4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Profil PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore
Nama Perusahaan : PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore Alamat : Jl. Amak Khasim, Desa Sidorukun, Gresik (61112) Telepon : +62-31-2939100
Fax : +62-31-2939109
Website : www.phe-wmo.com
PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) adalah perusahaan BUMN bidang eksplorasi dan eksploitasi hulu migas di Indonesia, yang berbasis di Jakarta dan memiliki wilayah operasional di Gresik, Jawa Timur. PHE WMO adalah afiliation company dari PT. Pertamina Indonesia melalui PT. Pertamina Hulu Energi. PHE WMO adalah operator dari West Madura Production Sharing Contract (PSC). Perusahaan ini telah beroperasi di West Madura Offshore (WMO) blok sejak tahun 2011. Kegiatan pertama di blok Madura Offshore Barat dimulai pada tahun 1984. Di Blok WMO, PHE WMO memiliki 80% dari bunga (PI) yang berpartisipasi, sementara sisanya dimiliki oleh Kodeco Energy Ltd. (20%).
Dalam menjalankan bisnisnya, PHE WMO melakukan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di lepas pantai pulau Madura dan menjadi operator 10 Anjungan (Platform 2, 5, 6, 30, 23, 40, 32, KE-38A, PHE-38B, PHE-54, PHE-39) yang terdiri dari 78 sumur eksplorasi, 82 sumur pengembangan, dan 50 sumur produksi. Semua anjungan PHE WMO diwajibkan untuk mematuhi dan kerap kali melampaui standarisasi internasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menyertakan komitmen PHE WMO sehingga berhasil mencapai angka 0.0 Total Recordable Incident Rate (TRIR), telah melalui 777 hari kerja selamat dan 10.350.074 jam kerja selamat berdasarkan perhitungan dari Lost Time Incident (LTI) terakhir, dan memiliki lebih dari 300 karyawan dengan sertifikasi profesional di tingkat nasional dan internasional. (Laporan Keberlanjutan PHE WMO, 2016)
4.1.2. Sejarah PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore
PHE WMO resmi berdiri pada tahun 2011 setelah melakukan pembelian saham besar-besaran pada Kodeco Energy LTD. Pada tahun 2011 PHE WMO resmi menjadi operator lapangan minyak dan gas bumi di Madura Barat, dengan perjanjian pengelolaan sampai tahun 2031. Dimulai pada tahun 1967 setelah City Service memegang “Exploration Agreement,” yang selanjutnya diteruskan oleh kontraktor Korea sampai tahun 2011. Dalam pengembangannya Lapangan Madura Barat mengalami peningkatan setelah dilakukan pengeboran sumur-sumur baru sampai tahun 1983. Namun baru setelah tahun 2000 ditemukan banyak cadangan yang cukup signifikan diantaranya pada lapangan KE-23B, KE-24, KE-30, KE-39, KE-54, KE-7 dan Poleng-C. Dengan pengambilalihan ini, PHE WMO tertantang untuk mempertahankan produksi yang telah ada dan secara terencana terus mengadakan perbaikan disegala lini untuk dapat mencapai produksi yang telah ditargetkan oleh Pertamina Hulu Energi. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena kegiatan pemboran sumur eksplorasi dan pengembangan yang agresif untuk menahan laju penurunan produksi 50% pertahun dan pertumbuhan produksi 30%. Keberhasilan tersebut dicapai melalui terobosan perencanaan yang tepat dan mensinergikan motivasi kerja di seluruh bagian kinerja PHE WMO.
Tonggak Sejarah PHE WMO
Tahun 1967 : Cities Service menandatangani “Exploration Agreement” di area ini dan kemudian melakukan pengeboran beberapa sumur eksplorasi. Tahun 1981 : Kodeco Energy resmi menjadi operator block ini dan mengebor
tambahan sumur appraisal dan delineasi di PSC area. Setelah 1983 tidak ada pengeboran sumur eksplorasi.
Tahun 1993 : Pipa jalur gas ke Gresik siap digunakan dan mulai dilakukan produksi gas dari lapangan KE-5.
Tahun 1998 : Kodeco mengaktifkan kembali lapangan Poleng. Tahun 1999 : Repsol yang disusul oleh YPF bermitra dengan Kodeco
Tahun 2000 : CNOOC mengambil alih kepemilikan YPF. Pada periode tersebut terdapat penambahan cadangan yang signifikan yang dikonfirmasi menggunakan pengeboran sumur horizontal di Poleng. Dilakukan
upgrade fasilitas produksi untuk dapat menampung penambahan produksi.
Tahun 2002 : Sepanjang periode ini, pengeboran sumur eksplorasi berhasil menemukan lapangan 23B, 24, 30, 40, 39, KE-38, KE-54, KE-7, Poleng-C secara berturut-turut.
Tahun 2004 : Terdapat penambahan cadangan sebesar 176 MMBOE.
2003 – 2005 : Optimasi seismik-3D di daerah Madura Utara. Peningkatan kapasitas kapal tanker, Madura Jaya, menjadi 600 ribu barel minyak. Tahun 2007 : Poleng Processing Platform (PPP) selesai dibangun dan kemudian dimanfaatkan untuk menampung produksi dari lapangan KE-38 yang sangat signifikan. Dilaksanakan gas ekspansi project termasuk penambahan pipa jalur gas 16 inci ke ORF Gresik, sehingga kapasitas pengiriman gas meningkat dari 100 MMSCFD menjadi 250 MMSCFD.
2008 – 2009 : Pengembangan lapangan KE-38 merupakan sukses yang luar biasa. Rencana sumur pengembangan yang dibor dari platform monopod, akhirnya terealisasi menjadi 16 sumur. Hal ini menjadi pendorong utama terpecahkannya rekor produksi minyak tertinggi pada 5 Agustus 2010 menjadi 31.545 BOPD, dan juga merupakan rekor produksi gabungan minyak dan gas menjadi 65.351 BOEPD pada hari yang sama.
Tahun 2010 : Kompresor di PPP sudah terpasang untuk meningkatkan volume dan tekanan pengiriman gas ke ORF gresik.
Tahun 2011 : PHE resmi menjadi operator di lapangan West Madura sampai tahun 2031. Mempercepat proses pengembangan lapangan KE-54, KE-39, KE-40, KE-38B.
Tahun 2012 : Penerimaan FSO (Floating Storage & Offloading) Abherka oleh Direktur Utama PT. Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, disaksikan oleh Kepala BP Migas R. Priyono.
Tahun 2013 : SKK Migas memberikan persetujuan Plan of Development (PoD) pembangunan enam anjungan di blok ini, yaitu PHE-6, 12, 7, 24, 29, 44, 48 terintegrasi dengan fasilitas processing platform.
Tahun 2014 : Akuisisi seismik broadband 3D dengan catatan HSE zero incidents rate pada area KE-5 (North Area) dari wilayah konsesi WMO sebesar 842 km2 berhasil diselesaikan lebih cepat dari rencana, menggunakan teknologi terbaru, yaitu broadband. Pada periode ini juga Temporary Production Facilty (TPF)/Mobile Operating Procedure Unit (MOPU) diberangkatkan (Sail Away) dari Keppel Shipyard Benoi, Singapura, kemudian disambungkan dengan platform PHE-38A.
Tahun 2015 : Pada kuartal I/2015 dilaksanakan sesmic-3D processing.
Tahun 2016 : Peluncuran Anjungan baru PHE WMO, yaitu PHE 12, PHE 24, dan Deck CPP 2 sebagai sebuah rangkaian proyek EPCI-1.
Tahun 2017 : Proyek EPCI-1 selesai pada Februari 2017 dan mulai memproduksi minyak sekitar 1.000 BOPD, dengan puncak produksi sebesar 2.900 BOPD pada Mei 2017. Sementara, sumur gas pada proyek EPCI-1 diperkirakan dapat memproduksi gas sebesar 10 MMSCFD pada Juni 2017, dan mencapai puncaknya 14,1 MMSCFD pada Juli 2017.
Lapangan Produksi PHE WMO
Terletak di sebelah Barat Daya Pulau Madura, saat ini Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) adalah operator dari 16 Anjungan yang terdiri dari 98 sumur.
Anj. KE-2 : Dimulai tahun 1982, produksi rata-rata 250 BOPD dengan produksi tertinggi mencapai 11.000 BOPD minyak mentah. Sampai bulan Oktober 2006 mencapai total produksi 6.010.000 barel minyak dan 13.300 MMSCF gas.
Anj. KE-5 : Ditemukan tahun 1983, sekarang rata-rata menghasilkan 42 BOPD produk kondesasi dan 7 MMSCFD gas alam. Seluruh produk gas dan kondensasi dialirkan melalui pipa bawah laut 14 inci sepanjang 65 kilometer sampai Stasiun Penerima (ORF) di Gresik. Total produksi sampai tahun 2010 mencapai 1.395.000 barel kondensasi dan 89.500 MMSCF gas.
