• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Wawancara dengan Hardian

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 58-63)

4.4. Temuan Data

4.4.3. Hasil Wawancara dengan Hardian

Hardian memulai dengan penjelasan mengenai penanganan program pengembangan masyarakat atau Community Relations, seperti perencanaan, implementasi, monitoring, evaluasi, publikasi, dokumentasi, dan membuat laporan. Hardian mengatakan dalam merencanakan sebuah program harus dimulai dari pemetaan sosial. Pemetaan sosial itu bisa dengan pihak ketiga (vendor, universitas) atau pemetaan sosial yang dilakukan perusahaan sendiri. Idealnya pemetaan sosial dilakukan oleh masing-masing pihak, untuk saling melengkapi. Menurut Hardian, hasil dari pemetaan sosial keakurasiannya hanya 70%, sedangkan 30% sisanya Comdev harus secara intens face to face berkomunikasi dengan masyarakat. Comdev perlu melakukan pemetaan sosial ini guna mengetahui kebutuhan masyarakat bukan keinginan masyarakat. Kebutuhan masyarakat dalam arti apa yang menjadi permasalahan di masyarakat.

“Penanganan program pengembangan masyarakat atau community relations itu, mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring, evaluasi, publikasi, dokumentasi, sama laporan-laporan. Perencanaan itu dimulai dari pemetaan sosial. Pemetaan sosial itu bisa dengan pihak ketiga (vendor, universitas) atau pemetaan sendiri (pribadi). Data perusahaan mengenai pemetaan sosial itu idealnya ada dua jadi yang dilakukan intern sama karyawan dan yang dilakukan sama pihak ketiga. Kenapa? Kalau dengan yang eksternal pemetaan sosial itu dia melihat dari sisi netral dan mungkin itu durasinya itu cuman satu bulan.. random sampling.. tidak semua. Data atau analisa dari hasil pemetaan sosial itu keakurasiannya mungkin sekitar ee.. 70%.. 30% itu yang melengkapi personel itu sendiri.. karena face to face intens berkomunikasi dengan masyarakat.. yang tau masyarakat masyarakat adalah personel dari comdev itu sendiri bukan siapa-siapa.” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Setelah mengetahui kebutuhan masyarakat, mengetahui apa yang perlu diperbaiki dalam masyarakat, maka selanjutnya melakukan diskusi dengan masyarakat tersebut. Diskusi bisa dalam bentuk diskusi kecil ataupun melalui musrembang (musyawarah rembuk desa). Hal ini dilakukan untuk menemukan inti permasalahan, apa yang sebenarnya harus diperbaiki. Selanjutnya, mulai menyusun program yang dikemas dalam bentuk Focus Group Discussion. Dalam tahap perencanaan, wajib melibatkan masyarakat agar sepaham dengan norma dan budaya yang terjadi di masyarakat. Menurut Hardian, itu dilakukan secara halus atau perlahan dalam membangun masyarakat tersebut.

“Setelah kita tahu apa yang perlu diperbaiki apa yang perlu dibenahi didalam masyarakat itu.. ya kita diskusikan kepada msayrakat itu bisa secara face to face, bisa diskusi kecil, bisa melalui musrembang (musyawarah rembuk desa).. Untuk apa namanya sepakat bahwa ini lo masalahnya.. ini lo yang harus dibenahi.. ini lo yang perlu dilengkapi.. kemudian penyusunan program nya seperti apa.. itu dalam satu kerangka focus group discussion. Harus didiskusikan dengan masyarakat, karena percuma juga ketika punya wacana seperti ini harus dimulai seperti ini tetapi itu melanggar norma yang ada dimsayarakat, melanggar kaidah-kaidah budaya lokal ya kan dan kearifan lokal di masyarakat.. juga percuma juga kan.. karena kita juga tidak bisa langsung intervensi kemasyarakat itu juga kan.. mereka kan punya budaya nya sendiri2.. kearifan lokal sendiri2.. gitu kan.. itu yang jadi tantangan untuk perusahaan untuk bisa apa namanya.. intervensi.. membangun masyarakat itu.. dan itu juga dilakukan halus atau perlahan oleh comdev officer.” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Kemudian, Hardian merangkum program tersebut berdasarkan skala prioritas dan diajukan ke manajemen, yaitu Ulika dan Sudaryoko. Setelah manajemen menyetujui, Hardian mengemas dan mengajukan ke Work Program & Budget SKK Migas. Hal ini untuk mendapat dana CSR. Sumber dana CSR PHE WMO ada dua, yaitu cost recovery dan non-cost recovery. Cost recovery berkaitan langsung dengan PPO (Program Penunjang Operasi) dimana berpayung pada

