• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Wawancara dengan Amarullah

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 47-58)

4.4. Temuan Data

4.4.2. Hasil Wawancara dengan Amarullah

Saat ditanya mengenai sejak kapan PHE WMO melakukan aktivitas Corporate Social Responsibility, Amarullah mengungkapkan bahwa ia tidak tahu jelasnya kapan, akan tetapi PHE WMO telah melakukan CSR sejak sebelum ia masuk sebagai pegawai. Ia menjelaskan bahwa CSR PHE WMO terdapat guidance dalam pelaksanaannya dan semua programnya terencana. Amarullah mengatakan bahwa sebelum tahun 2012 PHE WMO hanya melakukan kegiatan-kegiatan community dan tidak sampai detail. Kemudian, setelah tahun 2012, mulai terdapat banyak institusi yang berpartisipasi untuk memberi masukan terhadap mekanisme CSR. Tahun 2013, PHE WMO melanjutkan implementasi program yang sudah ada dan memberikan masukan berupa monitoring dan evaluasi.

“Saya tahun 2013 bulan september. Tapi kan memang untuk PHE WMO kan dari dulu sudah melakukan csr, ada guidance nya, dokumentasinya jelas, sudah ada laporan-laporannya, ada juga di dokumen proper. Jadi semua program terencana. sebelumnya kan hanya kegiatan community tok.. tidak sampai detail.. kemudian setelah tahun 2012.. banyak insitusi pendidikan yang ikut berpartisipasi untuk memberikan masukan.. akhirnya ee mekanismenya jadi berubah.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

PHE WMO dalam menjalankan CSR mengacu pada 4 kategori, yaitu infrastruktur, empowerment, capacity building, dan charity. Tujuan PHE WMO melakukan CSR adalah untuk mengamankan operasi, memberikan company image yang baik, mendapat penghargaan, dan mendapat pengakuan dari masyarakat.

“PHE WMO kan untuk program CSR ada 4 kategori.. mulai dari infrastruktur, empowerment, capacity building, sama satu lagi charity.. ada

dokumennya nanti saya lihatkan.. nah kalau kita bicara jenis program yang kempat pilar itu tadi.. itu ada beasiswa untuk masyarakat pesisir.. jadi fokus kita adalah kita kan berada di operasi di wilayah pantai madura.. dan sekitar operasi mayoritas nelayan.. nah kita juga fokus ke pendidikan anak-anak nelayan, baik SMA, maupun S1.. kalau S1 baru mulai tahun kemarin.. ini ni mau dua tahun nih sekarang. Ini kita lagi coba 4 tahun ini ada tujuh orang mahasiswa-mahasiswi.. ys memang atas dasar saran dari SKK Migas harus ada program beasiswa ini.. Ini kita mau jalan dua tahun.. setelah itu nanti kita jalan untuk tahun yang kedua.. Nanti setelah program ini jalan.. kita harepin setelah 4 tahun ini mereka ada penambahannya.. apakah mereka bisa sukses dalam perkuliahannya.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove merupakan program CSR unggulan PHE WMO. Amarullah mengatakan bahwa Taman Pendidikan Mangrove telah berhasil merubah mindset masyarakat, dimana sebelumnya masyarakat tidak peduli lingkungan akhirnya ada yang sedikit peduli bahkan sangat peduli, dan dari hasil kepedulian mereka ada income yang diterima. “Yang unggulan sebenarnya sudah kita masukkan pada proper 2016. Dalam arti yang bisa masuk menjadi kandidat penghargaan proper emas itu memang menjadi unggulan kita. Cuman memang dari tiga program unggulan itu, yang paling berbeda adalah Taman Pendidikan Mangrove, karena TPM itu bisa merubah mindset masyarakat terutama madura yang sebelumnya tidak peduli pada lingkungan akhirnya ada yang sedikit peduli, ada yang sangat peduli.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Tujuan program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove ini adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.