Anj. KE-6 : Lapangan PHE-6 memiliki satu sumur gas dan mulai berproduksi pada bulan Januari 2000 dengan produksi awal/initial production sebesar 437 BPCD (kondesat) dan 14,4 MMSCFD gas alam. Total hasil produksi blok ini secara kumulatif mencapai 220 kbbl dan 9,7 BCF.
Anj. 30 : Penemuan lapangan 30 didahului oleh pengeboran sumur KE-30-1 pada bulan Agustus 2001. Pengembangan lapangan KE-30 dilakukan berdasarkan hasil pengeboran 2 sumur eksplorasi yaitu KE-30-1 dan KE-30-2. POD lapangan ini selesai pada Agustus 2012 dan sebanyak 9 sumur pengembangan telah berhasil di bor. Puncak produksi KE-30 terjadi pada pertengahan tahun 2008 dengan 4.500 BOPD. Sedangkan untuk gas puncak produksinya adalah 7,5 MMSCFD pada bulan juli 2013. Sampai saat ini lapangan ini mempunyai 12 sumur pengembangan.
Anj. KE-23 : Mulai bulan November 2001, menghasilkan rata-rata 10.000 BOPD minyak mentah dan 18 MMSCFD gas alam dalam 4 sumur, namun mengalami penurunan setelah tahun ke-8. Total hasil produksi mencapai 16.160.000 barel minyak dan 53.500 MMSCF gas alam. Anj. KE-40 : Lapangan ini mulai dikembangkan tahun 2003 dan mulai
berproduksi pada bulan maret 2005 melalui sumur KE-40A-1. Puncak produksi minyak mentah mencapai 9.500 BOPD dan 38 MMSCFD gas pada bulan Maret 2007. Saat ini rata-rata produksi harian minyak mentah dari KE-40 adalah sebesar 1.500 BOPD dan gas sebesar 13 MMSCFD.
Gas Expansi : Tahun 2007 Kodeco membangun kompresor baru di Anjungan AW Phase II Dibangun juga pipa 16 inci untuk menyalurkan 200 BBTU dan 175
MMSCFD gas alam dari PPP ke ORF.
Anj. KE-32 : Lapangan ini mulai dikembangkan tahun 2008, dan mulai berproduksi pada bulan Desember 2008 melalui sumur KE-32A-3. Puncak produksi gas mencapai 73,431 MMSCFD pada bulan November 2009.
Anj. KE-38A: Lapangan KE-38A mulai dikembangkan tahun 2008, dan mulai berproduksi pada bulan Desember 2008 melalui sumur KE-38A-6. Produksi minyak mentah mencapai 19.258 BOPD dan gas sebesar 94,431 MMSCFD pada bulan Agustus 2010.
PHE-38B : PHE 38B mulai dikembangkan tahun 2013 dengan 8 sumur pengembangan dan mulai berproduksi pada bulan Maret 2013 melalui sumur PHE-38B-1 dan PHE-38B-2. Pada bulan Agustus 2013, puncak produksi minyak mentah lapangan ini mencapai 15.587 BOPD dan gas sebesar 35 MMSCFD.
PHE-54 : Lapangan PHE-54 memilki 6 sumur pengembangan dan berproduksi pada bulan juli 2013 melalui sumur PHE-54A-7. Puncak produksi minyak mentah sebesar 2.794 BOPD pada bulan September 2013, sedangkan untuk gas sebesar 31,5 MMSCFD pada bulan November 2013.
PHE-39 : Lapangan ini mulai dikembangkan tahun 2013, dan mulai berproduksi pada bulan Desember 2013 melalui sumur PHE-39-A5. Puncak produksi minyak mentah mencapai 2.942 BOPD pada bulan April 2014, sedangkan untuk gas adalah 25,58 MMSCFD pada bulan Agustus 2014. Lapangan ini memiliki 7 sumur pengembangan. FSO Abherka: FSO (Floating Storage and Offloading) Abherka yang beroperasi di
lepas pantai PHE WMO ini memiliki kapasitas 600.000 barel dan fasilitias akomodasi untuk 150 pekerja. FSO Abherka adalah proyek pertama dari PT. Pertamina Perkapalan untuk pekerjaan konversi dari kapal tanker menjadi FSO PT. Pertamina Perkapalan mengoperasikan FSO tersebut selama 10 tahun di daerah operasi PHE WMO.
Onshore : Gas yang diproduksi dari anjungan lepas pantai dikirimkan ke fasili- Receiving tas pemrosesan gas (ORF) sepanjang 70 km menuju Gresik melalui Facility 2 pipa yang berukuran 14 inci dan 16 inci. Gas selanjutnya diproses (ORF) untuk dikeringkan sebelum dikirimkan kepada customer, diantaranya: PT. PGN (Persero) Tbk, PT. PLN(Persero) dan PT. Gresik Migas. Selama pemrosesan gas, juga dihasilkan kondensat
yang ditampung dalam 2 tangki berkapasitas masing-masing 10.000 barel.
Lamongan : Lamongan Shorebase merupakan fasilitas pendukung untuk peneri- Shorebase maan, penyimpanan, dan pendistribusian semua barang-barang ope- (LSB) rasi, drilling, dan project. Fasilitas yang ada di Lamongan Shorebase ini sudah teridentifikasi ISO 14001, OHSAS 18001 dan ISO 9001:2008 yang terdiri dari halaman terbuka (open yard) dan gudang tertutup (Covered Warehouse), tangki curah (Bulk Tank), Cargo Handling, dan dermaga (jetty) yang melayani semua kapal-kapal PHE WMO.
New Plan of : POD integrasi I terdiri dari PHE-7, PHE-12, PHE-24, PHE-29, PHE- Development 44, PHE-48. POD integrasi I disetujui pada 23 Oktober 2013 dengan (POD) sumur pengembangan sebanyak 18 sumur. Kontribusi produksi diperkirakan sebesar minyak 12.650 BOPD dan gas 27,4 MMSCFD. Rencana produksi bisa dilaksanakan tahun 2016.
4.1.3. Visi Misi PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore 4.1.3.1. Visi Perusahaan PHE WMO
Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia.
4.1.3.2. Misi Perusahaan PHE WMO
Memaksimalkan potensi minyak dan gas bumi West Madura Offshore melalui kegiatan operasional yang aman dan handal untuk memberikan nilai tambah maksimum bagi para pemangku kepentingan.
4.1.4. Tata Nilai PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore Bersih
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap-menyuap, menghargai kepercayaan dan integritas berdasarkan pada prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Berdaya saing
Mampu Bersaing baik secara regional maupun internasional, mendukung pertumbuhan melalui investasi, membangun biaya yang efektif dan
budaya yang berorientasi kinerja.
Percaya Diri
Terlibat dalam pembangunan ekonomi nasional sebagai pionir dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan nasional.
Fokus pada Pelanggan
Fokus pada pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Komersial
Menciptakan nilai tambah berdasarkan orientasi komersial dan membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang adil.
Dapat Diandalkan
Dikelola oleh para pemimpin profesional, terampil, dan berkualitas tinggi dan pekerja keras, berkomitmen untuk membangun penelitian dan mengembangkan kemampuan.
4.1.5. Struktur Organisasi PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. PHE WMO
4.1.6. Struktur Organisasi Community Development & Relations PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Community Development & Relations PHE WMO Sumber: Database Communication & Relations PT. PHE WMO, 2017
4.1.7. Identitas Perusahaan PHE WMO 4.1.7.1. Logo PHE WMO
Gambar 4.3. Logo PT. PHE WMO Sumber: Database PT. PHE WMO, 2017
Falsafah Logo Pertamina Hulu Energi WMO
Falsafah merupakan prinsip penuntun yang “Menjiwai” Logo Pertamina yaitu: - Ketersediaan dan jangkauan : Perusahaan senantiasa memperluas jangkauan
pasar agar produk dan jasanya dapat menjangkau semakin banyak pelanggan. - Kedekatan dengan pelanggan : Perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan
dan mengembangkan produk serta jasa baru berdasarkan pemahaman mendalam atas kebutuhan dan keinginan mereka.
- Membangun hubungan : Perusahaan terus berusaha memberikan layanan yang lebih baik sehingga tercipta ikatan yang semakin erat dan kemitraan yang lestari antara Perusahaan dan pelanggannya.
- Jaminan kehandalan : Perusahaan secara konsisten memberikan mutu
dan kehandalan yang melebihi harapan para pelanggannya.
Untuk menjadi perusahaan Minyak dan Gas Nasional kelas dunia di Indonesia, maka 4 (empat) tonggak Perusahaan yang harus ditegakkan adalah:
1. Memberikan layanan yang unggul dan berkualitas; 2. Melakukan pendekatan kepada pelanggan;
3. Berpikir kreatif dan inovatif; 4. Menjadi terdepan dalam kinerja.
Selain prinsip dan tonggak perusahaan, warna-warna yang digunakan dalam logo PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore adalah:
Merah : Mencerminkan insan Pertamina yang pekerja keras, berani, dan
rajin serta mampu melawan tantangan.