dokumen AMDAL. Sedangkan, non-cost recovery berarti meminta dana dari Pertamina (persero) dimana harus mengikuti tender seleksi. Hardian mengatakan bahwa tantangan dalam melaksanakan Community Relations tidak hanya pada saat masuk ke dalam masyarakat, akan tetapi juga saat meyakinkan manajemen bahwa program ini bermanfaat untuk masyarakat.

“Setelah itu program itu kita rangkum, berdasarkan skala prioritas terus kita ajukan ke manajemen atau pimpinan.. ya pak ulika.. pak sudaryoko sampai dengan yang diJakarta.. Kalau sdah oke... baru kita kemas dan ajukan ke WP&B ke SKK migas.. Kenapa begitu? Karena anggaran dari program comdev itu ada dua, yaitu cost recovery dan non-cost recovery. Nah yang non-cost recovery itu yang berkaitan lansgung sama PPO (program penunjang operasi) yang di SKK Migas. PPO itu payungnya ada pada dokumen amdal. Itu yang bisa di cost recovery kan. Ada yang tidak bisa di cost recovery kan atau noncost recovery.. itu kita mintakan ke pertamina persero.. tapi itu juga melalui tahap seleksi dan pengajuannya ketat juga. Makanya itu tantangan comdev officer tidak hanya step pertama itu, yang kedua itu apa namanya.. meyakinkan ke manajemen kita rapat kemanajemen bahwa ini untuk masyarakat juga.. karena platform itu kalau masyarakat merasa nyaman dengan perusahaan.. maka operasi juga akan berjalan lancar. Itu aja sebenarnya.” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Selanjutnya, implementasi program. Pada tahap ini, Comdev melibatkan masyarakat dalam implementasi program. Kemudian, Comdev PHE WMO melakukan monitoring atau pemantauan program. Comdev PHE WMO melakukan survey kepada masyarakat apakah sejalan dan melihat bagaimana nilai tambah bagi masyarakat serta perusahaan. Setelah itu, Comdev melakukan evaluasi, apakah pelatihan ini bermanfaat, apakah program pembangunan lancar, dan apakah berjalan dengan efisien. Lalu, Comdev PHE WMO melakukan dokumentasi dan dipublikasikan ke media atau dirangkum menjadi sebuah buku.

“iyaa kayak gitu.. tapi sebisa mungkin kalau ada kaitannya sama fisik atau apa harus juga melibatkan masyarakat lokal. Nah setelah

implementasi.. kita monitor.. kalau itu programnya pelatihan, pembinaan.. kita lihat.. kita survey.. apakah ini sejalan.. apa namanya.. nilai tambah bagi masyarakat.. bagi perusahaan juga.. sebagai laporan untuk proper atau laporan-laporan lain kita ini.. kemudian di akhir tahun kita evaluasi.. apakah program ini apa namanya. Bermanfaat, apakah efisien.. untuk masyarakat si penerima ini. Kemudian kalau sudah kita dokumentasikan terus kita publikasikan. Publikasi bisa ke media, bisa kita rangkum menjadi sebuah buku.. buku tahunan.. dan macem-macem.. itu secara teknis untuk jobdesc terkaait comdev officer.. dan juga itu sebenarnya strategi runtut yang harus dilakukan oleh comdev untuk melakukan sebuah program CSR.” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Menurut Hardian strategi Community Relations dalam melaksanakan Program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove adalah dengan cara face to face mengelola komunikasi dengan masyarakat dan melakukan handling komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat, seperti handling SARA dan komplain masyarakat. Hardian membuat checklist berisi daftar komplain dari masyarakat. Hardian rutin satu bulan sekali untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Ia juga mengatakan menjalin komunikasi tidak harus kesana, jika trust udah terbangun Comdev PHE WMO bisa monitoring melalui media sosial atau kontak telepon. Selain itu, dalam mengatasi isu atau permasalahan masyarakat strategi yang digunakan adalah melakukan Focus Group Discussion, dalam arti mengumpulkan semua elemen masyarakat dan PHE WMO bertindak sebagai fasilitator.

