberian obat ke pasien dan sebenarnya hal ini sudah tercapai karena hasil pengecekan Tim dilapangan menunjukkan response time farmasi 25 menit.
Lamanya waktu tunggu kemungkinan juga disebabkan adanya penumpukan antrian yang banyak. Di Instalasi Farmasi penumpukan antrian setiap hari biasanya terjadi pada jam 10.00 sampai 13.00. dari FGD diperoleh penjelasan bahwa tumpukan antrian pada jam tersebut terjadi karena beberapa dokter di poli spesialis tidak datang tepat waktu (sering terlambat) yang kemudian menyebabkan waktu tunggu pelayannan menjadi lebih lama dan resep yang diserahkan pada Instalasi farmasi menumpuk pada jam tersebut. Masalah tersebut sudah terjadi cukup lama dan beum ada solusi yang memadai. Hasil FGD pada SurveimIK tahun 2016 juga menemukan masalah tersebut. Dibutuhkan pengambilan keputusan dari Direktur dan Wakil Direktur untuk mengatasi keterlambatan kehadiran dokter spesialis tertentu dan penumpukan pelayanan pada waktu tertentu karena apabila hal ini dibiarkan maka keluhan pasien akan meningkat dan kepuasan masyarakat akan menurun.
124 f. Radiologi
Ada responden yang mengajukan keberatan tentang pelayanan petugas Radiologi karena petugas tidak memberi instruksi ketika di ruang pemeriksaan.
Peserta FGD memperkirakan kemungkinan hal ini dikarenakan yang menangani pasien tersebut mahasiswa praktek yang belum begitu faham prosedur di radiologi dan pasien tersebut berpersepsi bahwa siswa tersebut pegawai RS. Disepakati oleh peserta FGD untuk kedepan, penjelasan kepada pasien (tidak hanya Radiologi) akan lebih ditekankan kepada petugas pelaksana.
g. Sarana Prasarana
Terkait dengan beberapa masukan dari responden survei tentang kondisi AC di unit rawat jalan yang tidak dingin padahal sudah ada 2 buah air condition (AC) (dari loket pendaftaran sampai loket Bank Jateng) dianggap sudah memadai, memang ketika pasien yang antri cukup banyak, AC menjadi tidak terasa dingin.
Khusus di depan Poli Fisioterapi sudah ada kipas angin tapi terkendala dengan sirkulasi udara sehingga masih tetap panas.
Masih digunakannya kipas angin di poliklinik walau sudah disesuaikan dengan luas ruangan perlu menjadi perhatian rumah sakit karena dirasakan panas dan tidak nyaman oleh pasien. Belum adanya AC di ruangan poli kemungkinan karena kondisi ruangan belum memungkinkan dipasang AC.
Televisi (TV) sudah terpasang di ruang tunggu poliklinik namun karena dikeluhkan posisinya terlalu tinggi maka hal ini segera akan dibenahi.
Permasalahan parkir masih dikeluhkan masyarakat sebagaimana hasil IKM tahun 2016. Pada tahun 2016 keluhan tentang parkir adalah kurang teratur, semrawut terutama pada jam tertentu serta tarif parkir yang mahal terkait kontrak dengan pihak ke dua pengelola parkir. Waktu itu tarif parkirnya menggunakan sistem perjam sehingga memberatkan untuk penunggu pasien yang berada di RS berjam – jam. Sementara itu keluhan tariff parkir tahun 2017 (pada saat survei) tidak muncul karena peralihan menuju kontrak baru tahun 2017 dengan pengelola pihak ketiga yang akan dilakukan pada bulan Mei sehingga oleh pihak rumah sakit tarif parkir adalah flat tidak tergantung jumlah jam parkir.
125 Beberapa keluhan tentang kurang ramahnya petugas satuan pengamanan (Satpam) akan menjadi perhatian rumah sakit. Beberapa satpam memang masih baru sehingga belum terbiasa melayani RS. Pihak rumah sakit akan memberikan on the job training pada tenaga satpam yang baru.
Beberapa keluhan tentang toilet rumah sakit (baik toilet umum maupun di ruang perawatan) adalah masih perlunya kontrol terhadap kebersihan (termassuk tidak bau) dan pemeliharaan fasilitas toilet . Selain itu muncul keluhan penggunaan toilet harus antri. Hal ini mungkin karena jumlah pasien yang terus bertambah atau antrian terjadi pada jam padat pelayanan. Disepakati oleh peserta diskusi untuk mengevaluasi kebesihan dan pemeliharan fasilitas toilet serta perlunya penambahan jumlah toilet baru.
Para peserta diskusi sepakat bahwa pemeliharaan dan pengadaan fasilitas umum rumah sakit sebagian besar bisa segera dilakukan dibawah koordinasi Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) sesegera mungkin walaupun sebagian lagi mungkin membutuhkan pengadaan barang dan itu terkait penganggaran serta teknis pengadaan barang/ jasa sesuai peraturan yang belaku.
