Bapak merupakan narasum- ber yang unik. Pada saat masih ak tif menjadi PNS, Bapak meru- pakan salah satu anggota Pokja AMPL dari komponen Depkes. Po sisi Bapak sebagai Direktur Pe - nyehatan Lingkungan saat itu memberi peluang untuk sering ber sentuhan dengan Waspola. Se mentara setelah pensiun Ba - pak aktif di proyek WES-UNICEF. Menjadi menarik untuk mende- ngar pendapat Bapak tentang upa ya yang dilakukan oleh Waspola selama ini, baik pada saat masih menjadi bagian dari
Pokja AMPL maupun setelah berkiprah di WES-UNICEF?
Sasaran yang ingin dicapai oleh WASPOLA yaitu meningkatkan kemampuan pemerintah Indonesia melaksanakan kebijakan dan merefor- masi kebijakan sektor air minum dan sanitasi, dengan menitikberatkan pada pendekatan kebutuhan dan peranserta. Saya rasa sudah cukup berarti yang di- kerjakan WASPOLA dalam melahirkan kebijakan nasional. Dalam perjalanan- nya WASPOLA telah memotori lahirnya "Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat". Dokumen ini menjadi sangat penting dalam memberi landasan pelaksanaan proyek-proyek yang dikembangkan oleh pusat, daerah atau LSM. Namun kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis lembaga belum bisa selesai sampai sekarang, menurut saya karena yang menyusun terbelenggu oleh para- digma community based. Kebijakan AMPL berbasis masyarakat kemudian disosialisasikan oleh Pokja AMPL untuk diperkenalkan kepada provinsi dan kabupaten lain yang bukan merupakan daerah proyek WASPOLA.
Bagaimana Bapak meman- dang upaya yang dilakukan oleh Waspola dalam mengarusutama - kan pendekatan berbasis masya - rakat melalui kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat?
Memang yang dikembangkan pe - merintah dengan dukungan WAS POLA adalah kebijakan yang berdasar pen- dekatan kebutuhan dan peranserta. Pendekatan pembangunan AMPL berbasis masyarakat telah berhasil dikembangkan, disosialisasikan dan dilaksanakan dengan baik. Saya rasa semua proyek AMPL baik dengan dana APBN, APBD dan yang memperoleh bantuan asing baik hibah maupun pin- jaman telah dilaksanakan dengan pen-
WA W A N C A R A
48
Percik
Juni 2009
tor perlu diperjelas. Di tingkat pusat, Pokja Air Minum perlu dipisah dengan Pokja Sanitasi. Kalau mau digabung, anggotanya berbeda dan masing-ma- sing pokja harus otonom serta mandiri, jangan saling mengkontaminasi. Pemisahan ini perlu supaya lebih pro- fesional dalam pengembangannya dan tidak diganggu perbedaan paradigma. Paradigma pengembangan pemba- ngunan air minum sekali lagi saya sampaikan berbeda dengan paradigma dalam pembangunan sanitasi. Dari sisi fisik saja sudah berbeda, air diperlukan manusia sedangkan sanitasi yang menghasilkan limbah ingin dibuang. Sifat ini yang mewarnai paradigma masing-masing program. Akan menja- di bias dan menjadi tidak menarik bagi swasta ketika rumusan peran swasta bidang sanitasi terbelenggu paradigma yang dipergunakan untuk pengem- bangan air minum. Dengan diteri- manya tesis Kamal Kar bahwa masyarakat tidak membutuhkan ban- tuan/subsidi dari luar untuk memba- ngun jambannya sendiri akan mewar- nai kebijakan nasional tentang pemba- ngunan sanitasi. Di dalam tesis terse- but terkandung unsur rasa malu, jijik, berdosa dan merugikan orang lain yang setiap orang ingin menghindari. Pemba ngunan jamban sendiri me- ngandung unsur keamanan bagi ibu dan remaja putri yang merupakan kebutuhan tingkat dua berdasar hirar- ki kebutuhan menurut Maslow. Sedang bagi keluarga atau bapak-bapak meru- pakan pemenuhan kebutuhan tingkat tiga dan empat yaitu pengakuan sosial dan harga diri. Departemen Kesehatan telah mengadopsi strategi tanpa subsi- di ini, bilamana bisa diterima dan dilaksanakan secara nasional oleh semua sektor pemerintahan pusat dan daerah serta politisi akan menghemat banyak pembiayaan pemerintah, yang tentunya bisa dipakai untuk kontribusi kesejahteraan PNS. Sedangkan Pokja AMPL di provinsi dan kabupaten antara air minum dan sanitasi di- satukan jangan dipisah. Saat ini mere-
ka umumnya adalah pelaksana dan tinggal melaksanakan kebijakan dan strategi pusat. Pokja AMPL provinsi dan kabupaten merupakan pelaksana dari kebijakan nasional, karena peri- laku organisasi pemerintahan kita melahirkan kelompok pemikir berada di Pusat.
Mantan Pokja AMPL
SUTJIPTO
Bapak merupakan narasumber yang telibat di awal pelaksanaan Waspola. Bagaimana menurut Bapak pencapaian Waspola saat ini? Apakah sesuai dengan hara- pan pada saat awal?
Pencapaian Waspola saat ini cukup bagus.