“Nah kalau tujuan PHE WMO untuk apa sih melakukan CSR? Sebenarnya untuk mengamankan operasi. Kita berharap mereka mendukung kegiatan operasi perusahaan kita.. intinya kayak gitu.. Setelah

mengamankan operasi nah nanti ada nilai tambahnya yaitu memberikan company image yang positif, dapat penghargaan, dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Sehingga apa? Kalau kita sudah mendapat pengakuan dari masyarakat nah itu akan muncul sama mereka rasa memiliki.. sehingga kalaupun ada gangguan kepada operasional atau produksi.. mereka yang akan membantu kita.. menjadi telinga, mata dan tangan kita untuk menyelesaikan itu” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Taman Pendidikan Mangrove ini telah berdiri sejak tahun 2014 awal dan diinisiasi oleh Comdev PHE WMO. Pada awalnya, sebelum tahun 2014, Comdev PHE WMO melakukan approach ke masyarakat Pada saat itu, masyarakat mengalami kerusakan lingkungan abrasi pantai. Kemudian, Comdev PHE WMO melakukan diskusi dengan masyarakat. Dalam diskusi tersebut, masyarakat bercerita mengenai masalahnya dan Comdev PHE WMO mencarikan alternatif-alternatif solusinya. Dalam arti, solusi yang sesuai dan mampu melibatkan seluruh masyarakat lokal.

“Taman Pendidikan Mangrove ini kalau lari keprogram unggulan. TPM ini berdiri pada 2014 awal.. Jadi TPM ini di inisiasi oleh kita.. tentunya dengan wajah-wajah baru.. kita melakukan approach ke masyarakat.. tetapi program ini basic nya adalah menyelesaikan problem yang dihadapi masyarakat... nah itu kan mereka menghadapi masalah abrasi pantai.. dari situlah kita diskusi.. mereka bercerita masalahnya apa.. lalu kita carikan alternatif-alternatif solusinya.. dimana yang cocok dan juga sesuai.. serta mampu melibatkan seluruh masyarakat lokal” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Dalam melakukan approach tersebut, strategi Community Relations-nya adalah mengosongkan pikiran, stigma, dan stereotype mengenai masyarakat Labuhan yang merupakan suku Madura. Selain itu, Comdev PHE WMO harus memiliki paramater dalam arti mengerti apa yang boleh dilakukan dan apa yang

tidak boleh dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan diri dan menghadirkan ikatan batin sehingga bisa berdiskusi dan berkomunikasi secara lancar.

“Sebenarnya seorang COMDEV saat kita masuk ke suatu daerah tertentu kita harus mengosongkan stigma, stereotype mengenai masyarakat tersebut. Jadi waktu saya masuk kesana masuk ke madura.. saya tau madura itu orangnya keras.. kasar.. carok.. yang terlihat aja deh pokoknya.. hehe.. Tetapi begitu saya masuk sana pikiran itu tadi saya ambil saya taruh di mobil dulu.. Jadi saya kesana itu polos aja.. kosongkan pikirian deh.. tapi kita kasih parameter.. do and donts nya apa.. Terus kita masuk.. kita diskusi.. memang awalnya pendekatan kulturual.. kalau memang kita minat.. saya minat waktu itu.. sebenarnya ini tidak dilakukan sama COMDEV di perusahaan lain saya rasa.. Nah hal itu saya lakukan di tempat yang lain juga.. sebelum saya kerja disini pun.. nah itu sebenarnya yang harus dilakukan.. supaya ada yang namanya ikatan batin.. supaya lebih dekat.. jadi bisa diskusi disana.. kemudian juga makan bareng mereka.. ngobrol bareng mereka.. bercanda.. dan sebagainya. Nah sebenarnya engagement itu yang harus dilakukan.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Strategi Community Relations selanjutnya adalah Live In. Comdev PHE WMO menginap di rumah warga dan menjalin hubungan dengan mereka.

