• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Hipotesis

D. Hipotesis

1. Pengaruh Relevansi Nilai Laba (EPS) dengan Harga Saham

Nilai laba adalah memiliki nilai relevansi karena mempunyai suatu hubungan statistik dengan harga saham yang menggambarkan nilai perusahaan. Dengan selisih, relevansi nilai menunjukkan seberapa baik informasi dapat mempresentasikan informasi akan digunakan oleh pengguna untuk melakakukan penilaian terhadap suatu perusahaan.

Nilai Laba (𝑋1) Nilai Buku (𝑋2)

Relevansi Nilai Akuntansi (Harga Saham)

(Y)

Perusahaan Manufaktur Sub Makanan dan Minuman

Periode 2018-2020

Banyak penelitian sudah melakukan pengujian untuk menguji pengaruh nilai laba terhadap harga saham. Penelitian yang oleh (Ball dan Brown,1986) yang menguji tentang substansi informasi earnings (laba).Hasil penelitian mengatakan bahwa laba akuntansi dan beberapa bagian yang menangkap informasi yang terdapat dalam harga saham.

Mereka mendapatkan bahwa perusahaan dengan meningkat atau menurun juga berhubungan dengan kenaikan atas penurunan harga selama periode pengamatan,atau dengan kata lain laba memiliki pengaruh yang positif dengan harga saham.Jika nilai laba memiliki pengaruh positif terhadap harga saham,maka akan diartikan bahwa semakin tinggi nilai laba akan menimbulkan reaksi positif dari pasar saham.

Informasi dalam kebijakan manajemen, rencana manajemen, pengembangan produk,dan strategi yang disembunyikan.Dan sebagaiannya yang tidak disajikan secara publik akan terefleksi dalam angka laba per saham yang di publikasikan dengan laporan keuangan.

Oleh karena itu laba dapat dikatakan sebagai sarana untuk menyampaikan sinyal-sinyal dari manajemen dan tidak disampaikan secara publik. Sehingga laba memiliki substansi informasi yang penting bagi pasar modal. Sedangkan untuk investor makan berusaha untuk mencari informasi yang disampaikan untuk memprediksi laba maka informasi laba sangat diperlukan bagi analis untuk memperoleh informasi pribadi untuk mengkonfirmasikan laba yang diinginkan investor.

20

Semakin besar nilai laba mengindikasikan tingkat pengelolaan manajemen atas sember daya perusahaan di nilai semakin efisien, sehingga apabila jumlah laba yang dipublikasikan meningkat atau melebihi ekspetasi yang diharapkan investor. Makan investor cenderung merevisi dan keyakinan melalui aksi pembelian saham atau penahanan saham. Yang akan meningkatkan permintaan terhadap saham dan berujung pada kenaikan harga saham. Menurut Jafer dan Lebbe (2017), menyatakan bahwa laba memiliki relevansi nilai terhadap harga saham , dan penelitian terdahulu Aisjah Djazul ( 2016), menyatakan bahwa laba akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Semakin tinggi nilai laba maka semakin tinggi harga saham.

π‘―πŸ: Relevansi Nilai Laba berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham

2. Pengaruh Relevansi Nilai Buku (BVPS) dengan Harga Saham Nilai buku ekuitas menampilkan aset bersih sebuah perusahaan yang dipunyai oleh pemegang saham dengan mempunyai satu lembar saham, aset bersih perusahaan merupakan sama dengan total ekuitas saham serta pastinya informasi mengenai nilai buku hendak berguna untuk investor. selaku pertimbangan buat melaksanakan transaksi saham apabila nilai buku bertambah,sebagai sinyal kalau harga saham akan hadapi peningkatan ataupun kebalikannya.

Nilai buku ekuitas merupakan informasi yang dianggap relevan dalam menentukan harga saham. Peneliti menduga bahwa nilai buku memiliki nilai relevan terhadap harga saham karena nilai buku merupakan pengganti (proksi) untuk pendapatan normal masa depan

yang diharapkan. Peran book value tidak dapat diabaikan karena nilai buku ekuitas merupakan faktor yang relevan dalam menjelaskan nilai ekuitas. Variabel nilai buku dapat menghilangkan bias yang terjadi pada model kapitalisasi laba sederhana yang berasumsi bahwa hubungan laba dan harga adalah positif dan homogen.