Hijau : Mencerminkan sumber energi yang ramah lingkungan dan sebuah
organisasi yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Biru : Mencerminkan sisi organisasi yang handal, dapat dipercaya, serta bertanggung jawab. Penekanannya lebih kepada kekuatan dan kewibawaan Perusahaan.
Dari ketiga warna tersebut yang menjadi warna yang paling utama adalah warna merah Pertamina. Hal ini didasari oleh:
Pertamina adalah Perusahaan Nasional milik Bangsa Indonesia dengan bendera kebangsaannya merah putih.
Pertamina selalu membawa citra Bangsa Indonesia di mancanegara yang merupakan kebanggaan negara.
Dengan demikian warna merah Pertamina akan mendominasi semua disain aplikasi yang berkaitan dengan Identitas Perusahaan. Bentuk huruf yang dipergunakan sebagai dasar tulisan Pertamina dipilih untuk menampilkan kejelasan dan kewibawaan Perusahaan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang orisinil dan unik yang mencerminkan posisi Perusahaan dalam menghadapi tantangan ke depan. Logo ini secara tegas membedakan Identitas Perusahaan dari para pesaingnya.
Simbol-Simbol Logo Pertamina Hulu Energi WMO
Logo Pertamina dirancang untuk merefleksikan identitas yang lebih segar, lebih modern dan lebih dinamis serta menunjukkan posisi dan arah baru organisasi Perusahaan. Hal itu dicerminkan oleh simbol ”anak panah” yang disertai tulisan kata ”PERTAMINA”, dengan huruf/font Futura Bold, yang mengandung makna sebagai berikut:
1. Simbol Anak Panah
o Melambangkan aspirasi organisasi Perusahaan untuk senantiasa bergerak ke depan, maju dan progresif.
o Ketiga elemennya melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang merupakan bentuk negara Indonesia.
o Simbol tersebut terlihat seperti monogram huruf ”P” yang merupakan huruf pertama kata ”PERTAMINA”.
2. Kata “PERTAMINA”
Merupakan nama dari PT PERTAMINA (PERSERO) dan bukan merupakan singkatan atau akronim, dan tulisannya harus berwarna hitam kecuali ditentukan lain dalam Pedoman ini.
Merupakan nama anak perusahaan dari PT PERTAMINA HULU ENERGI dan cucu perusahaan dari PT. PERTAMINA (PERSERO) dan merupakan singkatan, dan tulisannya harus berwarna biru kecuali ditentukan lain dalam pedoman ini.
4. Warna Merah
Mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.
5. Warna Hijau
Mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. 6. Warna Biru
Mencerminkan kehandalan, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Arsitektur Logo Pertamina
Gambar 4.4. Arsitektur Logo Pertamina Sumber: Database PT. PHE WMO, 2017
4.1.8. Visi Misi dan Tujuan Corporate Social Responsibility PHE WMO 4.1.8.1. Visi CSR PHE WMO
“Menuju Kehidupan yang Lebih Baik”
4.1.8.2. Misi CSR PHE WMO
Adapun misi dari CSR PHE WMO adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan komitmen perusahaan atas tanggung jawab sosial dan lingkungan yang akan memberikan nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan. 2. Melaksanakan tanggung jawab Perusahaan dan kepedulian sosial
4.1.8.3. Tujuan CSR PHE WMO
CSR PHE WMO bertujuan untuk melaksanakan komitmen Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan bagi:
1. Pemangku Kepentingan Eksternal
a. Meningkatkan kualitas hidup manusia, terutama bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi Perusahaan melalui pelaksanaan program-program yang membantu pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs).
b. Komplemen dan suplemen program pembangunan di wilayah dan nasional.
c. Mendorong kemandirian masyarakat dan memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan antara Perusahaan dan masyarakat.
2. Pemangku Kepentingan Internal
a. Mendukung bisnis inti Perusahaan dan proses pendukungnya sehingga keberlanjutan dan kelancaran operasional perusahaan terjaga.
b. Mendukung operasi Perusahaan dalam mencapai kinerja sosial dan lingkungan di wilayah operasi.
c. Membangun hubungan yang harmonis antara Perusahaan dengan seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan dampak positif bagi kegiatan kerja Perusahaan dan membangun reputasi Perusahaan.
4.1.9. Program-Program Corporate Social Responsibility PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore
PHE WMO sendiri memiliki berbagai program Corporate Social Responsibility. Program-program yang dijalankan juga berdasarkan pada visi misi dan tujuan perusahaan dalam melaksanakan program Corporate Social Responsibility seperti yang telah dipaparkan peneliti sebelumnya dan berikut ini adalah beberapa program CSR yang dijalankan oleh PHE WMO.
4.1.9.1. Sidorukun Kampung Hijau Sumber Rejeki (Desa Sidorukun - Gresik)
Gambar 4.5. Program Sidorukun Kampung Hijau Sumber Rejeki Sumber: Database PT. PHE WMO, 2017
Dari hasil pemetaan sosial yang dilakukan di Desa Sidorukun, telah diperoleh tiga kelompok kegiatan utama yang akan menjadi fokus utama pelaksanaan program pengembangan masyarakat. Kegiatan tersebut yaitu kesehatan lingkungan, konservasi lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ketiga hal tersebut kemudian diintegrasikan dalam program "Sidorukun Kampung Hijau Sumber Reieki". Program ini didesain sebagai program berkelanjutan, yang kemudian melahirkan kelompok-kelompok usaha bersama (KUBE) sebagai institusi ekonomi baru di lingkungan Desa Sidorukun, diantaranya kelompok Wedding Organizer “Srikandi Bersatu Sidorukun” dan Kelompok Daur Ulang Sampah Karang Taruna Sidorukun.
Adapun kegiatan kesehatan lingkungan mencakup pengelolaan dan pemanfaatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), serta pengelolaan daur ulang sampah. Kegiatan konservasi lingkungan dilaksanakan melalui upaya penyelamatan mangrove di wilayah pesisir. Kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat, fokus pada peningkatan kapasitas dan pengembangan usaha Kelompok Usaha Kecil Masyarakat, pemberdayaan Kaum Ibu dan Remaja Putri, serta
Integrasi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk mengembangkan usaha ekonomi masyarakat berbasis pemanfaatan lPAL.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ini kemudian menjadi salah satu kegiatan utama Program Sidorukun Kampung Hijau Sumber Rejeki. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk pemeliharaan lingkungan, sekaligus pengembangan usaha ekonomi masyarakat berbasis pemanfaatan IPAL. Peningkatan kapasitas instalasi pengelolaan air limbah dan pengembangan kegiatan usaha ekonomi masyarakat berbasis IPAL terus dilakukan.
Manfaat Program Program ini merupakan bagian dari upaya PHE WMO untuk membantu masyarakat mengelola lingkungan, sekaligus memberikan manfaat langsung pada masyarakat sekitar wilayah operasi. Hingga akhir 2015, penerima manfaat program pemanfaatan air IPAL sekitar 33 kepala keluarga (KK) di RT I, RW VI, Desa Sidorukun, Gresik dan akan direplikasi di 3 RT lain pada tahun 2016.
Hasil olahan air domestik di IPAL sebanyak 2.200 liter air per harinya, dimanfaatkan masyarakat setempat untuk merawat tanaman dan mencuci motor. Kegiatan ini mampu mengurangi jumlah air domestik yang terbuang untuk dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Di samping itu, pemanfaatan IPAL berbasis komunitas ini telah dikembangkan untuk usaha budidaya lele, pengembangan tanaman hidroponik, dan green house.
4.1.9.2. Air Bersih Berkelanjutan HIPPAM Sumber Barokah (Desa Bandangdajah - Madura)
Gambar 4.6. Program Air Bersih Berkelanjutan HIPPAM Sumber Barokah Sumber: Database PT. PHE WMO, 2017
Pembentukan Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) Sumber Barokah di Desa Bandangdaiah, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan tidak lepas dari pemasalahan krisis air di daerah setempat. Warga harus bersusah payah mengambil air sungai yang berjarak tiga kilometer dari rumah mereka karena air tanah hasil pengeboran terasa asin.
PHE WMO berupaya memberi solusi atas permasalahan warga melalui Program Air Bersih tahap pertama sejak tahun 2007 hingga 2011. Pencapaian program tahap pertama ini adalah kemandirian kelompok pengelola air bersih oleh HIPPAM “Sumber Barokah”. PHE WMO kemudian melanjutkannya dengan Program Konservasi & Replikasi Sumber Daya Air Bersih dengan tujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian dan konservasi sumber daya air.
Melalui program ini, masyarakat setempat dapat memanfaatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atas kontribusi PHE WMO dalam menyediakan pipanisasi, tandon air, dan genset. Kelompok HIPPAM Sumber Barokah di Desa Bandangdajah Tanjungbumi, Bangkalan beranggotakan lebih dari 400 kepala keluarga (KK). Kini HIPPAM ini tidak hanya mampu mengelola air bersih secara mandiri, namun juga dapat memanfaatkan teknologi tepat guna ramah lingkungan melalui penggunaan biopori.
