• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Evaluasi Kinerja Badan Karantina Pertanian TA 2012 vi 7) Desiminasi Penilaian Persyaratan Teknis IKH (30 orang)

DOKUMEN KEGIATAN PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI TA 2012

C. Hasil Uji Terap Teknik dan Metode Perlakuan KH

1. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani perlu segera menyusun pedoman uji terap yang memuat target capaian strategis uji terap perlakuan dengan mengacu pada kebutuhan pelaksanaan tindakan karantina di UPTKP.

2. Hasil uji terap teknik dan metode perlakuan karantina hewan tahun 2012 dijadikan sebagai dasar penyusunan/penyempurnaan Pedoman Teknis

165 Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian TA 2012

Perlakuan oleh Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani untuk tahun 2013 dan 2014.

3. Matriks hasil uji terap teknik dan metode perlakuan karantina hewan adalah sebagaimana terlampir.

13) Workshop Kebijakan Karantina Hewan Di Wilayah Perbatasan

Workshop dilaksanakan di Hotel Salak The Heritage, Jl. Ir. H. Juanda No. 8, Bogor. Kegiatan workshop dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu, 3-4 November 2012. Dihadiri oleh Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian (UPT KP) yang ada di perbatasan, instansi terkait lingkup internal Kementerian Pertanian, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai – Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Imigrasi – Kementerian Hukum dan HAM, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum – Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri – Kementerian Perdagangan, Dinas di daerah yang membidangi fungsi peternakan, Dinas di daerah yang membidangimasalah perbatasan, Perguruan Tinggi, stake holder, instansi terkait lainnya, serta dari Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani-Badan Karantina Pertanian. Narasumber yaitu Drs. Indra Purnama, M.Si dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan dan Budi Winanto dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dengan moderator Winarko Dian Subagyo dari Bea dan Cukai dan drh. Muchtar A. Baraniah. Kegiatan ini dibuka Kepala Badan Karantina Pertanian. Setelah memperhatikan arahan Kepala Badan Karantina Pertanian yang disampaikan oleh Sekretaris Badan, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, pemaparan Narasumber tentang Kebijakan Pengelolaan Lintas Batas Negara dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan, pemaparan hasil diskusi Kelompok I (Wiayah Sumatera), Kelompok II (Wilayah Kalimantan), Kelompok III (wilayah Sulawesi dan Maluku Utara) dan Kelompok IV (Papua dan Nusa Tenggara Timur) serta diskusi pleno maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

a) Wilayah perbatasan Indonesia dengan Negara tetangga terdiri dari wilayah perbatasan darat (kontinen) dan wilayah perbatasan laut (maritim), merupakan serambi Negara yang memiliki posisi strategis bagi kepentingan Negara, termasuk dalam pengamanan dan pencegahan terhadap kemungkinan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dari Negara tetangga.

b) Wilayah perbatasan perlu mendapat perhatian khusus karena wilayah perbatasan kurang tersentuh pembangunan, keterbatasan akses ke pemerintah pusat, dan keterbatasan penyediaan infrastruktur sedangkan Negara tetangga proaktif melakukan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana sehingga menimbulkan adanya ketimpangan sosial dan ekonomi di wilayah perbatasan. Adanya ketimpangan ini telah menyebabkan masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan lebih

166 Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian TA 2012

berorientasi ke negara tetangga dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

c) Selain itu, pada tataran kebijakan, di wilayah perbatasan masih mengalami beberapa kendala seperti lemahnya koordinasi antar intansi teknis yang ada di wilayah perbatasan (CIQS), belum adanya sinkronisasi kebijakan antar instansi serta keterbatasan kebijakan khusus dari masing-masing instansi dalam rangka memfasilitasi lalulintas komoditas kedua Negara.

d) Merujuk pada UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pengelolaan kawasan perbatasan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan prinsip urusan bersama (concurrence). Secara kelembagaan, melalui Peraturan Presiden No. 12 tahun 2010 telah terbentuk Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). BNPP antara lain mempunyai tugas menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolaan perbatasan.

e) Badan Karantina Pertanian sebagai institusi yang bertugas di tempat pemasukan termasuk wilayah perbatasan, perlu berkoordinasi dengan BNPP dan intansi lain seperti Ditjen Bea Cukai, Imigrasi, Perdagangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan serta dinas daerah yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan.

f) Keterbatasan akses ke pusat dan infrastruktur yang terbatas menjadi kendala dalam pengurusan ijin /rekomendasi yang selama ini harus ke Pemerintah pusat, sehingga diharapkan mekanisme perijinan dapat dipersingkat atau dipermudah, dapat berupa pemberian rekomendasi cukup dari Pemerintah Daerah atau otoritas yang berwenang diperbatasan.

g) Apabila dari sisi risiko masuk dan tersebarnya HPHK dinilai kecil atau dapat diabaikan, maka diusulkan dapat dilalulintaskan tanpa ada rekomendasi, namun demikian tetap perlu ada pembatasan nilai, jumlah maupun volume untuk menghindari kemungkinan barang yang dilalu lintaskan yang sebenarnya hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan wilayah perbatasan, namun diperdagangkan di luar wilayah perbatasan.