Informasi nilai buku ekuitas yang berasal dari laporan posisi keuangan akan membantu investor dalam menilai perusahaan karena dapat memberikan informasi tentang sumber daya yang telah dimiliki oleh suatu perusahaan. Investor lebih menyukai nilai buku ekuitas yang tinggi yang menandakan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang bagus serta memiliki kekayaan investor untuk setiap lembarnya tinggi.

Apabila suatu perusahaan memiliki nilai buku ekuitas yang baik, maka hal tersebut akan membuat investor tertarik untuk berinvestasi atau membeli saham lebih banyak pada perusahaan tersebut yang dapat meningkatkan pemintaan akan saham dan kenaikan harga saham.

Menurut Aisjah Djazul ( 2016), menyatakan bahwa nilai buku ekuitas berpengaruh negative dan segnifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa nilai buku ekuitas memiliki relevansi nilai terhadap harga saham.

π‘―πŸ: Relevansi Nilai Buku berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penilitian yang bersifat kuantitatif. Penilitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penilitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014).

Pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini yaitu pendekatan eksplanatori. Pendekatan eksplanatori bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh anatara variabel X dan Y.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan lokasi tertentu yang digunakan untuk objek dan subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka lokasi penelitian akan dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia. Data yang diperoleh di unduh di situs resmi BEI (www.idx.co.id).

Waktu pelaksanaan dilakukan selama 2 (dua) bulan, yakni bulan September sampai bulan Oktober pada tahun 2021.

C. Operasional Variabel Penelitian

Dalam rangka pengujian hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, pada penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, diantaranya sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2012).

Variabel dependen sering juga disebut variabel kriteria, respon,output (hasil).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Relevansi nilai informasi akuntansi (Harga saham). Harga saham merupakan salah satu bentuk efek atau surat berharga yang di perdagangkan di pasar modal (bursa). Harga saham yang dimaksud dalam penelitian Ini adalah harga saham penutupan akhir (closing price) tiap perusahaan yang di peroleh dari harga saham penutupan akhir tahun per 31 Desember dengan periode 2018-2020 pada perusahaan manufaktur seb sektor makanan dan minuman di BEI.

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,2014). Variabel independen sering disebut juga variabel prediktor,atau variabel yang mempengaruhi. Adapun variabel independen dalam penelitian ini yaitu:

a. Nilai Laba

Laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan yang bersih untuk setiap lembar saham. Yang sudah mampu diraih oleh suatu perusahaan saat menjalankan operasinya. Laba akuntasi merupakan laba tahunan yang dibagi deng jumlah saham umum yang beredar.

24

Variabel ini yang diukur dengan menggunakan rasio laba per lembar saham yaitu:

𝐸𝑃𝑆= πΏπ‘Žπ‘π‘Ž π΅π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘Œπ‘Žπ‘›π‘” π΅π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿ b. Nilai Buku

Nilai buku merupakan nilai buku aset yang dikurangkan dengan nilai buku kewajiban pada awal tahun dan dibagi dengan jumlah saham umum yang beredar. Nilai yang diperoleh dengan pengambilan total ekuitas sebagi nilai buku, bukan modal yang disetor. Variabel ini yang diukur dengan menggunakan rasio nilai buku ekuitas yang digunakan yaitu:

𝐡𝑉𝑃𝑆= π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘ 

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š π‘Œπ‘Žπ‘›π‘” π΅π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘Žπ‘Ÿ

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Memurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Populasi yang dimaksud dan akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2008). Subjek penelitian merupakan sebagian

populasi yang mengambil sampel penelitiannya menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (Sugiyono). Sampel dalam penelitian ini untuk mewakili populasi secara keseluruhan berjumlah 25 perusahaan sampel yang dijadikan responden dalam penelitian. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2018-2020

b. Perusahaan yang tidak menerbitkan atau mempublikasikan laporan keuangan di BEI tahun 2018-2020

26

Table 3.1 Kriteria Perusahaan

No Kriteria Tahun

2018-2020 1 Perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020

30

2 Perusahaan yang tidak menerbitkan atau mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020

(5)