4.1.9.3. Kelompok Fajar Kreatif - Pengelolaan Limbah (Desa Badilan – Gresik)
Kelompok Fajar Kreatif merupakan kelompok pengolahan limbah yang berada di Desa Bedilan, Gresik. Berada di Ring l PHE WMO Gresik, membuat Fajar Kreatif menjadi salah satu kelompok yang mendapatkan bantuan dan pendampingan dari PT Pertamina Hulu Energi WMo Gresik. Bermula pada tahun 2011, Bapak Bakir sebagai ketua kelompok sekaligus Ketua RT setempat, berinisiatif untuk mengajukan proposal ke PHE WMO Gresik untuk menghijaukan lingkungan RT nya. Proposal tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan bantuan berupa tanaman dalam pot. Menyadari tingkat kebutuhan pupuk untuk tanaman yang tinggi, Bapak Bakir dengan Fajar Kreatif dengan dukungan PHE WMO Gresik berupaya untuk membuat pupuk secara mandiri dengan menggunakan bahan
dasar kulit kelapa muda atau dalam istilah jawa disebut"sepet enom". Hasilnya, menurut Bapak Bakir pupuk berhasil untuk memenuhi kebutuhan tanaman di lingkungan RT-nya. Bapak Bakir kemudian membuat inovasi pupuk dari rumen, yakni kotoran sapi yang masih terbungkus dalam perut.
Pada periode tahun 2013-2014, Fajar Kreatif dan Bapak Bakir sempat terlibat dalam proyek pengembangan IPAL dari Bank Dunia di beberapa lokasi di Gresik termasuk desa Bedilan. IPAL yang menggunakan limbah rumah tangga sebagai bahan utama kemudian memunculkan ide baru yakni pembuatan dan pengembangan bakteri penghancur kerak Pembuatan bakteri ini didukung oleh PT Pertamina Hulu Energi WMo Gresik dan dinas Pekerjaan Umum. Pembuatan bakteri penghancur kerak dinilai berhasil, yang selanjutnya beberapa lokasi IPAL Jawa Timur membeli bakteri di Fajar Kreatif. Saat ini, Fajar Kreatif fokus kepada pemenuhan kebutuhan akan bakteri di Gresik, Jombang, dan beberapa tempat di Surabaya. Selain itu, bersama dengan pendampingan dari PHE WMO, Bapak Bakir sedang berupaya untuk mematenkan instalasi pembuatan bakteri dan aktivator.
4.1.9.4. Pengembangan dan Perluasan Jejaring Pemasaran Usaha Mikro Dampingan (Desa Klampis – Bangkalan)
Desa Klampis merupakan desa yang berada di pesisir pantai yang ada di Kabupaten Bangkalan, Madura. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan sehingga lingkungan dari desa tersebut merupakan perkampungan nelayan. Sehari-harinya masyarakat hanya menjual hasil tangkapan mereka di Pasar Klampis dan sisanya diolah menjadi ikan kering atau ikan asin. Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai dan berdekatan dengan lokasi pengeboran minyak Pertamina, maka Desa Klampis Timur ini pun juga mendapatkan bantuan pendampingan dari PHE WMO Gresik. Melihat Potensi masyarakat sekitar yang bekerja sebagai nelayan, maka PHE WMO Gresik pun mengusulkan dan berunding kepada tokoh masyarakat sekitar untuk mengadakan Program Pengolahan ikan laut ini.
Program Pengolahan Hasil lkan Laut ini kemudian diketuai oleh Bapak Rosid yang berperan untuk mengkoordinir para anggota yang merupakan ibu-ibu nelayan. Selama ini, program yang telah dijalankan adalah pembuatan petis,
pembuatan terasi, pembuatan kerupuk udang, dan pembuatan ikan asin. Pemberian program pelatihan ini bekerjasama dengan Jurusan Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura. Pelatihan ini diberikan oleh para mahasiswa dan diajarkan kepada ibu-ibu untuk mengembangkan hasil pengolahan ikan laut. Selain diberikan pelatihan tentang pengolahan ikan laut, kelompok ini juga diberikan pelatihan mengenai cara pengemasan produk yang telah diolah. Kelompok Pengolahan Hasil Ikan Laut Brejah Guna ini memiliki anggota beriumlah 15 orang, yang telah dibagi dalam bidang pengolahan, seperti ada beberapa orang yang membuat petis, membuat terasi, membuat kerupuk udang, dan beberapa orang yang membuat ikan asin. Sebagian besar anggotanya tidak terlalu mengerti mengenai program yang diberikan pertamina. Namun menurut Pak Rosid, semenjak PHE WMO Gresik memberikan dampingan terhadap masyarakat yang disana, hasil produksi dari pengolahan ikan semakin berkembang. Hal ini dikarenakan pengemasan produk yang lebih menarik, serta fasilitas-fasilitas yang diberikan pertamina seperti peralatan pengolahan serta tempat untuk menunjang hasil produk.
4.1.10. Gambaran Umum Program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove
Gambar 4.7.Taman Pendidikan Mangrove Labuhan, Bangkalan Sumber: Database PT. PHE WMO, 2017
Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove merupakan program CSR unggulan PHE WMO. Program ini merupakan inovasi program berkelanjutan dengan konsep konservasi lingkungan berbasis komunitas (conservation based community) yang mendasarkan pada kemandirian masyarakat untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Program ini bertujuan untuk mendukung terwujudnya kawasan konservasi dan pendidikan mangrove yang terintegrasi antara konsep pemberdayaan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (aspek sosial dan ekonomi) dan konservasi lingkungan (aspek lingkungan) pertama di pulau Madura dan di Indonesia.
Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove juga membantu dalam mengurangi tingkat abrasi di kawasan pesisir pantai utara pulau madura dan mendukung pemerintah dalam melindungi keanekaragaman hayati. Adapun di area yang dilindungi terdapat jenis mangrove dan burung-burung pantai migran yang memiliki status perlindungan, baik dalam perundangan nasional (UU/PP) serta internasional (CITES/IUCN). Salah satu Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, yaitu Ali Masyhar memberikan pujian kepada program Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangove dimana PHE WMO menjadi bukti bahwa perusahaan minyak dan gas memiliki manfaat langsung pada peningkatan perekonomian dan dunia usaha nasional, termasuk di daerah (AntaraJatim.com, 2016).
Hingga saat ini, selain meraih penghargaan PROPER EMAS, program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove juga meraih penghargaan dalam GPMB Awards 2015 – CSR Best Practice for SDGs kategori Gold Award yang diberikan oleh Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan dan Kebudayaan, meraih penghargaan Tata Birawa Kategori Utama Tahun 2016 yang diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Indonesia, dan meraih penghargaan sebagai Pengelola Lingkungan Hidup dengan predikat Terbaik yang diberikan oleh Gubernur Jawa Timur. Program Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove ini sendiri juga menjadi yang tercepat dalam sentra pembibitan cemara laut dan pertama di Indonesia yang mematenkan Mangrove In Office (MIO) dengan media hidrogel. Prestasi tersebut tercapai berkat adanya komitmen PHE WMO dalam melestarikan lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat.
Taman Pendidikan Mangrove telah berjalan selama kurang lebih 3 tahun dan pembangunan dimulai dari Tahun 2014. Diawali dengan adanya keluhan masyarakat pesisir desa labuhan mengenai perkampungan mereka yang selalu terendam air laut akibat abrasi. Mereka menganggap hal itu disebabkan karena adanya aktivitas anjungan migas yang letaknya hanya 2 mil dari desa mereka. Berdasarkan permasalahan tersebut, timbul tindakan masyarakat pesisir untuk menjalin komunikasi dengan PHE WMO. Mereka meminta agar PHE WMO melakukan recovery kawasan pesisir pantai. Dengan komitmen untuk melestarikan lingkungan dan menyejahterakan masyarakat maka PHE WMO menanggapi hal tersebut dan melakukan studi.
Pada tahun 2013, PHE WMO menemukan bahwa abrasi pantai tersebut disebabkan oleh adanya pembalakan liar hutan mangrove yang cukup tinggi sehingga terjadi kerusakan dan kawasan pesisir menjadi gersang. Hal ini turut menyebabkan desa Labuhan menjadi desa dengan tingkat kekritisan mangrove paling tinggi dibandingkan dengan 5 desa lainnya. Disamping itu, adanya jenis mangrove langka yaitu Sentigi (Pemphis Acidula) yang tumbuh di desa Labuhan ini juga menjadi alasan sering terjadinya pembalakan liar. Tanaman Sentigi ini dijadikan sebagai bonsai dan dijual sehingga menjadi salah satu komoditas ekonomi masyarakat sekitar, yang mayoritas dikategorikan miskin. Sedangkan tanaman Sentigi yang sudah tua (lebih dari 50 tahun) dipercayai masyarakat setempat memiliki kekuatan supranatural dan banyak dari mereka menjadikannya kalung maupun tongkat. Berdasarkan permasalahan tersebut, PHE WMO mengajak dan memberdayakan masyarakat pesisir desa labuhan untuk melakukan aksi korservasi mangrove, membangun sentra pembibitan mangrove dan taman pendidikan mangrove yang diharapkan dapat membantu pelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan masyarakat khususnya di desa Labuhan.