“nginepnya di saung mangrove.. yang kita bangun pertama kalii.. ya nginepnya disitu,, tidurnya diluar.. bareng-bareng.. ada berapa ya itu.. ya nginep disitu.. Tapi kalau dirumah penduduk kita nginepnya dirumah pak mis.. sekalian Live in gitu.. karena yang paling welcome si pak mis.. kalau pak klebun ga terlalu.. kalau pak sahril kondisinya ini kan.. kalau pak mis status ekonominya lebih agak maju lah.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Setelah melakukan diskusi dengan masyarakat, disepakati bahwa akan melakukan penanaman mangrove. Amarullah mengatakan bahwa PHE WMO mempunyai strategi-strategi. Strategi pertama, Comdev PHE WMO mengedukasi

masyarakat mengenai mangrove dalam arti masyarakat diajarkan bagaimana menanam mangrove. Dalam hal ini, Comdev PHE WMO mengajak masyarakat melakukan pelatihan di Mangrove Centre Tuban (MCT) selama 3 hari. Masyarakat diajarkan bagaimana cara mengelola mangrove, cemara, dan budidaya kepiting soka. Selanjutnya, saat masyarakat sudah well informed mereka kembali dan mengimplementasikan di Labuhan.

“Dan akhirnya, dari situ mereka kan.. gimana kalau kita melakukan penanaman mangrove tapi kita ada step-stepnya.. Nah pertama itu mereka di edukasi dulu.. jadi diedukasi dulu apa itu mangrove.. bagaimana cara menanam mangrove.. kita edukasi.. terus. Iya masih buta.. mereka tidak tau apa-apa masihan.. tapi kebutaan masyarakat itu kita tau dari diskusi.. diskusi.. diskusi.. akhirnya kita cari-cari dan ketemulah Mangrove Centre Tuban. Lalu kita bawa ke MCT itu.. tapi dari situ kita juga sebelum masuk kemereka.. kita juga ada koordinasi dulu dengan MCT tuban.. bahwa kita akan mengajak masyarakat untuk melakukan pelatihan disana.. setelah nyambung.. langsung kita bawa mereka 3 hari untuk pelatihan di MCT tuban itu.. mengelola mangrove teru budidaya mangrove, cemara kemudian juga kepiting soka.. Nah dari situ.. hasil dari mangrove centre tuban itu.. dipraktekkan lah di Labuhan” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Amarullah mengatakan bahwa masyarakat yang diajak ke MCT adalah masyarakat terpilih. Pada saat itu, ada sekitar 13-16 orang dan mereka semua adalah kader-kader masyarakat. Dari 16 orang tersebut hanya ada 5 orang yang aktif. Comdev PHE WMO tidak bisa memaksakan mereka semua untuk aktif karena mereka mempunyai kesibukan masing-masing. Setelah masyarakat kembali dari MCT, Comdev PHE WMO bersama masyarakat membuat demplot (tempat pembibitan) untuk mangrove dan cemara laut. Bibit-bibit yang diminta di MCT disemaikan di pesisir pantai Labuhan. Selanjutnya, PHE WMO memberikan akses kepada masyarakat untuk menjual bibit tersebut.

“iya betul masyarakat terpilih.. yang sekarang menjadi kelompok itu.. Kelompok Tani Mangrove Cemara Sejahtera.. waktu itu ada sekitar 13