Jumlah Sampel yang digunakan dalam penelitian 25

Jumlah Observasi (25 X 3 tahun) 75

Tabel 3.2 Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan Kode

Perusahaan

1 Akasha Wira International Tbk ADES

2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA

3 Tri Banyan Tirta Tbk ALTO

4 Bumi Teknokultura Unggul Tbk BTEK

5 Budi Starch & Sweetener Tbk BUDI

6 Campina Ice Cream Industry Tbk CAMP

7 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk CEKA

8 Sariguna Primatirta Tbk CLEO

9 Delta Djakarta Tbk DLTA

10 Sentra Food Indonesia Tbk FOOD

11 Garudafood Putra Putri Jaya Tbk GOOD

12 Buyung Poetra Sembada Tbk HOKI

13 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP

14 Inti Agri Resources Tbk IIKP

15 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

16 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI

17 Mayora Indah Tbk MYOR

18 Pratama Abadi Nusa Industri Tbk PANI

19 Prima Cakrawala Abadi Tbk PCAR

20 Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI

21 Sekar Bumi Tbk SKBM

22 Sekar Laut Tbk SKLT

23 Siantar Top Tbk STTP

24 Tunas Baru Lampung Tbk TBLA

25 Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk

ULTJ Sumber : www.idx.co.id

Berdasarkan kriteria sampel yang ditentukan di atas, maka didapatkan sampel sebanyak 25 perusahaan yang diperoleh dari hasil pengamatan. Jumlah periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini selama 3 tahun, sehinggah jumlah data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 75 data penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi yang dilakukan dengan cara mencari data langsung dari catatan-catatan atau laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020 dan dapat diakses melalui situs resmi www.idx.co.id. Adapun data yang dimaksud adalah:

1. Data laporan keuangan laba rugi 2. Data laporan nilai buku ekuitas 3. Data harga saham

F. Teknik Analisis

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif eksplanatori. Teknik analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif.

Teknik analisis ini menggunakan teknik analisis regresi berganda, uji asumsi dan uji hipotesis.

1. Analisis Statistik Deskriptif dengan SPSS

Softwere SPSS adalah program canggih yang salah satu fiturnya mampu membantu untuk melakukan statistik deskriptif terhadap data penelitian. Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau

28

deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. ( Imam Ghozali, 2016).

2. Uji Asumsi Klasik

Pendugaan nilai koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square ( OLS ) bertujuan untuk mencapai kondisi yang baik. Untuk pada kondisi tersebut, maka persamaan regresi harus memenuhi asumsi klasik. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu data di uji apakah terdapat kondisi normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dam heteroskedastisitas.

a. Uji Nomalitas

Uji normalitas ialah pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui atau menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut sudah berdistribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mendeteksi apakah sebaran data tersebut sudah berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.

Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed significant. Jika data memiliki hasil perhitungan dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 (Ξ± > 5%), maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal (Ghozali, 2011).

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen (Santoso dalam Komala, 2012). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinearitas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Faktor), yaitu:

1) Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut.

2) Jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali, 2011).

Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi, salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ditentukan sebagai berikut:

1) Deteksi Autokorelasi Positif :

a) Jika d < dL maka terdapat autokorelasi positif.

b) Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif.

c) Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.

2) Deteksi Autokorelasi Negatif :

a) Jika (4 – d) < dL maka terdapat autokorelasi negative.

30

b) Jika (4 – d) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negative.

c) Jika dL < (4 – d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.

d. Uji Heteroskedastisita

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain berbeda disebut heteroskedastisitas, sedangkan model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID (Gozhali, 2009 : 125). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikan hitung lebih besar dari alpha = 5%

maka tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tetapi sebaliknya jika nilai signifikan hitung kurang dari alpha = 5% maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terjadi heteroskedastisitas.

Hipotesis dalam pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

1) Ho : tidak ada heteroskedastisitas

2) Ha : ada heteroskedastisitas

Dasar pengambilan keputusan jika signifikansi < 0,05 maka Ha ditolak (ada heteroskedastisitas). Jika signifikansi > 0.05 maka Ho diterima (tidak ada heteroskedastisitas).

3. Analisis Regresi Berganda

π‘Œ = a + Ξ²1𝑋1 + Ξ²2𝑋2 + e Keterangan :

Y = Harga Saham a = Konstanta 𝛽1 dan 𝛽2 = Koefisien regresi 𝑋1 = Nilai Laba Akuntansi 𝑋2 = Nilai Buku Ekuitas 𝑒 = Error

4. Uji Hipotesis a. Uji t

Uji t atau sering disebut dengan uji parsial merupakan uji yang dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terkaitnya. Uji t digunakan untuk menghitung masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial. Pada uji t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel dengan cara sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikan < 0,05 atau t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

32

2) Jika nilai signifikan > 0,05 atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap Variabel Y.

