• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagaimana proyek lainnya, ada kebutuhan untuk melakukan penye- garan, dan seringkali perubahan pegawai yang membawa gagasan baru untuk proyek yang telah berlangsung lama seperti Waspola. Dari sisi pan- dang saya yang telah bekerja dengan tim Waspola yang penuh semangat, sangatlah menguntungkan baik dari sisi kepentingan pemerintah maupun sisi kepentingan proyek. Walaupun saya tidak paham benar mengenai struktur Waspola baru (Waspola

Facility) dan apa yang menjadi sasaran dan tujuannya, harapan saya bahwa Waspola baru akan dilak- sanakan dalam suatu alur yang sama dengan proyek pendahulunya. Saya mengamati dengan mata kepala sendiri selama bersama Waspola, bahwa ternyata proyek dengan dana terbatas dapat menghasilkan dampak yang signifikan. Saya selalu pada sisi yang berpendapat bahwa sumbangan yang diberikan donor telah menim- bulkan dampak pada sektor AMPL di Indonesia dan di tingkat global (meskipun hanya sedikit).

Bagaimana pendapat Anda mengenai semua upaya dan komitmen pemerintah Indonesia

terhadap masalah AMPL dan capaian MDGs, dan khususnya Kebijakan pemerintah mengenai AMPL?

Waspola 1 memberi tatanan dasar yang baik untuk kegiatan lanjutan yaitu Waspola 2. Komitmen Pemerintah Indonesia pada Waspola 1 sudah cukup kuat, dan saya harus mengakui bahwa saya selalu kagum dengan komitmen anggota Pokja AMPL terhadap kegiatan Waspola. Dukungan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah ten- tang sarana dan pengelolaan air dan sa- nitasi merupakan komitmen yang berat dan sulit. Pada awal pelaksanaan Waspola 2, ada kecenderungan memilih kegiatan yang gampang lebih dulu. Pada awal Waspola 2, ada kegiatan yang berhasil maupun kegiatan yang gagal, karena tidak semua pemerintah daerah memandang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan sebagai prioritas. Iklim poli- tik di Indonesia pada waktu itu juga menimbulkan beberapa masalah terkait dengan penguatan kapasitas pemerintah daerah, yakni dengan seringnya terjadi mutasi, sehingga kegiatan pelatihan Waspola harus sering di ulang, agar proyek dapat berkesinambungan. Walaupun demikian, Pokja AMPL Pusat tidak putus asa, dan mendukung terus upaya Waspola 2.

Saya masih dan selalu akan meng- ingat kegiatan Pokja AMPL dan Waspola sebagai kegiatan yang efektif, walaupun sewaktu-waktu semangat nampak menurun, seluruh dampak jangka pan- jangnya cukup mengagumkan. Saya memakai Pokja AMPL Indonesia sebagai model untuk kelompok kerja proyek yang saya kerjakan sekarang.

Walaupun saya tidak terlalu ingin menyebut nama. Ada banyak orang yang perlu diberi perhatian dan ucapan terima kasih atas dukungan dan komit- men terhadap Waspola 2 dan AMPL di Indonesia, namun demikian ada dua orang yang perlu diberi perhatian khusus, yaitu Pak Basah Hernowo dan Pak Oswar Mungkasa, yang secara

terus-menerus mendukung dan meng- upayakan keberhasilan Waspola 2 dan AMPL di Indonesia.

Struktur apapun yang digunakan untuk Waspola Facility nanti, tujuan dan maksudnya masih sama, dan di tingkat apa pun, saya yakin Waspola

Facilityakan memberi manfaat untuk sektor air minum dan sanitasi di Indonesia, dan dengan sendirinya ke seluruh dunia juga. Secara spesifik, pencapaian MDG’s, Waspola sudah berdampak positif di Indonesia yang bisa diukur melalui tambahan kapa- sitas pemerintah daerah untuk me- ngelola dan merancang sektor air dan sanitasi. Sudah ada beberapa “lesson- learned” yang sudah dianalisa dan didokumentasikan berkat upaya WSP- EAP dalam upaya diseminasi informasi tentang AMPL.

Dengan semakin mendekatnya masa akhir Waspola 2 dan akan segera dimulainya Waspola Facility, bagaimana penilaian Anda mengenai capaian Waspola 2, pembelajaran apa yang dipetik dari Waspola 2 untuk Pemerintah Indonesia dan badan donor inter- nasional, dan apa harapan Anda mengenai Waspola Facilitymen- datang?

