ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.2. Hasil dan Pembahasan
4.2.5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.2.5.1. Hasil Uji Statistik t (Uji Signifikasi Parsial)
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.17
dibawah ini. Apabila nilai probability t < 0,05 maka Ha diterima, sebaliknya apabila nilai probability t > 0,05 maka Ha ditolak (Ghozali, 2011 : 101).
Tabel 4.17
Hasil Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) ,560 ,285 1,963 ,051 Motivasi ,058 ,045 ,067 1,297 ,196 Gender ,007 ,043 ,007 ,156 ,876 Penghargaan Finansial ,069 ,045 ,082 1,543 ,124 Pelatihan Profesional ,016 ,052 ,017 ,305 ,761 Pengakuan Profesional ,087 ,065 ,083 1,347 ,179 Nilai-nilai Sosial ,155 ,053 ,159 2,900 ,004 Lingkungan Kerja ,045 ,060 ,043 ,757 ,449 Pertimbangan Pasar Kerja ,213 ,046 ,254 4,617 ,000 Personalitas ,216 ,040 ,287 5,398 ,000
a. Dependent Variable: Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik Sumber : data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.17 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
4.2.5.1.1. Hasil Uji Hipotesis Satu : Motivasi Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 1 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel motivasi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,196 dan nilai t sebesar 1,297. Hal ini berarti Ha1 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel
dari 1,65 (1,297 < 1,65). Secara teori, motivasi merupakan hal yang melatarbelakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu dimana seseorang yang dengan sengaja mengikatkan diri menjadi bagian dari organisasi agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi.
Pada penelitian ini, hipotesis ditolak bahwa motivasi berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, motivasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik.
4.2.5.1.2. Hasil Uji Hipotesis Dua : Gender Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel gender mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,876 dan nilai t sebesar 0,156. Hal ini berarti Ha2 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa gender tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel gender lebih besar dari 0,05 (0,876 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari 1,65 (0,156 < 1,65). Rumusan gender merujuk pada perbedaan-perbedaan antara pria dan wanita yang merupakan bentukan sosial, perbedaan-perbedaan yang akan tetap muncul meskipun tidak disebabkan oleh perbedaan-perbedaan biologis yang menyangkut jenis kelamin.
Pada penelitian ini, hipotesis ditolak bahwa gender berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, gender tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Gender bukanlah penghalang untuk seseorang memilih karir dalam hidupnya. Baik pria maupun wanita tidak memilih karir terutama karir sebagai akuntan publik karena gendernya. Selain itu, hasil tersebut menjadi bukti bahwa selama ini gender memiliki konsistensi yang lemah dan cenderung tidak berpengaruh terhadap beberapa aspek keperilakuan seperti minat berkarir sebagai akuntan publik.
4.2.5.1.3. Hasil Uji Hipotesis Tiga : Penghargaan Finansial Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 3 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel penghargaan finansial mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,124 dan nilai t sebesar 1,543. Hal ini berarti Ha3 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa penghargaan finansial tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel penghargaan finansial lebih besar dari 0,05 (0,124 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari 1,65 (1,543 < 1,65). Penghargaan finansial biasanya selalu menjadi faktor utama dalam pemilihan karir seperti pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya (Setyani, 2005) yang menyimpulkan bahwa mahasiswa beranggapan bahwa profesi akuntan publik tidak menjanjikan tersedianya dana pensiun, namun memberikan gaji awal yang tinggi dan memungkinkan
Hal tersebut diatas membuktikan bahwa penghargaan finansial memiliki pengaruh positif terhadap minat berkarir sebagai akuntan publik. Akan tetapi pada penelitian ini, hipotesis ditolak bahwa penghargaan finansial berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, penghargaan finansial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik.
4.2.5.1.4. Hasil Uji Hipotesis Empat : Pelatihan Profesional Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 4 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel pelatihan profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,761 dan nilai t sebesar 0,305. Hal ini berarti Ha4 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pelatihan profesional lebih besar dari 0,05 (0,761 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari 1,65 (0,305 < 1,65). Setiap akuntan publik berhak memperoleh pelatihan profesional dari instansi atau organisasi yang menaunginya. Hal ini dapat menaikkan level akuntan publik ke tingkat yang lebih tinggi. Pada penelitian ini, hipotesis ditolak bahwa pelatihan profesional berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, pelatihan
profesional tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik
4.2.5.1.5. Hasil Uji Hipotesis Lima : Pengakuan Profesional Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 5 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel pengakuan profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,179 dan nilai t sebesar 1,347. Hal ini berarti Ha5 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa pengakuan profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengakuan profesional lebih besar dari 0,05 (0,179 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari 1,65 (1,247 < 1,65). Pengakuan profesional merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap akuntan publik. Hal ini dapat menaikkan tingkat kepercayaan klien terhadap akuntan publik yang keprofesionalitasannya telah diakui secara resmi dengan bukti pengakuan seperti sertifikat profesi. Pada penelitian ini, hipotesis ditolak bahwa pengakuan profesional berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, pengakuan profesional tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik.