Bila fasilitas umum rumah sakit berhubungan dengan stakeholder maka perlu dirapatkan terlebih dahulu tingkat manejemen (Direktur dan Wakil Direktur).
h. Perilaku dokter
Terkait pelayanan dokter baik di poli spesialis maupun unit rawat inap masih terdapat kendala terkait disiplin jadwal praktek dokter. Selama ini peraturan yang diberlakukan oleh Kemenkes dengan UU Praktek Kedokteran yaitu seorang dokter diperbolehkan praktik di tiga tempat (bisa satu tempat praktek swasta dan dua rumah sakit atau ketiganya merupakan rumah sakit). Namun pihak RSUD Tugurejo minta dokter tetap rumah sakit harus mengutamakan RS Tugurejo, jadi harus datang sesuai jam kerja di RS Tugurejo (pagi), namun realisasinya dokter acapkali terlambat memulia praktek di unit rawat jalan atau terlambat visite di unit rawat inap. Keterlambatan dokter ini dikeluhkan sebagian pasien (dan keluarga) dan bila
Menurut hasil survei IKM perilaku dokter terkait pelayanan kepada pasien dikategorikan sudah cukup baik terkait keramahan dan komunikasi.
126 Para peserta diskusi sepakat bahwa terkait pengaturan kedisiplinan waktu pelayanan para dokter diperlukan figur pemimpin yang cukup tegas tetapi menjaga komunikasi dan merangkul sejawat dokter. Mereka juga sepakat masih diperlukan lagi komunikasi dan koordinasi dengan sejawat dokter dan penerapan peraturan yang butuh intervensi dari top manager. Sebagian staf dokter sebagian besar masih muda usia sehingga terkait peraturan yang ada mereka masih bisa diarahkan dan di upgrade sesuai tujuan pelayanan rumah sakit.
Untuk itu jalur-jalur komunikasi dan koordinasi yang telah ada yaitu berupa pertemuan rutin formal atara Direktur, Wadir serta eselon III dan IV atau antara masing2 bagian/ unit perlu terus dilakukan dan diperkuat dengan jaringan media sosial (medsos) seperti whatsap, tweeter atau BBm. Beberapa peserta diskusi menyampaikan bahwa ada kecenderungan frekuensi pertemuan formal menurun dan tidak segiat tahun lalu.
i. Kasir ( Keuangan )
Walaupun nilai skor rata-rata IKM untuk pelayanan kasir sudah tinggi tetap saja ada keluhan dari pasien yaitu terkait informasi biaya RS yang tidak di infokan sebelumnya kepada psien/ keluarganya terutama bagi pasien yang membayar sendiri (bukan pasien Jaminan Kesehatan Nasional). Peserta diskusi yang membawahi pelayanan kasir menyatakan bahwa sebenarnya sudah di infokan pembayaran itu kepada keluarga pasien namun keluarga pasien yang menjaga berganti ganti dan perawat menginfokan kepada anggota keluarga yang berbeda misal hari ke 2 di infokan ke anaknya hari ke empat diinfokan ke pamannya.
Pelayanan kasir (keuangan) terkait pasien JKN (peserta mandiri) apabila mereka harus menambah biaya (co sharing) selalu dikomunikasikan pada pasien/
keluarganya dan pemberian informasi ini menjelang pasien pulang karena pihak keuangan harus menelaah dulu paket Ina CBG sampai pasien menjelang pulang.
j. Rawat Inap
Ada koordinasi antara dokter dengan petugas ruangan terkait informasi kesehatan pasien, dokter selalu merkoordinasi dengan kepala ruang dan perawat setiap visit.
127 Beberapa masukan tentang ruang rawat inap dan fasilitasnya yaitu antara lain : bel untuk memanggil macet sehingga perlu diperbaiki, menurut kami meskipun bel macet seharusnya tidak menjadi masalah karena perawat ruang selalu rutin mengecek keadaan pasien.
Ada keluhan tentang obat yang diberikan pada pasien menjelang pulang di ruangan rawat inap, bahwa yang menyerahkan bukan dari petugas Farmasi.
Petugas dari Instalasi Farmasi pengalaman dari peserta diskusi pernah menemui di ruangan VIP, tetapi apakah di ruang non VIP juga ditemui petugas tersebut?
(karena perepsi masyarakat merekalah yang harus menyerahkan obat disetiap ruangan inap sekaligus memberikan penjelasan tentang cara pemakaian obat).
Peserta diskusi dari Instalasi Gizi menjelaskan bahwa di Ruang Perawat ada ahli gizi yang dapat memberikan penjelasan pada pasien tentang menu makanan dan gizi orang sakit sesuai dengan penyakitnya. Begitu juga Petugas Instalasi Farmasi menjelaskan bahwa walau depo obat rawat inap masih digabung tetapi sudah ada petugas farmasi yang bertanggungjawab mengawasi per ruangan.
k. Fasilitas Umum
Keluhan pasien tentang kebersihan toilet (kamar mandi) atau terjadi kerusakan hal ini terkait pemeliharaan akan segera diperbaiki. Penambahan toilet karena di unit tertentu acapkali terjadi antrian akan dipelajari dulu karena berhubungan dengan ketersediaan lahan dan pengadaan barang.