Tahun 2013, Community Development PHE WMO bersama masyarakat membentuk komunitas kelompok Tani Mangrove Cemara Sejahtera (TMCS) setelah menyelenggarakan pelatihan pembibitan mangrove dan penguatan kelembagaan di Mangrove Centre Tuban (MCT) secara berkala. Komunitas ini merupakan kelompok masyarakat petani dan nelayan dari desa Labuhan yang berkomitmen untuk melestarikan mangrove. Komunitas ini dibentuk sebagai
pelopor aksi konservasi mangrove dan cemara laut di desa Labuhan. Pada tanggal 5 Juni 2013, komunitas TMCS ini bersama Pimpinan Direksi dan Staff PHE WMO, masyarakat setempat, Institusi Pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Instansi Pemerintahan melakukan penanaman 10.000 bibit mangrove di pesisir pantai desa Labuhan. Aksi tersebut selain untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia sekaligus sebagai langkah awal PHE WMO dalam mengembangkan program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. (Energitoday.com, 2013).
Setelah berhasil melakukan penanaman 10.000 bibit mangrove di kawasan pesisir desa Labuhan seluas 7,61 hektar, tahun-tahun selanjutya, PHE WMO bersama komunitas kelompok TMCS dan masyarakat setempat melanjutkan pengembangan kawasan Taman Pendidikan Mangrove. Berbekal pelatihan penguatan kelompok yang telah diberikan oleh Mangrove Centre Tuban dan Institut Pertanian Bogor, komunitas kelompok TMCS mulai membangun area pembibitan dan penanaman tumbuhan mangrove serta cemara laut. Mereka juga mengidentifikasi jenis-jenis mangrove yang tumbuh di pesisir pantai desa Labuhan dan telah teridentifikasi terdapat 15 jenis keragaman tumbuhan mangrove. Kemudian, dilanjutkan dengan pembangunan infrastruktur area wisata dan perpustakaan. Selain proses pembangunan, komunitas kelompok TMCS juga mengikuti studi banding di BPHM Bali.
Gambar 4.8. Tata Letak Kawasan Taman Pendidikan Mangrove Labuhan Sumber: Database PT. PHE WMO, 2017
Pada tahun 2016, kawasan pesisir desa Labuhan yang dulunya gersang telah bertransformasi menjadi sentra Taman Pendidikan Mangrove. Berdasarkan wawancara dengan President/General Manager PHE WMO, Taman Pendidikan Mangrove Labuhan dilengkapi dengan sarana prasarana penunjang untuk kegiatan wisata, education tour dan penelitian, mencakup mangrove trekking, bird watching, saung mangrove, jelajah perahu, pulau ajaib, kolam adopsi & kolam sentuh, mangrove green camping, perpustakaan, aula tempat pertemuan, MCK, mushola, dan didukung pengembangan silvopasturi (integrasi pengelolaan mangrove dengan potensi perikanan dan perkebunan), seperti tambak kepiting soka dan budidaya papaya calina. Sejak peresmian dan pembukaan Taman Pendidikan Mangrove pada bulan September 2016 jumlah pengunjung telah mencapai angka 4.844 orang dan pengunjung yang datang selain penduduk asli Madura juga berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Luar Negeri (Czech Republic). Disamping itu, pengunjung juga berasal dari berbagai institusi, seperti media, lembaga penelitian dan pendidikan, komunitas studi, SD – SMA, dan Universitas.
Gambar 4.9. Program Kerja Berkelanjutan Taman Pendidikan Mangrove Sumber: Database PT. PHE WMO, 2017
Pada tahun 2017, PHE WMO akan mengembangkan Taman Pendidikan Mangrove ke dusun sebelah Labuhan yaitu Dusun Masaren. Pada bulan April 2017, Community Development & External Relations PHE WMO telah melakukan pembukaan penanaman terumbu karang di Dusun Masaren. Pada tahun 2017, Taman Pendidikan Mangrove akan menjadi lebih besar dan dapat menyejahterakan hidup masyarakat Desa Labuhan. Tidak hanya sampai tahun 2017, PHE WMO telah memiliki rencana jangka pendek hingga 2018 dan rencana jangka panjang hingga 2022 untuk mengembangkan Taman Pendidikan Mangrove.
4.2. Profil Informan
Dalam memperoleh data terkait strategi Community Relations PHE WMO dalam melaksanakan program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan beberapa orang yang terkait secara langsung dengan program tersebut untuk memfokuskan terhadap strategi Community Relations dalam program tersebut. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Ulika Putrawardana selaku Head of HR Operations & Community Development (Field Operations Manager), Amarullah selaku Community Development Officer, dan Hardian selaku Community Development Officer, dan salah satu anggota komunitas Masyarakat Desa Labuhan, yaitu Muhammad Sahril.
4.2.1. Ulika Trijoga Putrawardana
Jabatan : Head of HR Operations & Community Development (East Java Field Operations Manager PHE WMO) Tgl Lahir : 3 Februari 1967
Umur : 50 Tahun Status : Menikah
Email : [email protected]
Ulika Trijoga Putrawardana yang biasa dipanggil Ulika ini merupakan Head of HR Operations & Community Development PHE WMO sekaligus sebagai Field Operations Manager. Ulika telah bekerja di PHE WMO selama 13 tahun dimulai sejak tahun 2004. Ia merupakan lulusan fakultas Hukum Universitas Jember.
Sebelum bekerja sebagai Kepala HR dan CSR ini Ulika telah berkecimpung di dunia CSR dan Public Relations. Dimulai dari tahun 1993, Ia memulai karirnya sebagai Staf Teknis Proyek Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal (P3DT) di Departemen Dalam Negeri RI. Ia bertugas membuat design program penanggulangan kemiskinan dari perencanaan, pedoman umum, Juklak/Juknis, monev, pelaporan, serta pengawasan dan pengendalian program. Kemudian tahun 2001, Ia menjadi Staf Khusus Direktur Bina Keserasian Pembangunan Daerah, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah di Departemen Dalam Negeri RI.
Pada tahun 2003, Ia berpindah ke PT. Supraco (Penempatan HESS Indonesia-Pangkah., Ltd) menjabat sebagai Assistant Community Development dan satu tahun kemudian (tahun 2004) Ia menjabat sebagai Supervisor Government & Public Relations Kodeco Energy, Ltd. Tahun 2009, Ia menjabat sebagai Coordinator Field External Relations. Pada tahun 2011, masa kontrak kerja Kodeco Energy, Ltd. habis dan dipindah tangankan ke Pertamina yang sekarang menjadi Pertamina Hulu Energi WMO. Pada tahun 2011, Ia menjabat sebagai Coordinator Field External Relations & Community Development. Tahun 2014 hingga sekarang, Ulika menjabat sebagai Head of HR Operations & Community Development (Field Operations Manager – East Java).
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Head of HR Operations & Community Development (Field Operations Manager – East Java), Ulika berperan besar dalam pelaksanaan semua program CSR PHE WMO. Salah satu pilot project CSR PHE WMO yang ditangani oleh Ulika adalah program CSR Taman Pendidikan Mangrove. Ia mempunyai peran dalam menentukan kebijakan mana yang boleh di aplikasikan dan mana yang tidak. Ia juga merupakan penentu pengambil keputusan dalam setiap proses pelaksanaan program CSR PHE WMO. Lamanya ia bekerja di PHE WMO menunjukkan bahwa ia terlibat penuh dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi program CSR Taman Pendidikan Mangrove. Selain itu, Ulika juga ikut turut terjun dalam dalam proses penentuan strategi program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan, Bangkalan-Madura.
4.2.2. Amarullah
Jabatan : Supervisor of Community Development PHE WMO Tgl Lahir : 11 November 1977
Umur : 39 Tahun Status : Menikah
Email : [email protected]
Amarullah merupakan Supervisor dari Community Development PHE WMO. Amarullah telah bekerja selama 4 tahun dimulai sejak tahun 2013. Sebelum bekerja sebagai Supervisor CD Amarullah telah berkecimpung di dunia CSR di sebuah perusahaan perkebunan sawit dan juga pernah menjadi CSR Officer di PGN dan PHE ONWJ. Sejak tahun 2013 Amarullah dipercaya sebagai Supervisor Community Development PHE WMO. Ia merupakan lulusan Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi dari Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi Supervisor Community Development, Amarullah berperan besar dalam segala proses pelaksanaan program CSR Taman Pendidikan Mangrove. Seringnya terlibat dalam pelaksanaan program CSR Taman Pendidikan Mangrove tersebut membuat ulika menjadi akrab dengan masyarakat Desa Labuhan dan saat FISIPOL UGM melakukan penelitian Indeks Kepuasan Masyarakat Program CSR, Amarullah menjadi petugas pendamping masyarakat yang selalu hadir dan ikut dalam setiap kegiatan. Tugas utama Amarullah yaitu berperan aktif dan mengambil keputusan dalam pelaksanaan program CSR Taman Pendidikan Mangrove. Ia juga berperan dalam proses perencanaan, implementasi, monitoring, developing, dan evaluasi program CSR Taman Pendidikan Mangrove.