h) Nilai, jumlah dan volume yang dapat dilalu lintaskan tanpa rekomendasi diusulkan selaras dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 188/PMk.04/2010 tentang Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas dan Barang Kiriman, dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 24/M-MDAG/PER/9/2011 tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan atau dapat juga ditentukan melalui perjanjian bilateral perdagangan lintas batas (Permendag 24/2011 pasal 16 ayat 5).

i) Terhadap hewan dan produk hewan tertentu yang masih memiliki risiko penyebaran HPHK tinggi, lalu lintasnya di wilayah perbatasan dikecualikan dari pengaturan ini dan tetap memerlukan rekomendasi dari Pemerintah Pusat, misalnya hewan bibit, DOC/DOD, bahan patogen dan obat hewan. j) Definisi wilayah perbatasan yang perlu dipertegas terutama tempat

pemeriksaan di pos lintas batas/pelabuhan laut yang telah ditetapkan secara resmi oleh pemerintah untuk mempermudah pengawasan karantina.

167 Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian TA 2012

k) Petugas UPT KP dalam melakukan pengawasan perlu memiliki pengetahuan tentang profiling terkait barang yang dilalu lintaskan apakah tergolong barang dagangan, barang pelintas batas, atau barang bawaan penumpang melalui kartu identitas kendali khusus untuk pengawasan terhadap pelintas batas/penumpang terhadap jumlah dan jenis yang dilalu lintaskan.

l) Dalam melakukan pemeriksaan di wilayah perbatasan perlu dilakukan koordinasi yang tertuang dalam suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) khusus, sehingga jelas siapa yang terlebih dahulu melakukan pemeriksaan di wilayah perbatasan. Setelah SOP tersusun selanjutnya perlu ada sosialisasi dan simulasi SOP, sehingga dalam operasional yang berupa pemeriksaan bersama dapat berjalan dengan baik.

14) Pembahasan Penyempurnaan Pedoman Persyaratan dan tatacara pelaksanaan Tindakan Karantina terhadap MP Produk Hewan MBM, Daging, Kulit dan susu dan telur.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5-7 November 2012 di Hotel Griya Sakinah Bogor. Dan dihadiri oleh 16 orang orang peserta terdiri dari pejabat struktural dan fungsional lingkup Pusat KH dan Kehani, tim pembahas, narasumber dari Universitas dan Komisi Ahli Karantina Hewan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membahas pedoman persyaratan dan tata cara pelaksanaan tindakan karantina terhadap media pembawa Meat Bone Meal (MBM), Daging, Kulit Industri, Susu dan Telur sehingga tersusun sebuah pedoman tentang persyaratan dan tata cara pelaksanaan tindakan karantina hewan terhadap media pembawa Meat Bone Meal (MBM), Daging, Kulit Industri, Susu dan Telur dan membantu petugas karantina hewan dilapangan dalam melaksanakan tugasnya.

Kegiatan ini menghasilkan Pembahasan Penyempurnaan adalah :

a) Menetapkan dasar dari penyempurnaan pedoman tindakan karantina hewan terhadap media pembawa meat bone meal (MBM), daging, kulit industri, susu dan telur yaitu Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Dasar Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan Pasal 8 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.

b) Menbahas konsep/ draft permentan oleh tim pembahas dengan masukan dari peserta rapat dan narasumber.

c) Menyepakati bahwa dalam penyusunan pedoman tindakan karantina hewan media pembawa berupa produk hewan terdiri dari Bahan Asal Hewan (BAH), Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH), dan Media Lain dengan judul permentan yaitu: Tindakan Karantina Media pembawa BAH, HBAH dan Benda Lain.

15) Pembahasan bahan kajian resiko dalam rangka penyusunan Analisa Resiko MP Produk Hewan.

168 Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian TA 2012

Kegiatan Pembahasan bahan kajian resiko dalam rangka penyusunan Analisa Resiko MP Produk Hewan Dilaksanakan pada tanggal 18-21 November 2012 di Hotel Griya sakinah Bogor. dihadiri oleh 16orang peserta terdiri dari pejabat struktural dan fungsional lingkup Pusat KH dan Kehani. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membahas penyusunan analisa risiko media pembawa HPHK berupa produk hewan sehingga tujuan yang diharapkan yaitu tersusunnya analisa risiko terhadap media pembawa HPHK berupa produk hewan dapat tercapai.

Hasil Rapat Pembahasan Penyusunan :

a. Disepakati analisa risiko adalah penting merupakan ilmu dokter hewan, sehingga analisa risiko ini adalah penting untuk menentukan risiko yang selanjutnya sebagai acuan dalam melakukan tindakan karantina.

b. Susbtansi dalam analisa risiko yang akan dikaji disepakati adalah khusus untuk produk hewan.

c. Konsep pedoman yang disusun akan dibahas lebih lanjut dalam rapat konsinyasi penyusunan dan rapat pembahasan bersama dengan narasumber.

169 Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian TA 2012

Lampiran 5.

DOKUMEN KEGIATAN PUSAT KARANTINA TUMBUHAN