• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil uji viabiliitas bakteri asam laktat pada granul yogurt 1.Hasil perhitungan jumlah bakteri asam laktat (BAL)

Dalam dokumen Journal-Nasional-ISSN-UHAMKA (Halaman 193-197)

Peran Memaafkan dan Sabar dalam Menciptakan Kepuasan Perkawinan

COMPARISON OF MANNITOL, DEXTROSE, AND LACTOSE AS FILLER IN THE PRODUCTION OF YOGHURT GRANULE

C. Hasil uji viabiliitas bakteri asam laktat pada granul yogurt 1.Hasil perhitungan jumlah bakteri asam laktat (BAL)

Hasil uji distribusi pada data sudut diam menghasilkan nilai significance sebesar 0,087 lebih besar dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hasil uji homogenitas dari data sudut diam yaitu menghasilkan nilai sig sebesar 0,016 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak berarti data waktu alir mempunyai varian yang berbeda, oleh karena itu tidak dapat dilanjutkan dengan uji analisis varian (Anova) tetapi menggunakan uji Kruskal - Wallis. Hasil uji Kruskal- Wallis terhadap data waktu alir menghasilkan nilai Asymp.sig sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada perbedaan bermakna dari ketiga formula. Kemudian dilanjutkan uji Tukey HSD dan hasilnya antara formula 1 dengan 2 dan 1 dengan 3 menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna, karena masing-masing memiliki nilai significance < 0,05. Sedangkan antara formula 2 dengan 3 tidak ada perbedaan bermakna, karena memiliki nilai significance > 0,05.

Hasil uji distribusi pada data kompresibilitas menghasilkan nilai significance sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hasil uji homogenitas dari data kompresibilitas yaitu menghasilkan nilai significance sebesar 0,266 lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima, berarti data kompresibilitas memiliki varian yang sama (homogen). Hasil uji analisis varian terhadap data kompresibilitas menghasilkan nilai significance sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada perbedaan bermakna dari ketiga formula. Kemudian dilanjutkan uji LSD dan hasilnya antara formula 1 dengan 2 dan 1 dengan 3 menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna, karena masing-masing memiliki nilai significance < 0,05. Sedangkan antara formula 2 dan 3 tidak memiliki perbedaan bermakna, karena memiliki nilai significance > 0,05.

C. Hasil uji viabiliitas bakteri asam laktat pada granul yogurt 1. Hasil perhitungan jumlah bakteri asam laktat (BAL)

Jumlah bakteri asam laktat di dalam yogurt akan sangat menentukan kualitas granul yogurt yang dihasilkan. Diharapkan viabilitas BAL dalam granul tetap tinggi sehingga dapat memberikan pengaruh yang baik bagi kesehatan. Hasil uji jumlah bakteri asam laktat dari mulai yogurt murni sampai menjadi granul yogurt dapat dilihat pada tabel 8:

Tabel 8. Hasil Perhitungan BAL Pada Yogurt dan Granul Yogurt Formula

Pengulangan

Yogurt Murni Manitol Dekstrosa Laktosa

1 1,74x107 1,61x106 6,75x106 2,66x106 2 6,18x107 1,70x106 4,99x106 3,60x105 3 5,94x107 2,24x106 7,48x106 1,33x104 4 1,74x107 1,71x106 4,98x106 2,69x106 5 6,18x107 2,27x106 6,75x106 3,13x105 6 5,94x107 1,57x106 7,49x106 2,67x104 Rata-rata 4,62x107 1,85x106 6,41x106 1,01x106 Log (cfu/g) 7,66 6,27 6,81 6,00 SD 0,07 0,97 0,28 0,38

11

Hasil uji jumlah bakteri asam laktat pada yoghurt yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di atas. Rata-rata dari jumlah bakteri asam laktat pada yoghurt tersebut adalah 7,66±0,07 log cfu/g. Berdasarkan data di atas, dapat dinyatakan bahwa yoghurt murni yang akan digunakan memenuhi persyaratan yaitu 107 cfu/g (BSN 2009). Sehingga dapat disimpulkan yogurt tersebut dapat digunakan untuk membuat granul yogurt.

Rata-rata dari jumlah bakteri asam laktat pada granul yogurt dengan menggunakan basis manitol adalah 6,27±0,97 log cfu/g, basis dekstrosa 6,81±0,28 log cfu/g, dan basis laktosa 6,00±0,38 log cfu/g. Berdasarkan data di atas, dapat dinyatakan bahwa ketiga granul yogurt tersebut tidak memenuhi persyaratan menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) yaitu 107 cfu/g. Hal ini disebabkan oleh bahan pengisi larut air memiliki kelembapan yang tinggi (higroskopis), sehingga mengakibatkan campuran antara yogurt dengan bahan pengisi menjadi lembab dan sedikit basah. Kondisi tersebut memerlukan waktu pemanasan yang lama yaitu 450C selama ± 2 hari, sehingga memungkinkan jumlah bakteri asam laktat yang terkandung dalam granul tersebut berkurang.

