• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Masyarakat

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 86-92)

4.5. Analisis dan Interpretasi Data

4.5.1. Analisis Strategi Community Relations PHE WMO dalam Melaksanakan Program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan

4.5.1.1. Identifikasi Masyarakat

Program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove merupakan inovasi program berkelanjutan dengan konsep konservasi lingkungan berbasis komunitas (conservation based community) yang mendasarkan pada kemandirian masyarakat untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Program ini bertujuan untuk mendukung terwujudnya kawasan konservasi dan pendidikan mangrove yang

terintegrasi antara konsep pemberdayaan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (aspek sosial dan ekonomi) dan konservasi lingkungan (aspek lingkungan) pertama di pulau Madura dan di Indonesia. Dalam pelaksanakan program CSR Si Komo Pasir – Taman Pendidikan Mangrove, Comdev PHE WMO sebagai pelaksana program, menggunakan berbagai macam strategi untuk merealisasikan program tersebut. Strategi awal dalam pelaksanaan program CSR ini adalah mengidentifikasi komunitas masyarakat daerah operasi perusahaan.

Untuk mengetahui berbagai kontribusi positif dan berbagai permasalahan yang ditimbulkan terkait dengan beroperasinya suatu perusahaan, maka perlu dilakukan suatu kajian mendalam dan konprehensif. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui secara lebih jelas dan spesifik tentang berbagai permasalahan dan kebutuhan yang berkenaan dengan program dan kegiatan yang representatif bagi masyarakat. Sehingga untuk itu maka diperlukan suatu pendekatan sosial ekonomi kemasyarakatan melalui kegiatan social mapping atau pemetaan sosial. (Ardianto & Machfudz, 2011, p.179).

Peneliti melihat bahwa Comdev PHE WMO melakukan identifikasi masyarakat dengan melakukan pemetaan sosial (social mapping), memotret kondisi fisik lingkungan Desa Labuhan, menggolongkan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, mengamati interaksi antar tokoh di masyarakat, dan melihat apa pengaruh yang dihasilkan dari interaksi antar tokoh tersebut. Dalam proses ini, peneliti melihat PHE WMO dibantu oleh pihak ketiga, yaitu lembaga pendidikan Universitas Trunojoyo Madura. Adanya lembaga pendidikan membantu PHE WMO mengumpulkan fakta mengenai kondisi sosial masyarakat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ulika Trijoga Putrawardana melalui pernyataan berikut :

“Itu yang kita mulai, kita identifikasi masyarakatnya dan studi sosial mengenai masyarakat. Keadaan sosialnya seperti apa, penggolongan bidang-bidang kelompok-kelompok masyarakatnya seperti apa, interaksi antar tokoh berpengaruhnya dilokasi tersebut seperti apa, sehingga kita melakukan inisiasi program itu tidak salah alamat. Kalau kita nuturi dokumen nanti salah alamat. Makanya dari itu, kalau kami melakukan sebuah program ya strategi pentingnya yaitu melakukan studi yang memotret suatu kawasan secara fisik maupun kondisi sosialnya. Itu

sangat penting banget!. Karena itu adalah modal awal. Kalau tanpa itu sama dengan pergi ke medan perang tanpa pakek peluru, terus ga pakek kompas, ya mati duluan nanti. Nah itulah strategi pertama” (Wawancara dengan Ulika Trijoga Putrawardana, Head of HR Ops & Community Development East Java Area, 3 Mei 2017)

Senada dengan yang ungkapkan oleh Amarullah :

“Sebenarnya yang deket dengan daerah operasi kita itu banyak.. tapi kan berdasarkan hasil studi social mapping kita.. yang bisa kita diskusikan.. yang bisa kita ubah mindsetnya.. akhirnya ya Labuhan” (Wawancara dengan Amarullah, Supervisor of Community Development, 3 Mei 2017)

Dipertegas oleh Hardian melalui pernyataan berikut :