Keluhan masyarakat terkait parkir rumah sakit diakui oleh peserta diskusi memang terdapat kendala terkait kontrak dengan pihak kedua pengelola parkir namun bulan Mei ini akan dilakukan pengurusan kontrak kerjasama dengan pihak ketiga untuk pengelolaan parkir dengan memperhatikan keluhan masyarakat.
Kendala terkait pengelolaan fasilitas umum, sebenarnya dari segi personil sudah cukup namun personil yang memiliki keahlian khusus hanya sedikit, misal memiliki keahlian khusus bidang listrik. Dari segi anggaran, bagian Rumah Tangga mencoba memenuhi kebutuhan fasilitas berdasarkan prioritas.
Masukan dan saran masyarakat terkait pelayanan dan fasilitass rumah sakit sudah di sediakan kotak saran dan setiap saran yang masuk selalu dibaca dan kemudian di tindak lanjuti.
128 Keluhan adanya AC di ruangan yang kurang dingin dijelaskan oleh peserta diskusi bahwa IPSRS rutin melakukan pemeliharaan AC selalu di service setiap 6 bulan dan bila ada AC yang kurang dingin hal ini di karenakan usia AC dan sudah harus diganti yang baru. Masukan tersebut akan ditindaklanjuti oleh IPSRS.
l. Laboratorium
Adanya keluhan masyarakat terkai ketersediaan toilet di dekat Instalasi laboratorium , hal ini tidak memungkinkan karena keterbatasan lahan.
Untuk waktu tunggu pelayanan di Lab sudah sesuai response time, apabila waktu tunggu di rasakan lama mungkin karena alur pelayanan, jadi pasien setelah pendaftaran kemudian menemui dokter setelah itu dilakukan pengencekan di lab kemudian harus kembali ke poli. Memang untuk pasien dengan pemeriksaan lab waktu tunggunya lebih lama dari pada pasien yang tidak dengan pemeriksaan lab.
Selain itu kemungkinan juga ada perbedaan persepsi waktu tunggu, yang di maksud pasien waktu tunggu yaitu dari pendaftaran sampai menerima pelayanan sedangkan dari sisi SPM Laboratorium waktuntunggu adalah sejak diterimanya surat lab dari dokter sampai dengan hasil diperoleh. Waktu tunggu Lab Patologi Klinik berbeda dengan Lab Patologi Anatomi dan masyarakat awam terhadap perihal kegiatan di kedua lab tersebut. Waktu tunggu lab Patologi Klinik yang lama terjadi pada jam- jam kritis antara jam 10 – 13 karena ada penumpukan surat perintah dari dokter di Instalasi Rawat Jalan yang mulai berpraktek tidak tepat waktu. Masalah ini juga dialami oleh Instalasi Farmasi, ada penumpukan tugas menyediakan resep pasien pada jam tersebut.
Kedepan Petugas Lab akan lebih aktif memberikan penjelasan kepada pasien (keluarganya).
m. Farmasi
Ada keluhan ruang tunggu di Instalasi Farmasi kurang nyaman diakui oleh peserta diskusi memang terdapat ketidaknyamanan, selain itu juga ruang tunggu ada gangguan berisik dari suara mic . Peserta diskusi berharap ada perbaikan fasilitas ruang tunggu Instalasi farmasi agar lebih nyaman sehingga persepsi lamanya waktu tunggu pasien juga menjadi lebih baik.
129 Tedapat masukan dari masyarakat terkait obat di untuk rawat inap yang dibawakan pada pasien sebelum pulang ke rumah, sebaiknya obat aturan minum obat dijelaskan terlebih dahulu oleh apoteker, selama ini sudah di jelaskan, kemungkinan apoteker hanya menjelaskan kepada penunggu pasien, seharusnya dijelaskan kepada pasien dan keluarga.
Untuk petugas obat di rawat inap sudah diatur yaitu satu petugas bertanggung jawab tehadap 2 ruang perawatan.
n. Rawat Jalan
Keluhan terhadap waktu tunggu lama untuk pelayanan dokter, hal ini mungkin terjadi karena alumulasi waktu pemeriksaan setiap pasien, dokter sedang visite ke rawat inap ataupun dokter sedang ada jadwal operasi. Waktu tunggu terkait kondisi ini agak sulit dibenahi karena terkait tugas dokter yang memang harus dibagi waktu kerjanya dengan jadwal yang penuh di RSUD Tugurejo.
Keluhan terhadap kurangnya jumlah tempat duduk di ruang tunggu rawat jalan akan menjadi masukan dan akan diatur lagi karena terkait keterbatasan lahan. Saat ini juga sedang dilakukan rekruitmen untuk menambah jumlah petugas termasuk perawat.
Keluhan ruang tunggu di insatalasi rawat jalan yang dirasakan panas dan
Keluhan ruang tunggu di insatalasi rawat jalan yang dirasakan panas dan