0 2 4 6 8 10 F1 F2 F3 Yogurt Sumber Ju m lah B A L D al am l og (c fu /g )

Gambar 5. Rerata Viabilitas BAL Yogurt dan Granul Yogurt Formula 1, 2, 3

2. Hasil analisa data jumlah bakteri asam laktat (BAL)

Hasil uji distribusi pada data viabilitas bakteri asam laktat (BAL) menghasilkan nilai significance sebesar 0,017 lebih kecil dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Hasil uji homogenitas dari data sudut diam yaitu menghasilkan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak berarti data waktu alir mempunyai varian yang berbeda, oleh karena itu tidak dapat dilanjutkan dengan uji parametrik (Anova) tetapi menggunakan uji non-parametrik (Kruskal – Wallis). Hasil uji Kruskal- Wallis terhadap data viabilitas bakteri asam laktat (BAL) menghasilkan nilai Asymp.sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada perbedaan bermakna dari kelima formula. Kemudian dilanjutkan uji Tukey dan hasilnya antara formula 1 dengan 2, 1 dengan 4, dan 2 dengan 4 memiliki perbedaan bermakna, karena masing-masing memiliki

12

significance < 0,05. Antara formula 1 dengan 3 dan 2 dengan 3 tidak memiliki perbedaan bermakna, karena masing-masing memiliki significance > 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dibuktikan bahwa setiap formula tidak dapat mempertahankan viabilitas bakteri asam laktat. Dari ketiga formula hanya terdapat 106 cfu/g BAL, tidak memenuhi persyaratan viabilitas bakteri asam laktat menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) yaitu 107 cfu/g. Dari segi karakteristik granul, ketiga formula memiliki sifat fisik granul yang memenuhi persyaratan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil evaluasi granul (waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas) dari ketiga formula, yaitu granul yogurt dengan basis manitol, dekstrosa, laktosa dapat dinyatakan memenuhi persyaratan sehingga sifat fisik granul tersebut baik, tetapi viabilitas bakteri asam laktat dari ketiga granul tersebut tidak memenuhi persyaratan yaitu hanya 106 cfu/g. Dapat disimpulkan bahwa granul yoghurt dengan basis larut air atau higroskopis (manitol, dekstrosa, laktosa) tidak dapat mempertahankan viabilitas bakteri asam laktat meskipun memiliki sifat fisik granul yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hlm.212, 269 Badan Standar Nasional. 2009. Yoghurt. SNI 2981. Badan Standarisasi Nasional,

Jakarta.

Belitz HD, Grosch W. 1987. Food Chemistry. Berlin, Germany. Springer- Verlag Deeth HC, Tamime AY. 1981. Yoghurt: nutritive and therapeutic aspects. J.Food

Prot

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm. 300, 488-489, 519, 1036.

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm 123.

Hadioetomo SR. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hlm. 76.

Hadisoewigyo L, Fudholi A. 2013. Sediaan Solid. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Hlm. 83.

Helferich W, Westhoff D. 1980. All About Yogurt. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Holt JG, NR Krieg, PHA Sneath, JT Staley, ST Williams. 1994. In Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Ninth edition. The Williams and Wilkins Co., Baltimore.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III Vol: 2. Diterjemahkan: Siti Suyatmi. UI Press. Jakarta. Hlm 681 – 685, 691.

13

Porter JWG. 1975. Milk and Diary Foods. Oxford University Press, London. Reid G. 1999. The scientific basis for probiotic strains of lactobacillus. Applied

Environmental Microbiology.

Rowe RC, Sheskey PJ, Owen SC. 2006. Handbook of Pharmaceutical Exipient Fifth Edition. The Pharmaceutical Press, London. Hlm. 231, 389, 430, 449, , 611-612, 744, 767.

Salji. 1991. Concentrated yoghut. Dalam : Journal of Food Science.

Silvia. 2002. Pembuatan Yogurt Kedelai (Soygurt) dengan Menggunakan Kultur Campuran Bifidobacterium Bifidum dan Streptococcus Thermophilius. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor

Siregar CJP. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Universitas Indonesia, Jakarta. Hlm 34,36, 149, 158-159, 163, 193

Tamime AY, Deeth HC. 1980. Yoghurt: Technology and Biotchemistry. J. Food Protect.

Voigt R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Penerjemah Soendani Noerono. UGM Press, Yogyakarta. Hlm. 160, 161, 166-169.

Sigma Journal ISSN: 1411-5166 No. 01, Volume VI, Juni 2014

22

Assessment-Based Learning: Sebuah Tinjauan untuk Meningkatkan

Dalam dokumen Journal-Nasional-ISSN-UHAMKA (Halaman 193-197)