4.2.3. Hardian
Jabatan : Community Development Officer PHE WMO Umur : 34 Tahun
Status : Menikah
Email : [email protected]
Hardian merupakan salah satu tim dari Community Development PHE WMO. Ia menjabat sebagai Community Development Officer. Hardian telah bekerja selama 10 tahun dimulai sejak tahun 2007. Hardian merupakan lulusan administrasi
negara dari Universitas Wijaya Putra Surabaya. Dalam tugasnya, Hardian memiliki tanggung jawab dalam mengelola program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove yang dilaksanakan di Desa Labuhan, Bangkalan – Madura.
Hardian berperan besar dalam merencanakan program, implementasi, monitoring, developing, dan evaluasi program CSR Taman Pendidikan Mangrove. Keterlibatan Hardian juga pada menjalin hubungan dengan seluruh komunitas yang menjadi publik utama dari PHE WMO terutama masyarakat Desa Labuhan. Hardian juga sering mengikuti pertemuan dengan masyarakat setempat untuk membahas mengenai perkembangan Taman Pendidikan Mangrove. Tidak hanya itu, Hardian juga berperan aktif dalam community relations yang salah satunya ada complain handling dari komunitas. Hardian mempunyai tugas untuk membuat log komplain dari komunitas masyarakat dan ia berusaha untuk mengatasi komplain tersebut.
4.2.4. Muhammad Sahril
Jabatan : Sekretaris Kelompok Tani Mangrove Cemara Sejahtera dan Local Hero Pertamina
(Masyarakat Desa Labuhan, Bangkalan) Tgl Lahir : 7 Desember 1971
Umur : 45 Tahun Status : Menikah
Sahril merupakan salah satu masyarakat Desa Labuhan yang sekarang berprofesi sebagai sekretaris kelompok Tani Mangrove Cemara Sejahtera dalam arti ia bertanggung jawab mengurus Taman Pendidikan Mangrove, mulai dari kunjungan pendidikan, penelitian, dan sebagainya. Jauh sebelumnya, Sahril berprofesi sebagai TKI di malaysia. Kemudian pada tahun 2001, ia kembali ke Labuhan berprofesi menjadi petani dan nelayan serta sebagai pelayan masyarakat di desanya, ia membantu masyarakat dalam mengurus KTP, KSK, dan surat kelahiran.
Dalam perjalanannya sendiri, Sahril telah mengikuti proses pelaksanaan CSR Taman Pendidikan Mangrove sejak awal. Sahril merupakan pioneer awal dalam pendirian Taman Pendidikan Mangrove. Ia juga berperan besar dalam
pendirian Taman Pendidikan Mangrove ini. Ia juga yang sering memimpin dalam diskusi kelompok masyarakat mengenai dinamika permasalahan yang terjadi. Selain itu, ia juga sudah pergi kemana-mana untuk memberikan presentasi mengenai cara membibit dan merawat magrove yang benar.
Melalui program CSR Taman Pendidikan Magrove ini, Sahril merasakan banyak manfaat dan terbuka wawasannya karena melihat banyak potensi yang bisa dikembangkan dan begitu banyaknya turis yang hadir disana. Sebelumnya Sahril selalu hidup dengan tidak punya harapan yang baik maka ia pergi merantau ke Malaysia akan tetapi ia kembali pulang karena tidak ada kedamaian. Setelah pulang, Sahril bersama masyarakat menjadi yakin dan penuh harapan bahwa lebih baik membangun desa sendiri daripada merantau ke negeri orang. Sahril sering mendapatkan pelatihan dan pembinaan dari PHE WMO, serta mendapatkan banyak pengetahuan tentang bagaimana menjaga mangrove.
4.3. Setting Penelitian
Ketertarikan peneliti pada topik penelitian ini berawal saat peneliti melakukan magang di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) Jakarta. Peneliti melihat bahwa PHE WMO merupakan salah satu perusahaan offshore minyak dan gas yang terkemuka di Indonesia. Peneliti melihat dari banyaknya penghargaan-penghargaan yang diterima oleh PHE WMO. Kemudian, peneliti juga melihat bahwa aktivitas Corporate Social Responsibility dari PHE WMO beberapa kali mendapatkan penghargaan. Salah satu program CSR unggulan yang dilakukan PHE WMO adalah Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. Sehingga peneliti tertarik untuk melihat bagaimana Strategi Community Relations PHE WMO dalam melaksanakan program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. Pada saat peneliti masih melakukan MKN di PHE WMO Jakarta, peneliti mulai mencari informasi mengenai program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove.
4.3.1. Setting Wawancara Ulika Trijoga Putrawardana
Ulika Trijoga Putrawardana saat ini bekerja di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore. Pekerjaan yang dijalaninya tersebut membuat
kesehariannya sangat sibuk dengan berbagai macam aktivitas, termasuk kegiatan-kegiatan lainnya di luar tugas pokoknya sebagai Head of HR Ops & Community Development East Java Area (Field Operations Manager). Disamping kesibukannya yang padat, peneliti diberi kesempatan dan diijinkan oleh Ulika untuk mengerjakan penelitian ini. Peneliti diberikan fasilitas untuk bisa masuk kantor dan bebas bertanya apapun tanpa birokrasi yang terlalu menyulitkan. Jika peneliti mau melakukan interview kepada Ulika, peneliti haus membuat janji terlebih dahulu dengannya melalui whatsapp dan selanjutnya bisa langsung interview di ruang kantornya.
Peneliti kenal baik dengan Ulika Trijoga Putrawardana karena sebelumnya peneliti melakukan magang di Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore Jakarta selama 3 bulan (Agustus sampai November 2016). Peneliti bertemu dengan Ulika pada saat acara presentasi PROPER EMAS tanggal 28 Oktober 2016 di The Park Lane Hotel Jakarta. Pada saat itu, Ulika hadir untuk melakukan presentasi program CSR yang di ajukan untuk PROPER EMAS 2016. Saat itu juga, peneliti sebagai anak magang bertugas membantu dan melakukan dokumentasi setiap acara. Lalu, peneliti berkenalan dengan Ulika dan berdiskusi mengenai CSR yang dilakukan oleh PHE WMO. Dari saat itu, peneliti diperbolehkan untuk melakukan penelitian mengenai CSR di PHE WMO.
Menurut peneliti, Ulika Trijoga Putrawardana adalah orang yang baik, rendah hati dan tegas. Apapun pertanyaan yang ditanya peneliti dapat dijawab dengan lugas. Cara berpikir yang sistematis dan strategis (jangka panjang) membuat peneliti mudah memahami apa yang ia sampaikan. Disamping itu juga, Ulika memiliki suara yang lantang dan jelas. Pada saat sesi wawancara mendalam, Ulika senang bercerita mengenai mimpi-mimpi untuk mengembangkan pulau Madura menjadi tempat wisata seperti Bali dan Lombok. Ia juga senang menceritakan mengenai dunia pariwisata di Indonesia.
Peneliti melakukan wawancara mendalam pertama dengan Ulika pada tanggal 3 Mei 2017 di Ruang Kantor PHE WMO Gresik pada pukul 08.00 wib. Wawancara berlangsung selama 90 menit dengan topik CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. Suasana di ruangan Ulika sangat kondusif karena hanya ada peneliti dan Ulika sehingga sangat efektif untuk melakukan wawancara
mendalam. Ulika menceritakan dengan panjang dan lengkap mengenai CSR PHE WMO dan Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. Wawancara terhenti karena Ulika akan pergi ke Jakarta untuk rapat koordinasi.
Wawancara kedua, dilakukan pada hari Senin 8 Mei 2017 di Ruang Kantor PHE WMO Gresik pada pukul 09.00 wib. Wawancara berlangsung selama 40 menit dengan topik strategi-strategi Community Relations atau menjalin hubungan dengan komunitas yang dilakukan PHE WMO dalam melaksanakan program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. Peneliti tetap menjaga kontak dengan Ulika Trijoga Putrawardana melalui e-mail dan whatsapp.
4.3.2. Setting Wawancara Amarullah
Amarullah saat ini bekerja di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore sebagai Supervisor of Community Development. Ia juga memiliki aktivitas yang tak kalah sibuknya seperti Ulika. Setelah bertemu Ulika di Jakarta dalam rangka menghadiri presentasi PROPER EMAS, Ulika mengenalkan Amarullah dan memberikan kontaknya kepada peneliti. Pada saat itu, peneliti mulai mengontak beliau dan bertanya-tanya seputar program CSR PHE WMO. Menurut peneliti, Amarullah merupakan orang yang paling dekat dengan masyarakat karena hampir setiap hari selalu berkomunikasi dengan masyarakat lewat telepon dan satu bulan sekali selalu mengunjungi masyarakat.