Taraf signifikansinya > 0,05 Ha ditolak dan jika taraf signifikansinya

<0,05 Ha diterima.

b. Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Koefisien determinasi (R2) merupakan pengujian untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilainya berkisar antara 0-1, biasanya pada time series mempunyai nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi. Adapun kelemahannya adalah adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Oleh karena itu, banyak peneliti yang mengajukan untuk menggunakan nilai adjusted . Bila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan jika R2 mendekati 1 berarti variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variabel dependen.

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Di Bei 1. Sejarah Bursa Efek Indosnesia (BEI)

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek yang telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Berikut perkembangan pasar modal di Indonesia.

2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia a. Visi

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

34

b. Misi

Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan kredibel untuk mewujudkan pasar yang tertib, adil, dan efesien melalui produk dan layanan inovatif yang dapat diakses oleh semua pihak yang terlibat.

3. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Struktur organisasi merupakan elemen penting dalam menjalankan aktivitas perusahaan yang menggambarkan hubungan tugas, wewenang dan tanggung jawab bagi setiap sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka seleuruh aktivitas perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik. Struktur organisasi pada Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran sacara statistik atas variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu nilai laba dan nilai buku sedangkan veriabel dependen yaitu harga saham. Informasi yang terdapat dalam statistic descriptive berupa nilai rata-rata (mean), nilai minimum, maksimum dan standar deviasi ( Standard Deviation ). Berikut adalah hasil uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS.

Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LN_X1 69 11.50 11.51 11.5089 .00125

LN_X2 69 13.71 13.71 13.7111 .00068

LN_Y 69 17.73 23.13 20.3843 1.42936

Valid N (listwise) 69

Nilai laba dalam penelitian ini diproksikan dengan ( EPS ).

Berdasarkan hasil statistic deskriptif yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dengan jumlah data ( N ) sebanyak 69 dengan periode tiga tahun ( 2018-2020 ) menunjukkan nilai rata-rata ( mean ) sebesar 11, 5089 dengan standar deviasi sebesar 0,00125. Nilai terendah ( minimum ) dari nilai laba 11,50, sedangkan nilai tertinggi ( maximum ) dari nilai laba adalah 11,51.

Nilai buku dalam penelitian ini diproksikan dengan ( BVPS ).

Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dengan jumlah data ( N ) sebanyak 69 dengan periode tiga tahun (2018-2020) menunjukkan nilai rata-rata (mean) 13,7111 dengan standar deviasi

36

sebesar 0.00068. Nilai terendah (minimum) dari nilai buku 13,71 sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari perputaran nilai buku adalah 13,71.

Harga saham dalam penelitian ini merupakan hasil statistik deskriptif yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dengan jumlah data (N) sebanyak 69 dengan periode tiga tahun (2018-2020) menunjukkan nilai rata-rata (mean) 20.3843 dengan standar deviasi sebesar 1.42936. Nilai rendah (minimum) bahwa nilai minimum 17,73 sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari harga saham yaitu 23.13.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi mempunyi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitasnya menggunakan SPPS. Hasil uji normalitas untuk semua variabel dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji Normalitas Klmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.15773308

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .077

Negative -.048

Test Statistic .077

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan ( Sig .200) yang berarti > 0,05 signifikansi sehingga untuk semua variabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai Laba (X1), Nilai Buku (X2) dan Nilai informasi Akuntansi (Harga Saham) (Y) dinyatan bahwa informasi dari masing-masing variabel penelitian berdistribusi normal secara statistik dan layak digunakan sebagai informasi penelitian.

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah terbebas dari multikolonieritas. Metode yang digunakan untuk medeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai danya bebas. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation faktor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF

< 10, maka tidak terjadi multikolonieritas begitu sebaliknya.

Tabel 4.3 Uji Multikolonieritas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF

1 LN_X1 .341 2.936

LN_X2 .341 2.936

a. Dependent Variable: LN_Y

Berdasarkan tabel 4.4 di peroleh hasil perhitungan tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10 dan juga tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Kondisi ini

38

menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari masalah multikolineritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antara kesalah pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-watson. Berikut ini hasil uji autokorelasi.

a. Predictors: (Constant), LN_X2, LN_X1 b. Dependent Variable: LN_Y

Dari pengujian SPSS diatas diketahui nilai Durbin Watson sebesar .949 sedangkan nilai Durbin-Watson berdasarkan n= 69, K=2, diperoleh nilai dL = 1.5507 dan dU = 1.6697. Sehingga nilai 4-dU adalah 4 – 1.6697 = 2.3303. Jadi disimpulkan model regresi menunjukkan tidak ada autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji

Dokumen terkait