Belum sepenuhnya sesuai. Pada awalnya kami (saya dan beberapa kawan dari lintas sektor) mengharap- kan dengan adanya Waspola akan dapat dihasilkan komitmen kebijakan AMPL minimal di tingkat Menteri (Bappenas, Pekerjaan Umum, Dalam Negeri, Kesehatan, Keuangan, Ling - kungan Hidup, Perumahan, sektor lain terkait), dan apabila memungkinkan dalam bentuk Keputusan Presiden, atau Peraturan Pemerintah. Pada saat ini komitmen baru pada tingkat Eselon I dari 6 Departemen/Meneg untuk Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat.
Sedangkan harapan saya pribadi, disamping produk peraturan-perun- dangan tersebut di atas perlu pula
adanya satu departemen atau badan setingkat departemen ditingkat pusat yang khusus menangani Program AMPL. Dengan penanganan seperti sekarang ini, meskipun telah dibentuk badan semi-formal berupa Pokja AMPL di Pusat dan Daerah, perkem- bangan pembangunan AMPL masih jauh dari yang diharapkan (prioritas rendah dan anggaran biaya yang terse- dia jauh dari yang diperlukan); sehing- ga penyediaan air minum (yang benar- benar dapat langsung diminum) dan sanitasi 'off-site' serta drainase yang memadahi tidak akan tercapai dalam waktu 20-30 tahun kedepan. Namun saya menyadari hal ini akan sulit diwu- judkan kecuali ada "political will"dari politisi yang memenangkan pemilu.
Salah satu hal menarik dari WASPOLA adalah keterlibatan aktif berbagai institusi pemerin- tah. Menarik untuk diketahui, apa yang menjadi daya tarik Waspola?
Yang menjadi daya tarik Waspola terhadap beberapa institusi pemerin- tah, adalah:
- Adanya koordinasi yang terarah dari Bappenas (Direktorat Perumahan dan Permukiman), dimana peren- canaan disusun bersama, sebagian besar kegiatan mempunyai keterka- itan dengan institusi pemerintah lain;
- Tersedianya dana untuk melak- sanakan kegiatan di masing-masing institusi;
- Adanya komitmen antarinstitusi untuk melaksanakan kegiatan. Salah satu ciri khas Waspola adalah kemitraan dengan peme- rintah pusat melalui Pokja AMPL Nasional. Bagaimana pendapat Bapak tentang efektifitas dari keberadaan Pokja AMPL Nasio - nal?
Cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari peran dan fungsi Pokja AMPL Nasional, antara lain:
WA W A N C A R A
50
Percik
Juni 2009
- Telah berhasil menyusun Ke bi jakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat yang telah mendapat komitmen dari 6 Eselon I De partemen/ Menneg;
- Telah berhasil menyusun draf Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Lembaga;
- Telah berhasil melakukan ad vokasi kepada sejumlah Pemerintah dan DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota, adanya komitmen Pemda Pro vin - si/Kabupaten/Kota yang semakin be sar terhadap pembangunan AMPL sehingga dapat terbentuk Pokja AMPL di daerah, tersusunnya Renstra AMPL, mendapatkan pen- danaan dari daerah untuk Program Pembangunan AMPL.
Setelah tidak lagi menjadi PNS, tetapi masih berkiprah di dunia
AMPL, bagaimana Bapak me -
mandang keberadaan Waspola dan Pokja AMPL?
Keberadaan Waspola dan Pokja AMPL masih diperlukan, sebelum ter- bentuk Departemen/Badan setingkat Departeman yang menangani Pem - bangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Apabila Waspola dihen- tikan dan Pokja AMPL dibubarkan, saya khawatir perkembangan program pembangunan AMPL yang telah kita capai pada saat ini (terutama komit- men dari Pemda dan para pemangku kepentingan di daerah) akan berang- sur-angsur menurun dan akhirnya menghilang; seperti pada era Inpres Samijaga (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga) tahun 1970-an sam- pai dengan tahun 2000-an.
Dengan pencapaian Waspola saat ini, apakah menurut Bapak Was pola dianggap berhasil? Jika ya, dalam hal apa?
Cukup berhasil, terutama dalam hal:
- Mendorong keterlibatan lintas sektor lebih intensif dan terarah baik di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota; - Semakin dipahaminya kebijakan dan
prinsip-prinsip dasar pengelolaan program AMPL;
- Semakin meningkatnya komitmen Pemda dan para pemangku kepentingan di Pusat, provinsi, dan Kabupaten/Kota;
- Meningkatnya prioritas dan pelak- sanaan pembangunan AMPL di daerah;
- Lebih terintegrasi perencanaan dan pelaksanaan program AMPL di Kabupaten/Kota.
Jika Waspola tetap dilan- jutkan, hal apa yang menurut Bapak perlu diperbaiki, dan apa yang perlu dipertahankan?
Yang perlu dipertahankan: - Koordinasi yang baik sejak dari
perencanaan, pelaksanaan dan
monevpada program AMPL; - Situs AMPL;
- Forum komunikasi antarpe- mangku kepentingan baik melalui milis, majalah, newsletter, perte- muan, dan sebagainya.
Yang perlu diperbaiki:
Misi Waspola yang akan datang hendaknya merupakan kelanjutan dari Waspola 2, yakni antara lain:
- Membentuk badan setingkat departemen ditingkat pusat yang khusus menangani program AMPL (pada saat ini penanganan program AMPL tersebar dibeberapa departe- men);
- Kebijakan Program Pem ba ngun an AMPL berbasis masyarakat dan berbasis Lembaga ditingkatkan menjadi Peraturan Pemerintah. Mantan Pokja AMPL