Barangkali dengan melihat kembali keberhasilan yang dicapai Waspola 1, penyusunan seluruh struktur Waspola yang dilaksanakan pada masa awal, dan tim yang terlibat pada tahap itu diikutsertakan dalam upaya mencari pemecahan secara bersama, dan mem- bujuk lembaga donor untuk melan- jutkannya. Dengan sangat jelas data statistik mengungkapkan bahwa hanya ada sedikit proyek yang seperti itu, yang berlanjut ke fase kedua dan hanya berjalan sendirian pada fase ke tiga. Karenanya komentar saya disini adalah ”segala sesuatunya harus dikerjakan dengan benar”. Sesungguhnyalah bahwa Waspola 1 telah memberikan suatu dasar yang sangat bagus bagi

WA W A N C A R A

53

Percik

Juni 2009

Waspola 2 untuk melanjutkan, dan di fase awal lembaga donor memiliki keengganan mengembangkan kembali programnya namun setelah melakukan penelaahan secara lebih cermat kemu- dian menjadi sadar bahwa program tersebut merepresentasikan nilai man- faat dari uang. Siapapun yang mengembangkan Waspola Facilitysaat ini sejauh menggunakan struktur yang telah disusun pemerintah pusat untuk melaksanakan pengembangan kapa- sitas di provinsi, dampaknya akan sa- ngat berarti.

Pelajaran penting yang telah dipetik dari fase awal Waspola menurut penda- pat saya adalah pengembangan kapa- sitas (capacity building) yang telah berlangsung dengan kerjasama peme- rintah pusat dengan Waspola. Wajah baru dan rangsangan baru selalu diper- lukan namun ingatan/rekaman menge- nai apa yang telah terjadi dimasa lalu dalam program ini, bagi saya adalah sa- ngat penting untuk menjamin keber- hasilan Waspola Facilitydi masa men- datang. Harapan saya bahwa Waspola

Facility akan dapat memfokuskan pada kesulitan pemerintah daerah dan Waspola Facilitymemberikan dukung- an kepada mereka. Pelajaran yang bisa dipetik, khususnya dari Waspola 2 adalah, tak diragukan lagi, Waspola 2 telah memberikan dasar/landasan bagi Waspola Facility, untuk bekerja dengan tantangan yang lebih berat di negara ini. B a g a i m a n a p e n g a l a m a n Indonesia di bidang AMPL dibandingkan dengan negara- negara di Asia Tenggara dan Pacifik?

Sangat menarik memikirkan me- ngenai apa yang terjadi di negara lain di bidang AMPL dan singkatan yang pertama kali terpikir adalah WATSAN

(Water and Sanitation) yang secara luas dipakai di negara lain sebagai isti- lah di bidang air dan sanitasi. Istilah lain yang banyak juga dipergunakan adalah apa yang saat ini di sebut “pen-

dekatan multisektor/sektor wide approach“untuk urusan air dan sani- tasi. Walaupun masih terdapat pro dan kontra terhadap struktur kelompok kerja AMPL tetapi saya pikir struktur ini telah mengadopsi pendekatan mul- tisektor.

Ada negara yang mempekerjakan konsultan dan ada badan donor yang mengirimkan konsultan untuk menyiap- kan kebijakan. Pendapat saya, yang sa- ngat dipengaruhi oleh pengalaman sewaktu saya bersama WASPOLA, adalah walaupun penyiapan kebijakan memerlukan waktu lama, tetapi menumbuhkan rasa kepemilikan ter- hadap kebijakan diantara pemangku kepentingan dari lingkungan pemerin- tah adalah merupakan tujuan akhir dari proses penyiapan kebijakan tersebut.

Perubahan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah berkenaan de- ngan pengelolaan air dan sanitasi adalah merupakan sesuatu yang besar, dan meskipun kritik ditujukan kepada Pemerintah Indonesia yang menerap- kan strategi tersebut, mereka men- dukung pengembangan struktur kelompok kerja AMPL untuk mem- berikan dukungan pengembangan ka- pasitas dan manajemen. Strategi ini telah di adopsi oleh berbagai negara untuk memindahkan manajemen pe- ngelolaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan, dan ini se- ringkali menimbulkan masalah di pemerintah daerah yang kekurangan sumber daya, dan kapasitas pengelo- laan. Sementara hal itu terjadi di tem- pat lain, di Indonesia pemerintahnya mengenali keterbatasan kewenangan dari pemerintah daerah dan mem- berikan dukungan tambahan pada periode awalnya.