4.2.5.1.6. Hasil Uji Hipotesis Enam : Nilai-nilai Sosial Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik Hasil uji hipotesis 6 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel nilai-nilai sosial mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,004 dan nilai t sebesar 2,900. Hal ini berarti Ha6 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa nilai-nilai sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel nilai-nilai sosial lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari 1,65 (2,900 > 1,65). Mahasiswa yang memiliki kesadaran yang tinggi mengenai nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat, diasumsikan mampu mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian terhadap masyarakat, ketika berada di dunia kerja dan di tengah masyarakat.
Nilai-nilai sosial memiliki hubungan yang positif dengan minat mahasiswa berkarir sebagai akuntan publik. Mereka yang minat berkarir sebagai akuntan publik diharapkan mampu menyadari kewajibannya sebagai anggota masyarakat untuk tetap menjaga dan mengikuti nilai-nilai sosial yang baik serta pengabdian sebagai seorang akuntan publik di tengah-tengah masyarakat. Perlu disadari bahwa kegiatan sosial bukanlah suatu kegiatan yang memerlukan waktu khusus untuk melakukannya, melainkan suatu kegiatan yang dapat dilakukan sambil menjalankan profesi. Oleh karena itu kegiatan sosial dapat sejalan dengan profesi akuntan publik yang
memungkinkan untuk berhubungan dengan lebih banyak orang sebagai klien mereka.
4.2.5.1.7. Hasil Uji Hipotesis Tujuh : Lingkungan Kerja Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik Hasil uji hipotesis 7 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel lingkungan kerja mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,449 dan nilai t sebesar 0,043. Hal ini berarti Ha7 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel lingkungan kerja lebih besar dari 0,05 (0,449 > 0,05) dan nilai t hitung lebih kecil dari 1,65 (0,043 < 1,65). Akuntan publik merupakan suatu profesi yang sifat pekerjaannya tidak rutin karena berhadapan dengan berbagai jenis klien yang berbeda-beda jenis perusahaannya, seperti bank, perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sebagainya. Oleh karena itu lingkungan kerja akuntan publik juga sering berubah-ubah.
Pada penelitian ini, hipotesis ditolak bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Dengan kata lain, lingkungan kerja tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik.
4.2.5.1.8. Hasil Uji Hipotesis Delapan : Pertimbangan Pasar Kerja Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Hasil uji hipotesis 8 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel pertimbangan pasar kerja mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan nilai t sebesar 4,617. Hal ini berarti Ha8 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa pertimbangan pasar kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pertimbangan pasar kerja lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari 1,65 (4,617 > 1,65). Setiap mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan yang baik mengenai profesi akuntan. Ketika mereka paham maka mereka akan memiliki kesadaran mengenai pasar kerja akuntan publik serta persaingannya.
Sangat penting memberikan pemahaman kepada mahasiswa akuntansi mengenai segala hal tentang akuntan publik dan tidak terkecuali mengenai pasar kerjanya. Terutama karena Indonesia sudah sah menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sehingga persaingan dalam dunia kerja akuntan publik menjadi lebih ketat. Akan tetapi, implikasi dari MEA tersebut ialah pasar kerja untuk akuntan publik yang semakin meluas. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan sekarang ialah memperbaiki mutu dan kualitas diri agar mampu bersaing dalam dunia kerja internasional.
4.2.5.1.9. Hasil Uji Hipotesis Sembilan : Personalitas Berpengaruh Positif Terhadap Minat Berkarir Sebagai Akuntan Publik Hasil uji hipotesis 9 yang ditunjukkan pada tabel 4.17, variabel personalitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan nilai t sebesar 5,398. Hal ini berarti Ha9 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa personalitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel personalitas lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari 1,65 (5,398 > 1,65). Personalitas yang baik merupakan suatu hal yang sangat diinginkan di dunia kerja manapun, tak terpungkiri akuntan publik. Hal ini dikarenakan personalitas yang dikenal baik akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari orang atau organisasi sebagai atasan maupun calon klien sehingga memberikan kemudahan untuk setiap akuntan publik dalam melakukan kewajibannya.
Secara umum untuk menjadi akuntan publik harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana ekonomi jurusan akuntansi ditambah pendidikan profesi. Selain itu kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi akuntan publik adalah intelectual, interpersonal skill, dan communication skill. Biasanya orang-orang yang bekerja sebagai akuntan publik memiliki kualitas yang tinggi dalam hal personalitas seperti berwibawa, memiliki tingkat kerapian yang tinggi, sopan, berpenampilan menarik, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan mereka yang bekerja sebagai akuntan
selalu tampil elegan terlebih jika bisnis yang dimiliki klien merupakan bisnis yang sudah go public. Oleh karena itu banyak mahasiswa jurusan akuntansi yang selalu memperhatikan penampilannya mengingat hal-hal tersebut harus dibiasakan sejak dini sebelum benar-benar bekerja sebagai akuntan publik yang memang selalu menuntut profesionalitas dalam bekerja. Dengan demikian personalitas yang baik sangat jelas memiliki hubungan yang positif dengan minat berkarir sebagai akuntan publik.