sampai 16 orang kalau ga salah.. tapi yang hadir kayaknya sekitar 13 an.. itu semua yang pioner-pioner.. tapi yang jalan itu.. yang aktif itu paling dari 13 itu 4 atau 5 kalau ga salah.. kan yang lainnya kita juga tidak bisa memaksakan kan.. mereka juga sibuk kan.. Nah dari situ, dari kita bawa ke MCT terus kembali ke labuhan.. terus buatlah kita demplot untuk cemara laut sama mangrove.. bibitnya yang cemara mangrove kita minta ke MCT.. kita semaikan di Labuhan.. dan di Labuhan setelah berapa lama terus kita tanam.. itu sekarang udah tinggi terus juga banyak yang beli juga.. jadi memang pada dasarnya adalah mereka kita edukasi dulu sih.. edukasi dulu.. terus pelatihan.. mereka sudah well inform.. terus baru kita masuk ke budidaya.. setelah itu kita berikan mereka akses untuk jual.. disitu ada yang dijual ada juga yang ditanam.. Nah kalau penanaman pertama yang di 2014 itu.. selepas dari pelatihan pertama tahun 2013 bulan November kalau ga salah.. MCT tuban nyumbang sekitar 3200 bibit cemara.. nah itu yang ditanam disepanjang pesisir pantai itu.. yang sekarang sudah tinggi-tinggi itu.. nah itu awal yang dibibit di situ.. itu kan sudah jadi tapi banyak yang mati.. nah hasil penanaman yang di labuhan itu untuk menyulam.. mana yang mati mana yang hidup. Gituu.. Jadi berkesinambungan.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Amarullah mengatakan strategi Community Relations yang digunakan dalam melaksanakan program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove ini adalah dengan diskusi, mendengar keluh kesah masyarakat, dan menawarkan alternatif-alternatif solusi. Amarullah menambahkan bahwa strategi program sudah terdapat roadmap-nya, terdapat titik awal dan implementasinya di masing-masing tahun. Kuncinya dalam Community Relations adalah seorang Comdev harus peduli terhadap masyarakat. Masyarakat yang punya permasalahan dan tidak tahu cara mengatasinya, seorang Comdev harus bisa masuk kesitu dan peduli dengan mereka. Strategi selanjutnya adalah mencari pioner-pioner atau kader-kader atau pemangku kepentingan di masyarakat karena keterbatasan tidak bisa merangkul semua masyarakat. Selanjutya, strategi lainnya adalah dengan membangun kepercayaan masyarakat untuk mendapatkan relasi yang kuat.

“Nah sebenarnya membangun hubungan itu adalah tentunya kita pada awalnya menawarkan sesuatu berdasarkan apa yang kita butuhkan tapi mereka tidak sadar. Setelah itu kita masuk lah.. diskusi, kemudian mendengarkan keluh kesah mereka.. setelah itu kita masuk terus kita tawarkan alternatif-alternatif itu. Kalau bicara strategi sebetulnya kan strategi program kita itu sudah ada roadmapnya secara jelas ada didokumen kita.. titik awalnya sudah ada dan sudah ada implementasinya di masing-masing tahun.. tapi kalau lebih kemasyarakatnya.. ya hal-hal yang sudah saya sampaikan tadi.. ya kita bangun dulu.. bahwa kita itu peduli sama mereka.. kita mengetahui permasalahan mereka tapi mereka sendiri tidak tau cara menghadapinya.. setelah itu barulah kita bisa masuk kemasyarakat.. tapi memang tidak mungkin kita masuk kemasyarakat secara keseluruhan. Tetapi kita harus cari pioner-pioner awal.. dalam arti pemangku kepentingan-kepentingannya.. nah.. karena kita ga mungkin merangkul semua dan kita ga mungkin menguasai semua.. memang sekarang TPM ada yang ga puas?? Ada.adaa.. pasti ada yang ga puas.. Kenapa? Karena mereka kan mungkin lawan politiknya pak klebun.. terus juga bisa jadi mereka tidak mendapatkan income ekonomi dari TPM.. yang ketiga mungkin mereka tidak peduli dengan mau maju desanya.. mau ancur desanya.. tapi mereka cuman pengen dapet mentahnya aja.. tinggal jadinya aja gituu.. Ada lo yang kayak gitu.. nah intinya kita harus bisa memilah lah kepada siapa kita bisa ini.. tapi nanti kalau kita suda bisa temukan itu.. memang menemukan orang-orang itu sulit.. dan pada saat itu ita beruntung.. pada saat kita milih orangnya bener gituu.. karena beberapa kejadian ditempat yang lain malah ga ada sama sekali ya kan.. jadi beruntunglah kita dapat orang yang tepat.. terus juga situasinya pas.. itu sih.. kalau strategi untuk pendekatan sih kita bangun dulu kepercayaan.. Mereka percaya sama kita.. kita pun membalasnya dengan memberikan kepercayaan juga kepada mereka.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Dalam pembangunan Taman Pendidikan Mangrove, strategi Comdev PHE WMO juga melibatkan masyarakat. Pada pembangunan Saung Mangrove pertama, dikerjakan oleh Kepala Desa beserta masyarakat disitu. Kepala desa di Madura mempunyai peranan penting dan tertinggi sehingga setiap program pembangunan desa harus mendapatkan ijin dari Kepala Desa. Kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur Taman Pendidikan Mangrove dikerjakan oleh Kepala Desa beserta masyarakat.