Dalam interview yang dilakukan sebanyak 4 kali, Amarullah selalu menjawab pertanyaan dengan lugas. Setiap kali peneliti memberikan pertanyaan ia akan memberikan jawaban yang panjang, sangat jelas, dan seperti bercerita. Selama interview ia juga sering mengaitkan dengan pengalaman-pengalamannya di bidang Community Development. Peneliti melakukan wawancara pertama pada bulan Februari 2017, sekaligus juga mengurus perijinan untuk bisa melakukan penelitian di PHE WMO. Pada wawancara pertama, peneliti menanyakan seputar program-program CSR PHE WMO. Pada wawancara kedua yang diadakan pada bulan Maret 2017 peneliti juga bertanya mengenai permasalahan-permasalahan yang masih terjadi dalam pelaksanaan program CSR mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat proposal penelitian skripsi.
Selanjutnya, pada wawancara ketiga tanggal 3 Mei 2017, barulah peneliti melakukan in-depth-interview pertama selama 70 menit yang berlokasi di Perpustakaan PHE WMO Gresik. Perpustakaan PHE WMO hanya sebesar 3x2 meter dan kedap suara dari luar sehingga sangat maksimal saat melakukan wawancara mendalam. Amarullah bercerita mengenai khusus program CSR unggulan PHE WMO, yaitu Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. Amarullah menceritakan bagaimana strategi-strategi Community Relations yang digunakan dalam melaksanakan program CSR tersebut. Wawancara keempat diadakan pada tanggal 8 Mei 2017 bertempat di kantor PHE WMO Gresik. Peneliti menanyakan beberapa informasi yang belum ditanyakan pada interview sebelumnya. Peneliti tetap mejaga kontak dengan Amarullah baik melalui e-mail dan whatsapp.
4.3.3. Setting Wawancara Hardian
Hardian saat ini bekerja di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore sebagai Community Development Officer. Hardian merupakan Community Development Officer PHE WMO sejak tahun 2007. Hardian selama menjadi Community Development Officer telah menemukan konsep baru dalam Community Relations. Peneliti melihat Hardian adalah sosok yang pintar dan memiliki cara berpikir yang sistematis. Pertemuan peneliti dengan Hardian hampir sama saat bertemu dengan Amarullah. Setelah bertemu Ulika di Jakarta dalam rangka menghadiri presentasi PROPER EMAS, Ulika mengenalkan Hardian dan memberikan kontaknya kepada peneliti. Pada saat itu, peneliti mulai mengontak beliau dan bertanya-tanya seputar program CSR PHE WMO.
Peneliti melakukan interview dengan Hardian sebanyak 3 kali. Dalam setiap interview Hardian selalu memberikan pernyataan yang sangat jelas dan menggunakan konsep-konsep dan ilustrasi sehingga memudahkan peneliti untuk memahami. Peneliti melakukan wawancara pertama dengan Hardian pada bulan April 2017 selama 30 menit di ruang rapat PHE WMO Gresik. Pada saat itu merupakan pertemuan pertama peneliti dengan Hardian. Peneliti selain bertanya mengenai program-program CSR, pada saat itu peneliti juga berdiskusi mengenai topik penelitian sehingga dapat saling memahami dan mendapat tujuan yang jelas.
Pada tanggal 3 Mei 2017, peneliti melakukan wawancara kedua dengan Hardian. Peneliti melakukan wawancara selama 60 menit di ruang tamu kantor PHE WMO Gresik. Ruang ini khusus untuk tamu VIP jika ingin menunggu. Suasana dalam ruangan tersebut sunyi dan saat itu hanya ada peneliti dan Hardian sehingga efektif dalam melakukan wawancara mendalam. Peneliti menanyakan berbagai pertanyaan seputar program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove dan juga bagaimana strategi-strategi Community Relations dalam melaksanakan program CSR tersebut. Selanjutnya, pada tanggal 8 Mei 2017, peneliti melakukan wawancara yang ketiga dengan Hardian dengan agenda diskusi mengenai strategi yang digunakan secara detail. Peneliti juga tetap menjaga kontak dengan Hardian melalui e-mail dan whatsapp.
4.3.4. Setting Wawancara M. Sahril (Anggota Masyarakat Desa Labuhan)
Setelah peneliti mendapatkan ijin melakukan penelitian dari PHE WMO, peneliti langsung menghubungi salah satu masyarakat yang aktif dalam pelakasanan program CSR Taman Pendidikan Mangrove, yaitu Sahril. Peneliti pada bulan Januari 2017 mengunjungi Taman Pendidikan Mangrove di Labuhan untuk melakukan observasi awal dan silaturahmi dengan masyarakat disana. Peneliti juga melakukan perkenalan dengan Sahril dan anggota kelompok lainnya. Peneliti tetap menjaga kontak dengan Sahril melalui blackberry messanger, whatsapp dan telepon. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara lewat telepon karena keterbatasan jarak yang jauh.
4.4. Temuan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai macam sumber informasi untuk dapat menemukan jawaban dari rumusan masalah penelitian ini. Data yang diperoleh peneliti didapat dari hasil melakukan wawancara dan obervasi dari narasumber yang bersangkutan. Dari hasil temuan data, ada beberapa strategi yang digunakan oleh Community Development PHE WMO untuk menjalin relasi dengan komunitas masyarakat sekitar daerah operasi (Community Relations). Strategi tersebut terdiri atas melakukan pengumpulan fakta dan engagement masyarakat, melibatkan masyarakat dalam perencanaan, implementasi, monitoring,
evaluasi program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove. Strategi-strategi tersebut dibahas secara mendalam sebagai berikut.
4.4.1. Hasil Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana
Ulika Trijoga Putrawardana adalah Head of HR Operations & Community Development (East Java Field Operatios Manager) PHE WMO yang secara langsung bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Corporate Social Responsibility PHE WMO. PHE WMO yang sebelumnya bernama Kodeco, Ltd. telah melaksanakan CSR sejak tahun 2004. Akan tetapi, pada saat itu, CSR yang dijalankan masih belum sesuai dengan konseptual yang sesungguhnya, seperti harus ada perencanaan dan CSR management system.
“Kalau di PHE nya tinggal melanjutkan aja, pondasinya kan bukan di WMO tapi disebelumnya yaitu Kodeco. Sebelum PHE kan Kodeco. Nah, itu kodeco sudah melakukan CSR. Kalau ketika saya masuk tahun 2004, CSR dalam pengertian segala macam aspek mengenai tanggung jawab sosial perusahaan ke masyarakat itu sudah dilakukan. CSR sudah dilakukan akan tetapi apakah itu betul CSR secara konseptual, apakah itu betul CSR yang terencana, apakah betul semua cycle CSR management system di jalankan, itu belum semua. Tapi kalau pertanyaannya, apakah CSR sudah dijalankan oleh PHE WMO sejak saya masuk 13 tahun lalu, jawabannya sudah.” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Pada tahun 2011, sejak Kodeco, Ltd. diambil alih oleh Pertamina, perkembangan CSR sudah semakin membaik. Menurut Ulika, seluruh tahapan CSR di PHE WMO sudah dijalankan, baik dari filantropi sampai dengan community empowerment. Ia juga menambahkan bahwa konsep CSR “Triple Bottom Line”, yaitu profit, people, dan planet telah dilakukan semua.
“...Itu menurut saya bener-bener bahwa maunya si pak siapa itu yang mengeluarkan konsep triple bottom line itu, pak elkington kayaknya. Nah maunya beliau itu semua sudah dilakukan di PHE WMO”.
(Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Ulika mengatakan bahwa CSR PHE WMO dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu pemberdayaan, infrastruktur, capacity building, dan charity. Semua kategori CSR tersebut dijalankan dengan perencanaan yang baik. Ditambah, dalam melaksanakan CSR harus sesuai dengan guidance yang telah ditetapkan, seperti ISO:20061 dan IFS (International Finance System).
“Ini CSR masih sempit, belum lagi kita bicara CSR dalam pengertian ISO 20061. Kita kalau mau ngomongin CSR mau pakek guidance yang mana. Kita mau guidance IFC (International Finance System) atau mau pakek guidance nya 20061 semuanya ada. Karena dari tahun kemarin PHE WMO sudah committed dan sudah submit ke SR (Sustainability Report). Dan kita udah masuk di tahun kemarin, tahun ini kita juga.” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Tujuan PHE WMO melakukan CSR adalah sesuai komitmen perusahaan untuk melindungi pekerja, aset perusahaan, lingkungan, serta komunitas sekitarnya dari potensi bahaya, serta mengutamakan kepuasan secara menyeluruh terhadap pelanggan dan stakeholder melalui upaya perbaikan berkelanjutan.
“PHE WMO punya komitmen, punya policy, dan sebagainya. Tujuan melakukan CSR itu sudah ada didalam bagaimana kita mengimplementasikan komitmen dan policy kita didalam perusahaan. Nah nanti apa itu, nanti dibaca. Tinggal kamu memverivikasi apa yang dicanangkan oleh PHE WMO baik secara korporasi, berarti kita kan punya banyak hal nih yang dikomitmen kan, yang mau di destination goal nya.. destination goalnya itu banyak semestinya, dari produksi apa, dari aspek keselamatan apa, dari aspek perlindungan lingkungan apa, dari aspek bagaimana kita hidup yang baik seperti apa.” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove merupakan program unggulan PHE WMO di bidang lingkungan dan berbasis pemberdayaan komunitas sekitar operasi perusahaan. Program CSR Taman Pendidikan Mangrove ini berawal dari hasil studi AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Hasil Studi tersebut memberikan rekomendasi kepada PHE WMO untuk melakukan penguatan ekosistem mangrove di sepanjang pesisir pantai utara Bangkalan. Dari Arosbaya hingga Tanjung Bumi, ekosistem mangrove yang paling padat terletak di Labuhan. Tahun 2011-2012, PHE WMO melakukan perencanaan untuk melakukan penanaman mangrove di Labuhan.