“Community relations itu adalah kaitannya untuk handling komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat.. handling komunikasi dengan masyarakat itu kategorisasinya bisa SARA, bisa komplain, bisa komplain.. Komplain kalau ga dihandle dengan baik berkembang menjadi protes atau demo yang bisa terpublish ke media dan segala macem. Akan tetapi handling community relations itu yang sangat penting karena harus Face to Face sama masyarakat untuk memaintain si komunikasi itu dengan

masyaarakat. Community relations saya punya check list atau external logbook setiap saya ketemu dengan masyarakat. Iya nanti saya lihatkan.. Sebenarnya saking banyaknya ini.. karena itu tadi. Harusnya community relations sendiri.. comdev sendiri.. harusnya idealnya itu.. setiap community relations itu punya logbook itu isinya komunikasi apa aja.. dicatet isinya apa aja.. kategorisasinya seperti apa.. itu ada harus ada kategorisasinya.. lah sementara yang saya catet ini kaitannya dengan sama keluhan, sama protes, sama masukan saja, yang lainnya ga saya catat. Tapi harusnya dicatat.. Jadi itu dicatet kemudian kalau ada apa namanya ini ada target.. ada keluhan ini solusinya seperti apa targetnya seperti apa.. nah itu harus ada.” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Hardian mengungkapan mengenai tujuan PHE WMO mengadakan program- program CSR.

“Tujuan utama perusahaan adalah satu operasi lancar (tidak ada gangguan lingkungan atau masyarakat) dan yang kedua mendongkrak penjualan. Nah bagaimana untuk mencapai kedua ini? Yang kesatu untuk mencapai kelancaran operasi itu adalah tujuannya bagaimana masyarakat itu tidak terganggu terhadap operasi perusahaan. Tapi caranya masyarakat tidak mengganggu perusahaan malah mensupport perusahaan itu adalah caranya membuat masyarakat nyaman dengan keberadaan kita. Nyaman ya sekali lagi hehe.. Nyaman itu tidak ada relevansi dengan nominal.. iya kan.. nominal sebesar apapun tidak menjamin kenyamanan. Tapi nyaman itu relevansi nya adalah komunikasi yang intens.. nominal itu support untuk komunikasi intens.. komunikasi yang baik dengan masyarakat. Itu adalah modal kita.. namun modal dan segala macem itu cuman support saja. Nah itu yang harus dicermati, kenapa perusahaan-perusahaan besar itu masih ada gangguan dalam operasi karena biasanya mereka tidak pernah berkomunikasi dengan masyarakat. Program-program CSR mereka cuman formality saja.. Formality.. semua program setelah di acc setelah di approve lansgung dilaksanakan aja tanpa ada komunikasinya. Ketika ada

masalah itu, terkait ada gangguan ada pencemaran, dan sebagainya pasti masyarakat langung meledak atau protes. Nah program dengan dukungan komunikasi yang baik itu adalah upaya-upaya untuk membentuk reputasi perusahaan.. ya kan.. Reputasi perusahaan itu diatas.. upaya-upaya itu membentuk citra.. citra yang baik itu membentuk reputasi perusahaan. Kalau reputasi perusahaan kuat ketika ada gejolak atau ada sedikit permasalahan itu masih bisa ditembel. Intinya itu” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 58-63)