WASPOLA itu unik dan meskipun saya menjelaskan di bagian awal bahwa untuk mengembangkan kebi- jakan memerlukan waktu lama, akan tetapi saya yakin bahwa saat ini keber- adaan kelompok kerja AMPL sudah

sangat mapan, berkelanjutan dan telah melaksanakan fungsi koordinasi de- ngan baik dan dihargai di lingkungan pemerintah. Saya ingat dengan sangat jelas bahwa Waspola selalu merupakan proyek yang direkomendasikan, mana- kala ada suatu misi ke Indonesia untuk mencari data dan informasi mengenai air dan sanitasi, dan ini dengan sendirinya merupakan suatu penghar- gaan yang sangat besar kepada tim pengelola.

Chief Executive Officer Inter na tio - nal Centre of Excellence in Water Resources Management (ICE WaRM)

Adelaide, Australia. Mantan Team

LeaderWaspola 1

RICHARD M.HOPKINS

Apa pendapat Anda mengenai upaya dan komitmen pemerintah Indonesia terhadap masalah air minum dan sanitasi serta penca- paian target MDGs, khususnya mengenai kebijakan di sektor AMPL?

Tantangan di sektor air minum dan sanitasi di Indonesia sangat besar. Pemerintah Indonesia, baik di tingkat nasional maupun provinsi dan kabu- paten, telah berkomitmen sepenuhnya untuk menghadapi tantangan ini, serta berupaya sungguh-sungguh untuk mencapai komitmen MDGs. Memang, kemajuannya tidak seragam dan terkadang berbagai sukses di satu bidang diiringi hambatan baru atau kemajuan yang lambat di bidang lain- nya. Langkah-langkah awal dalam melaksanakan reformasi kebijakan nasional selalu susah dan lambat,

WA W A N C A R A

54

Percik

Juni 2009

WA W A N C A R A

55

Percik

Juni 2009

namun prosesnya memang begitu, dan selaras dengan makin cepatnya tingkat perubahan nantinya, maka akan makin meningkat pula kebutuhan akan adanya dukungan dan komitmen yang kuat dari

stakeholders kunci. Kerjasama yang telah terjadi antara lembaga sektoral di tingkat nasional dengan lembaga donor internasional baik multilateral maupun bilateral, benar-benar sangat menge- sankan.

Semua ini terjadi bersamaan de- ngan terjadinya reformasi besar-besaran di Indonesia, khususnya desentralisasi, sehingga semakin menambah tantangan yang ada. Sebagai contoh, ketika tang- gungjawab di bidang air minum dan sa- nitasi diserahkan kepada pemerintah daerah, jumlah kabupaten telah berubah menjadi dua kali lipat, sehingga mencip- takan kendala baru bagi upaya pe- ningkatkan kapasitas dan meningkatnya jumlah sumberdaya yang di butuhkan untuk melaksanakan reformasi di sektor air minum dan sanitasi guna mencapai komitmen MDGs. Pemerintah Indonesia telah secara terus-menerus melakukan upaya reformasi tersebut selama ini, dan nampaknya akan tetap terus berjalan demikian.

WASPOLA 2 akan segera berakhir dan WASPOLA Facility sebentar lagi akan mulai. Bagaimana penilaian Anda ter- hadap capaian WASPOLA 2, pem- belajaran apa yang bisa diperoleh dari WASPOLA 2 bagi Peme rin - tah Indo nesia dan lembaga donor internasional dan apa gambaran ser ta harapan anda untuk trust fund Waspola Facility menda - tang?

Kinerja akhir WASPOLA 2 beserta seluruh anggota timnya sepantasnya memperoleh penghargaan. Diantara berbagai keberhasilan yang dicapai, salah satu yang luar biasa adalah berhasil mematahkan tipologi "siklus proyek pembangunan" khas pemerintah Indonesia dan melakukan transisi peru- bahan menuju model programatic activi-

ty dengan melakukan kerjasama pen- danaan dari bebagai departemen/lembaga sektoral.