“Nah kita dapetin data tentang kondisi labuhan itu adalah dari studi amdal. Pertama kali saya lupa tahun berapa.. Ada dokumennya. Nanti kamu cek yaa.. Pokoknya sebelum melakukan aktivitas kita melakukan studi AMDAL. Lapangan PHE-30 itu dikerjakan di tahun 2006 – 2007. Sebelum itu sudah ada studi. Nah, lalu semua kecamatan kan ga kita lakukan serentak, kita segmentasi mana yang langsung paling dekat terdampak, mana kemudian yang second line atau second layer terdampak. Nah dari identifikasi studi AMDAL memang itu udah jadi contoh dan kita udah eksperimen. Amanat dari RKPL dari AMDAL itu adalah harus melakukan reinforcement ekosistem mangrove di sepanjang pesisir pantai utara Bangkalan. Itu bunyinya di AMDAL. Sepanjang pesisir utara Bangkalan itu berarti dari Arosbaya sampai di Menganti Tanjung Bumi. Panjang kan berarti. Nah kita memilih lah dari situ, dari berbagai macam studi itu. Kan ekosistem mangrove yang ee paling padat itu kan ada di daerah sekitar ini antara labuhan dengan lambung paseseh, kemudian baru daerah sekitar klampis. Nah yang paling dekat dengan lokasi operasi kita ya Sepuluh, Lambung Paseseh, dan Tanjung Bumi. Nah kita lihat dan kita pelajari dan kita lakukan studi lagi di lapangan dan sebagainya, baru di Tahun 2011-2012, kita ancang-ancang pada waktu itu pendekatannya langsung penanaman aja terus selesai. Namanya penghijauan kan berarti ya nanem kan, ya tinggal tanam aja mangrove sebanyak-banyaknya. Nanti tinggal buat ceremony nya aja, yang penting secara administratatif secara officialy sesuai dengan apa yang diminta oleh RKPL yang ada didalam AMDAL dan
untuk pelaksanaan itu kita tunjuk lembaga yang berkompeten untuk melaksanakan itu.” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Pada tahun 2013, PHE WMO melakukan penanaman mangrove di pesisir pantai Desa Labuhan bersama pemerintah setempat dan juga dibantu oleh Universitas Trunojoyo Madura. Akan tetapi, kegiatan penanaman tersebut gagal dimana dari 100% tanaman mangrove yang ditanam hanya 5% yang tumbuh. Kemudian, PHE WMO melakukan evaluasi dari kegiatan tersebut. PHE WMO menyadari bahwa kegiatan tersebut tidak melibatkan elemen masyarakat hanya sekedar ceremonial saja. PHE WMO sama sekali tidak melakukan komunikasi dengan masyarakat mengenai permasalahan yang terjadi.
“Karena kita perusahaan pencari minyak kan, bukan ngurusin tanam-menanam mangrove. Kita kerjasama dengan lembaga perguruan tinggi yang memang punya concern atau kompetensi secara keilmuan untuk melakukan apa untuk melakukan identifikasi ekosistem mangrove dan hutan mangrove termasuk melakukan proses recovery ekosistem mangrove. Itu bekerja sama dengan Universitas Trunojoyo Madura jurusan teknik kelautan pada waktu itu. Dan jalanlah program itu. Secara kompetensi UTM memenuhi. Kami juga memilih UTM itu berdasarkan satu saran berbagi pihak, kedua yang paling dekat. Kalau memilih IPB Bogor yang sama-sama juga concern sama mngrove saya rasa juga kejauhan, karena masyarakat sini juga familiar dengan UTM itu asumsi saya. Nah Proyek pertama penanaman Mangrove Tahun 2013, bisa dibilang meskipun tidak gagal total, kami merasa itu kurang berhasil. Karena kalau dari 100% yang di tanam cuman 5% yang tumbuh yang bisa kita lihat. Yang tertinggal itu hanya cemara saja, kita lihat cemara di pesisir itu beberapa hidup. Yang mangrovenya sendiri jenis Rizophora dan jenis-jenis lainnya itu hanya satu dua aja yang berhasil tumbuh dan seperti kalau kamu ke pantai barat kamu bisa lihat sendiri kan ya beberapa saja yang hidup. Nah kami langsung meyadari, apa sebenarnya masalahnya. Apa yang terjadi gitu lo. Nah ternyata, pelibatan masyarakat tidak ada terus kemudian lebih ke acara
ceremonial aja dan sebagainya. Kita merasa juga tidak maksimal yang program 2012-2013. Nah terus kita evaluasi, dan kita ubah strategi.” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Oleh karena itu, pada akhir bulan November 2013, PHE WMO menyusun strategi Community Relations untuk memulai program CSR ini. Dalam hal ini, PHE WMO mulai melakukan Community Relations atau menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar. PHE WMO mulai berkomunikasi dengan masyarakat dan melihat apa kekurangan masyarakat serta membuat masyarakat aware dengan kondisi kritis lingkugan sekitarnya. Comdev PHE WMO menyadarkan masyarakat bahwa kondisi kritis ini harus segera diselamatkan. Sejak saat itu, Community Development PHE WMO mulai mempersiapkan strategi Community Relations untuk masuk ke masyarakat Labuhan.
“Strateginya kita coba ini. Nah ini kita dalam tim bener-bener diskusi secara intens dan kita menemukan strategi untuk mulai dari masyarakat aja deh. Kita mulai dari masyarakat luar, nanti masyarakat kurangnya apa seperti pengetahuan ya kita datangkan orang yang memiliki pengetahuan, kalau itu kurangnya ketrampilan ya kita mereka latih supaya mereka terampil. Nah gitu awal strateginya. Tapi yang penting adalah bahwa masyarakatnya adalah Aware atau sadar dulu kondisi pantai di desanya itu dalam kondisi kritis dan ini harus di rescue.” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Strategi Community Relations pada saat sebelum masuk ke masyarakat adalah dilakukan dengan cara mengidentifikasi masyarakat dengan melakukan studi sosial dan social mapping mengenai masyarakat Labuhan. Comdev PHE WMO dengan intens melihat keadaan sosial masyarakat seperti apa, penggolongan kelompok-kelompok masyarakat seperti apa, dan interaksi antar tokoh dapat berpengaruh seperti apa. Ulika mengatakan bahwa strategi yang paling penting
adalah melakukan studi yang memotret suatu kawasan secara fisik maupun kondisi sosialnya.
“Kita melakukan penelitian kan memotret bahwa kita lupa juga nih bahwa awareness atau kesadaran masyarakat terhadap kerusakan lingkungan didaerahnya itu belum ada. Itu yang kita mulai, kita identifikasi masyarakatnya dan studi sosial mengenai masyarakat. Keadaan sosialnya seperti apa, penggolongan bidang - bidang kelompok - kelompok masyarakatnya seperti apa, interaksi antar tokoh berpengaruhnya dilokasi tersebut seperti apa, sehingga kita melakukan inisiasi program itu tidak salah alamat. Kalau kita nuturi dokumen nanti salah alamat. Makanya dari itu, kalau kami melakukan sebuah program ya strategi pentingnya yaitu melakukan studi yang memotret suatu kawasan secara fisik maupun kondisi sosialnya. Itu sangat penting banget!. Karena itu adalah modal awal. Kalau tanpa itu sama dengan pergi ke medan perang tanpa pakek peluru, terus ga pakek kompas, ya mati duluan nanti. Nah itulah strategi pertama” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)
Kemudian, strategi Community Relations saat masuk ke masyarakat adalah komunikasi melalui kader-kader. Comdev PHE WMO menjalin komunikasi dengan Kepala Desa, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh ulama, guru ngaji, dan sebagainya sehingga mereka menyambut dengan antusias. Melalui kegiatan tersebut, Comdev PHE WMO mulai melihat nature masyarakat dan bagaimana respon masyarakat terhadap permasalahan kritis yang terjadi lingkungan mereka, antusias atau tidak. Orang antusias ditandai dengan diam dan banyak mendengarkan, sebaliknya jika tidak antusias ditandai dengan sanggahan, perdebatan, atau penolakan. Menurut Ulika, Strategi Community Relaitons dalam menyikapi orang yang tidak antusias adalah dengan mengajak bicara terus menerus dan lebih dalam.
“Setelah itu kita mulai masuk baik melalui Pak klebun (Kepala Desa), tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh ulama, guru ngaji, dan sebagainya. Masuk.. ya sudah.. mereka semua menyambut dengan antusias.