“Misalnya pada saat pembangunan saung mangrove yang pertama. Itu yang mengerjakan adalah pak klebun (kepala desa).. dengan warga situ yang mengerjakan.. memang semua pekerjaan yang ada disitu harus melalui pak klebun, karena memang dimadura di bangkalan itu kepala desa itu memiliki peranan penting dan tertinggi.. dimana jalan atau tidaknya program pembangunan disana. Dulu pak klebun itu susah sekali untuk mau mendukung program TPM ini.. tapi ya itu tadi strategi kita.. kita Live in.. tinggal disana membangun kepercayaan masyarakat.. kalau dari situ mereka berubah ya syukur alhamdulilah.. pokoknya niat kita kan memberikan kepedulian sama mereka.. dari situ mereka bisa berubah.. kemudian bisa percaya.. bisa kita putar balikkan.. ya kita sudah tidak memandang mereka lagi apatis.. itu berarti udah menjadi orang saya gituu.. hehehe” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

PHE WMO dalam melaksanakan program Taman Pendidikan Mangrove juga memiliki strategi untuk menyelesaikan dinamika permasalahan atau isu-isu yang berkembang di masyarakat. Permasalahan yang masih terjadi adalah permasalahan pembagian income yang tidak merata dan banyaknya yang merantau. PHE WMO dalam hal ini bertindak sebagai penasehat. PHE WMO berbicara kepada mereka bahwa tidak akan mencampuri urusan dapur mereka. PHE WMO menggiring mereka untuk kembali ke peraturan awal yang telah disepakati. Comdev PHE WMO lebih bersifat memonitori, begitu ada masalah Comdev PHE WMO akan pergi ke masyarakat untuk berunding dan berkomunikasi. Amarulah juga mengatakan perlu adanya diskusi terus-menerus supaya tidak timbul

kecurigaan. Setiap bulan, Comdev PHE WMO melakukan monitoring dan melakukan kunjungan ke masyarakat untuk berdiskusi.

“Iya TPM itu sebelum dibuka menjadi sebuah wisata edukasi itu tidak ada masalah apa-apa.. tapi saat sudah dibuka dan sudah ada nilai ekonominya. Itu baru ada masalah.. saya kembalikan ke mereka.. saya tidak akan mencampuri urusan dapur mereka.. tetapi program ini harus jalan. Kalau tidak mempunyai berbagi pertimbangan untuk memajukan dan mengembangkan desa ini. Karena mereka sudah teredukasi dengan baik untuk menyelesaikan permasalahan mereka dengan warga lainnya.. seperti pembagian income yang tidak merata.. silahkan selesaikan bagaimana.. kembali ke peraturan awal yang sudah dibicarakan.. berapa persen.. berapa persen.. gitu.. Itu aja yang kita lakuin. Kita lebih ke arah penasehat sih.. karena kita juga hati-hati.. misalnya eee.. istilahnya kan mereka sudah jadi rumah tangga sendiri tapi kita support kan.. cuman kalau kita intervensi itu akan tidak menggunakan kemandiriannya mereka dalam menyelesaikan masalah.. kita sifatnya adalah memonitori.. begitu ini ada masalah.. pak ini ada masalah.. kan saya kadang malam dapat sms.. pak ini itu begini pak.. dan sebagainya.. ya saya bilang ya udah nanti minggu depan saya kesana saya ketemu.. yaudah bapak rundingan sama pak klebun sama warga lain.. Akhirnya saya belum sempet ngomong ke pak klebun.. tapi pak klebun ngomong ke saya kalau ada masalah ini.. pak klebun sudah dengar, masyarakat bilang bahwa uangnya tidak merata dibagi sama pak klebun, padahal pak klebun bilang ada pengeluaran yang tidak terduga yaitu kayak urunan ke Pemda, buat perbaikan jalan, dan sebagainya... Nah itu makanya perlu adanya pertemuan dan diskusi terus supaya tidak timbul curiga.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Selain itu, permasalahan dan isu-isu yang terjadi tidak selalu disampaikan ke Comdev PHE WMO. Amarullah mengatakan bahwa sebagai seorang Comdev harus mempunyai insting atau kepekaan saat melihat permasalahan yang terjadi di masyarakat. Strateginya adalah menjalin komunikasi secara terus menerus dan