“...dimulai dari pemetaan sosial. Pemetaan sosial itu bisa dengan pihak ketiga (vendor, universitas) atau pemetaan sendiri. Data perusahaan mengenai pemetaan sosial itu idealnya ada dua jadi yang dilakukan intern sama kita dan yang dilakukan sama pihak ketiga. Kenapa? Kalau yang pemetaan sosial eksternal itu dia melihat dari sisi netral dan analisa dari hasil pemetaan sosial itu keakurasiannya mungkin sekitar 70% 30% itu yang melengkapi personel itu sendiri., karena face to face intens berkomunikasi dengan masyarakat, yang tau masyarakat adalah personel dari comdev itu sendiri bukan siapa-siapa.” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Menurut Ardianto & Machfudz (2011, p.180), Pemetaan sosial dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam penanganan masalah sosial. Pemetaan sosial adalah proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Fungsi utama pemetaan sosial adalah memasok data informasi bagi pelaksanaan CSR. Prinsipnya utama dalam melakukan pemetaan sosial adalah ia dapat mengumpulkan informasi

sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat keputusan yang terbaik. Peneliti menyimpulkan bahwa PHE WMO melakukan identifikasi masyarakat untuk memasok data informasi mengenai masyarakat Desa Labuhan sehingga mempunyai bekalsaat masuk ke masyarakat dan berguna bagi pelaksanaan CSR tahap selanjutnya.

Ada tiga alasan mengapa sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial diperlukan: Pertama, Pandangan mengenai manusia dan lingkungannya. Masyarakat di mana seseorang tinggal sangat penting dalam menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. CSR tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut. Kedua, CSR memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini. Tanpa pengetahuan ini, para pelaku CSR kan mengalami hambatan dalam menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi tradisi maupun dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan. Ketiga, Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok- kelompok bergerak ke dalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam memahami dan menginterpretasikan perubahan- perubahan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Hardian melalui pernyataan berikut :

“Pemetaan sosial untuk mengetahui apa sih kebutuhan masyarakat bukan keinginan masyarakat.. tidak sekedar keinginan tapi kebutuhan masyarakat.. apa sih permasalahan yang ada di masyarakat.. Masyarakat itu kalau kita lihat dalam suatu komunitas dan suatu desa pasti ada suatu permasalahan pasti ada sesuatu yang kurang.. pasti ada sesuatu yang harus perlu disikapi menuju kesejahteraan masyarakat.. Makanya perlu apa namanya personel comdev officer atau pemetaan dari pihak ketiga yang bisa mengcapture permasalahan itu disini.. O sebenarnya kebutuhannya itu ini lo.. itu perlunya.. itu yang dimaksud bahwa perusahaan itu tidak hanya mengakomodir keinginan masyarakat tapi kebutuhan masyarakat.” (Wawancara dengan Hardian, Community Development Officer, 3 Mei 2017)

Gambar 4.19. Wawancara Social Mapping PHE WMO Tahun 2013 Sumber: Database Community Development PHE WMO, 2017

Gambar 4.20. Jaringan Antar Kelompok/Individu Desa Labuhan (Salah Satu Hasil Pemetaan Sosial)

Dalam pemetaan sosial seperti yang dipaparkan sebelumnya, terdapat sebuah pola interaksi atau hubungan antar tokoh di dalam masyarakat. Dalam gambar 4.13 menunjukkan mengenai jaringan sosial di Desa Labuhan baik kelompok maupun individu. Kepala Desa Tohari sebagai pemegang pemerintahan desa mempunyai pengaruh kuat terhadap kelompok dan individu di desa Labuhan. Yang unik dari desa ini adalah bahwa selain kepala desa yang mempunyai pengaruh kuat terhadap masyarakat terutama kelompok tani dan kelompok nelayan adalah Munakin yaitu Camat Kecamatan Sepulu. Munakin dianggap mempunyai pengaruh yang kuat karena ketua kelompok tani desa Labuhan.

Terbentuknya kelompok profesi yang dibentuk berdasarkan profesi masyarakat memberi gambaran desa ini mempunyai kelompok-kelompok terkait dengan usaha yang ada di desa tersebut. Seperti kelompok tani, nelayan dan pedagang, dalam kegiatannya kelompok tersebut membangun jaringan dengan Kepala Desa sebagai pemegang kendali atas kinerja pembangunan dan pemerintah desa, selain itu juga membangun jaringan dengan Camat Sepulu sebagai tokoh masyarakat yang berpengaruh kuat dan pengendali masyarakat jika ada program dan masalah desa. Selain itu terdapat masyarakat yang dianggap berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat karena kekuatan financialnya, yaitu Taufik sebagai pengusaha batu-bara. Kelompok tani, nelayan dan pedagang membangun jaringan dengan pengusaha batu bara tersebut.

Gambar 4.21. Saran dari hasil Pemetaan Sosial untuk Desa Labuhan, Tahun 2013 Sumber: Database Community Development PHE WMO, 2017

Dalam dokumen 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 86-92)