Pembelajaran yang dapat dipetik sampai saat ini adalah:

Aspek proses sangatlah penting, dengan pelibatan seluruh stake- holderdalam setiap tahapan akan dapat memberikan dampak keberlanjutan yang maksimal. Pentingnya komitmen nasional dan

dukungan kepemimpinan yang tangguh dalam mengelola proses. Kebijakan nasional yang men-

dasar ini, termasuk pendekatan yang dilaksanakan telah mampu mendorong pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga meng - im plementasi kebijakan tersebut. Munculnya kebutuhan pening -

katan kapasitas di semua ting - katan, mulai di tingkat rumah tangga, komunitas hingga ke para profesional dan para pengambil keputusan saat ini dan menda - tang mengenai seluruh aspek ke - berlanjutan pembangunan AMPL yang hingga saat ini masih ber- jalan.

Dari pembelajaran WASPOLA, kendala utama yang ditemui oleh lem- baga-lembaga donor internasional adalah upaya yang dilaukan men- dukung model programatic activity

yang dilaksanakan pemerintah Indonesia tersebut bisa efektif dan fleksibel, dan menjadikannya sebagai sebuah langkah dan tindakan normal tanpa menganggap sebagai suatu proyek. Harapan saya untuk masa depan dan harapan khusus untuk WASPOLA Facilityadalah dapat meng- atasi tantangan seperti yang disebutkan ini agar dukungan yang masih ada keku- rangannya tidak terjadi lagi dan menja- di semangat yang terus dapat terjadi.

Dapatkah Anda memberikan perbandingan pengalaman Indo - nesia dalam sektor AMPL dengan negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik?

M e m p e r b a n d i n g k a n b e r b a g a i macam peristiwa dalam waktu yang tidak sama bukanlah suatu hal mudah. Sepuluh tahun yang lalu perubahan besar terjadi di Indonesia dengan mengesankan, dan banyak tindakan luar biasa yang dilakukan sejak saat itu. Reformasi di bidang AMPL merupakan salah satunya, yang tidak hanya menyangkut isi atau substansinya, namun juga dalam pendekatan pengem- bangan kebijakan dan pelaksanaannya. Banyak negara-negara di wilayah Asia T e n g g a r a d a n P a s i f i k b e r h a s i l meloloskan kebijakan di bidang AMPL dan lingkungan hidup menjadi undang- undang, namun menghadapi tantangan pada tataran implementasi di lapangan. Sebaliknya di Indonesia, kebijakan nasional AMPL yang baru masih belum berhasil ditetapkan menjadi undang- undang, namun melalui konsensus bersama, kebijakan tersebut dapat diim- plementasikan secara luas di daerah- daerah.

Kerjasama yang efektif di antara lembaga-lembaga/departemen sek- toral kunci di tingkat nasional adalah pengalaman luar biasa lain di Indonesia. Yang saya ketahui, belum ada negara lain yang menteri-menteri dan departemen-departemennya sepa- kat melakukan sharing budget untuk mendanai kegiatan bersama seperti di Indonesia. Semoga kerjasama yang produktif ini dapat diteruskan sela- manya.

Di negara mana pun selalu sulit untuk mempertahan keberlanjutan suatu aktivitas yang berprioritas tinggi lebih dari beberapa tahun, yang biasanya ini disebabkan oleh siklus poli- tik atau siklus pendanaan. In donesia telah berhasil mempertahan kan bidang AMPL pada tataran yang cukup tinggi selama 10 tahun terakhir dengan capai- an yang mengesankan. Ini adalah saat yang baik untuk bersama-sama me- renungkan hasil yang telah dicapai, namun sejenak saja, karena komitmen dan upaya-upaya yang dibutuhkan akan berlipat-lipat kedepannya. WH/BW/GA

I

ndonesia sedang mengalami tran- sisi pemerintahan dari peren- canaan yang diatur oleh pusat menuju ke desentralisasi dimana tang- gung jawab administrasi pemerintahan terletak di tingkat Kabupaten dan Kota. Kunci kesuksesan dari program desentralisasi ini terletak pada terse - dia nya data sosial dan ekonomi yang akurat dan tepat waktu bagi 500 kabu- paten dan kota. Hal ini penting tidak hanya untuk keperluan pembangunan ekonomi, tetapi juga untuk keperluan politik dan kerukunan sosial dan terutama sekali untuk kepentingan pengentasan kemiskinan dan pening - katan layanan pembangunan di sek- tor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). Dalam meren- canakan program-program yang terkait dengan masalah di atas, peme - rintah di tingkat lokal harus mempu - nyai akses terhadap data empiris yang diperlukan.