mengajak mereka bercanda, lalu menggiring mereka sehingga mereka menceritakan permasalahan yang terjadi. Comdev PHE WMO menjadikan masyarakat mitra untuk mengatasi sebuah isu atau permasalahan dan memberikan edukasi terus menerus untuk mengantisipasi sebuah permasalahan.

“dari laporan laporan dan juga dari insting waktu kita kesana.. kita juga harus peka.. wah ini kok beda ada apa ini.. nah gitu.. kita ajak becanda-becanda aja.. terus komunikasi terus.. ee akhirnya keluar.. muncul.. ya udah kita langsung rundingan.. ya contohnya kayak masalah warung yang ada di dalam TPM itu sebenarnya itu kan ga boleh.. ya saya sudah bilang.. kalau saya kesana triknya saya ga pernah beli di warung itu.. meskipun ditawari gratis saya ga pernah beli.. alasannya saya udah bawa gituu.. hehe.. nah sebenarnya itu saya kasih banyak simbol bahwa saya tidak berkenan warung itu ada disitu.. kalau saya membeli berarti saya mendukung dong.. haha... Dan iya masyarakat dijadikan mitra sebagi isu.. kalau diawal, sebelum adanya TPM masyarakat itu isu atau permasalahan.. seperti yang sudah saya jelaskan diatas tadi.. permasalahan mereka yang masih belum sadar untuk merawat lingkungannya. Nah kalau strategi PHE WMO untuk mengantisipasi kekhawatiran masyarakat itu ya mengedukasi, mengedukasi.. mengedukasi supaya masyarakat semakin dewasa.” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Dalam mengimplementasikan Program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove, Comdev PHE WMO melakukan program-program support kepada masyarakat secara spesifik, seperti memberikan edukasi mengenai jenis-jenis burung yang transit ke Labuhan kepada komunitas anak-anak SD di Labuhan, melibatkan ibu-ibu dalam program catering, dan mengajak pemuda-pemuda untuk mengikuti gerak jalan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan. Masih banyak kegiatan lainya, seperti sponsorship, gotong royong, dan Live In. Selain itu, juga melakukan pelatihan dan pembekalan seperti melakukan studi banding dan pembekalan pariwisata di BPHM (Badan Pengelola Hutan Mangrove Bali).

“iya ada dan sebenarnya lebih kearah.. misalnya kita kerjasama dengan lembaga-lembaga atau komunitas untuk buat program pengembangan.. kayak misalnya kemarin komunitas pecinta burung memberikan edukasi sama anak-anak SD labuhan kita mengenai jenis-jenis burung yang lagi transit di menara burung itu.. Kemudian, ada kelompok ibu-ibu yang kita libatkan di program yaitu catering dan kita lanjutkan terus sampai tahun ini.. kemudian ada kelompok-kelompok pemuda yang ikut dalam gerak jalan waktu 17 an kita support.. Jadi semua golongan lah kita ada program-programnya dan kita support... tapi itu memang ga semudah yang kita bayangkan.. kita mau menyusun program-program itu harus tepat jugaa. Masih banyak kegiatan lainnya, seperti kegiatan sponsorhip, gotong royong, kemudian kita live in disana..Terus selain itu ada pelatihan-pelatihan juga.. kemudian budidaya ternak domba, kepiting soka (silvopasturi), dan sebagainya.. Oiya ada juga pembekalan pariwisataa.. ada 4 orang dari warga yang kita ajak kebali untuk studi banding dan

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 47-58)