Pembangunan AMPL mempunyai permasalahan pada keberlanjutan fungsi sarana. Banyak sarana yang rusak atau tidak difungsikan karena alasan budaya/perilaku, sehingga menyebabkan tingkat cakupan pelayanan lambat pertumbuhan pen- capaiannya. Sarana yang dibangun pada suatu masa sudah rusak atau tidak berfungsi sebelum umur teknis- nya karena tidak adanya pemeliharaan. Sayangnya, catatan tentang data cakup an ini tidak dikelola dengan baik, sehingga tidak pernah benar-benar diketahui posisi cakupan pelayanan sarana AMPL pada kurun waktu ter- tentu secara tepat.

Upaya pendataan sektor AMPL telah dilakukan baik di tingkat pusat maupun daerah. Pada tingkat pusat dikenal adanya SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang

dilakukan setiap tahun oleh BPS (Badan Pusat Statistik), juga dilakukan kegiatan pendataan yang dilakukan oleh instansi teknis sektoral, seperti Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan. Pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi, pen- dataan juga dilakukan melalui instansi teknis seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Data yang ditampilkan BPS cukup memberikan gambaran kondisi nasional, dan karena itu dapat digu- nakan sebagai perencaaan pada tingkat nasional. Dengan mengetahui secara rata-rata cakupan pelayanan AMPL untuk tiap kabupaten/kota dan provin- si yang dinaikkan menjadi cakupan nasional, pemerintah pusat dapat menggunakannya sebagai bahan perencanaan sektor AMPL secara nasio nal, ataupun menyusun prioritas provinsi dan kabupaten.

Dengan data tersebut, apakah kabupaten/kota yang memiliki tang- gung jawab pembangunan sektor AMPL di daerahnya dapat menggu- nakan data tersebut sebagai dasar perencanaan? Mengingat data yang ditampilkan hanya besaran angka cakupan tingkat kabupaten/kota, tentu saja data tersebut tidak bermanfaat bagi perencanaan di tingkat kabupa - ten/kota, karena diperlukan data pada tingkat yang lebih rendah, seperti keca- matan dan desa.

Pertanyaannya adalah, selama ini data yang mana yang diacu oleh daerah dalam perencanaannya? Beberapa kajian yang dilakukan melalui berbagai kegiatan di daerah dampingan WASPOLA misalnya, menurut hasil Lokakarya Review Renstra AMPL

Provinsi Sumatera Barat, data hasil Susenas 1993-2006 cakupan Air Minum Sumatera Barat pada tahun 2006 adalah 58,63% sedangkan menu- rut RPJMD Sumatera Barat tahun 2006-2010 target yang ingin dicapai adalah 49%. Terlihat bahwa apa yang direncanakan dengan apa yang terjadi berbeda. Oleh karena itu, harus ada upaya bersama stakeholder AMPL untuk membenahi pengelolaan Data AMPL agar dapat dimanfaatkan seba- gaimana mestinya dalam proses peren- canaan pembangunan.

Isu yang biasanya muncul dalam pendataan AMPL di daerah adalah ren- dahnya kesadaran daerah akan pen - tingnya pengelolaan data yang akurat, adanya sistem pengelolalan data di daerah yang kurang terintegrasi, belum adanya basis data yang disepa- kati dan rendahnya kapasitas daerah dalam pengelolaan data. Berbagai aki- bat dari isu pengelolaan data AMPL di atas menyebabkan sulitnya menen- tukan prioritas sasaran pembangunan dan target pencapaian layanan, ren- dahnya pengalokasian investasi pem- bangunan di sektor AMPL, terjadinya inefisiensi pembangunan sarana dan prasarana serta sulitnya mengukur kinerja pembangunan secara keselu- ruhan.

Melihat besaran permasalahan data AMPL ini, proyek WASPOLA bersama Kelompok Kerja AMPL Nasional menawarkan suatu konsep praktis yang dapat digunakan sebagai acuan oleh daerah dalam mengelola data AMPL. Konsep yang ditawar - kan pa da dasarnya mencakup (1) Pe - nyamaan persepsi tentang pen tingnya data AMPL dalam pemba ngun an AMPL daerah, baik perenca na an maupun pemantauan, (2) Mulai de- ngan variabel data yang prioritas sesuai

Dokumen terkait