BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif eksplanatori. Teknik analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif.
Teknik analisis ini menggunakan teknik analisis regresi berganda, uji asumsi dan uji hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif dengan SPSS
Softwere SPSS adalah program canggih yang salah satu fiturnya mampu membantu untuk melakukan statistik deskriptif terhadap data penelitian. Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau
28
deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. ( Imam Ghozali, 2016).
2. Uji Asumsi Klasik
Pendugaan nilai koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square ( OLS ) bertujuan untuk mencapai kondisi yang baik. Untuk pada kondisi tersebut, maka persamaan regresi harus memenuhi asumsi klasik. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu data di uji apakah terdapat kondisi normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dam heteroskedastisitas.
a. Uji Nomalitas
Uji normalitas ialah pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui atau menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut sudah berdistribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mendeteksi apakah sebaran data tersebut sudah berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed significant. Jika data memiliki hasil perhitungan dengan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 (α > 5%), maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal (Ghozali, 2011).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen (Santoso dalam Komala, 2012). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Faktor), yaitu:
1) Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut.
2) Jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali, 2011).
Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi, salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi ditentukan sebagai berikut:
1) Deteksi Autokorelasi Positif :
a) Jika d < dL maka terdapat autokorelasi positif.
b) Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif.
c) Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.
2) Deteksi Autokorelasi Negatif :
a) Jika (4 – d) < dL maka terdapat autokorelasi negative.
30
b) Jika (4 – d) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negative.
c) Jika dL < (4 – d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.
d. Uji Heteroskedastisita
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain berbeda disebut heteroskedastisitas, sedangkan model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID (Gozhali, 2009 : 125). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, dengan meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikan hitung lebih besar dari alpha = 5%
maka tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tetapi sebaliknya jika nilai signifikan hitung kurang dari alpha = 5% maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terjadi heteroskedastisitas.
Hipotesis dalam pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
1) Ho : tidak ada heteroskedastisitas
2) Ha : ada heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan jika signifikansi < 0,05 maka Ha ditolak (ada heteroskedastisitas). Jika signifikansi > 0.05 maka Ho diterima (tidak ada heteroskedastisitas).
3. Analisis Regresi Berganda
𝑌 = a + β1𝑋1 + β2𝑋2 + e Keterangan :
Y = Harga Saham a = Konstanta 𝛽1 dan 𝛽2 = Koefisien regresi 𝑋1 = Nilai Laba Akuntansi 𝑋2 = Nilai Buku Ekuitas 𝑒 = Error
4. Uji Hipotesis a. Uji t
Uji t atau sering disebut dengan uji parsial merupakan uji yang dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terkaitnya. Uji t digunakan untuk menghitung masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial. Pada uji t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel dengan cara sebagai berikut :
1) Jika nilai signifikan < 0,05 atau t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
32
2) Jika nilai signifikan > 0,05 atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap Variabel Y.
Taraf signifikansinya > 0,05 Ha ditolak dan jika taraf signifikansinya
<0,05 Ha diterima.
b. Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi (R2) merupakan pengujian untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilainya berkisar antara 0-1, biasanya pada time series mempunyai nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi. Adapun kelemahannya adalah adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Oleh karena itu, banyak peneliti yang mengajukan untuk menggunakan nilai adjusted . Bila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan jika R2 mendekati 1 berarti variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variabel dependen.
33 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Di Bei 1. Sejarah Bursa Efek Indosnesia (BEI)
Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek yang telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Berikut perkembangan pasar modal di Indonesia.
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia a. Visi
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
34
b. Misi
Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan kredibel untuk mewujudkan pasar yang tertib, adil, dan efesien melalui produk dan layanan inovatif yang dapat diakses oleh semua pihak yang terlibat.
3. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Struktur organisasi merupakan elemen penting dalam menjalankan aktivitas perusahaan yang menggambarkan hubungan tugas, wewenang dan tanggung jawab bagi setiap sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka seleuruh aktivitas perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik. Struktur organisasi pada Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran sacara statistik atas variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu nilai laba dan nilai buku sedangkan veriabel dependen yaitu harga saham. Informasi yang terdapat dalam statistic descriptive berupa nilai rata-rata (mean), nilai minimum, maksimum dan standar deviasi ( Standard Deviation ). Berikut adalah hasil uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS.
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LN_X1 69 11.50 11.51 11.5089 .00125
LN_X2 69 13.71 13.71 13.7111 .00068
LN_Y 69 17.73 23.13 20.3843 1.42936
Valid N (listwise) 69
Nilai laba dalam penelitian ini diproksikan dengan ( EPS ).
Berdasarkan hasil statistic deskriptif yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dengan jumlah data ( N ) sebanyak 69 dengan periode tiga tahun ( 2018-2020 ) menunjukkan nilai rata-rata ( mean ) sebesar 11, 5089 dengan standar deviasi sebesar 0,00125. Nilai terendah ( minimum ) dari nilai laba 11,50, sedangkan nilai tertinggi ( maximum ) dari nilai laba adalah 11,51.
Nilai buku dalam penelitian ini diproksikan dengan ( BVPS ).
Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dengan jumlah data ( N ) sebanyak 69 dengan periode tiga tahun (2018-2020) menunjukkan nilai rata-rata (mean) 13,7111 dengan standar deviasi
36
sebesar 0.00068. Nilai terendah (minimum) dari nilai buku 13,71 sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari perputaran nilai buku adalah 13,71.
Harga saham dalam penelitian ini merupakan hasil statistik deskriptif yang ditunjukkan pada tabel 4.1 dengan jumlah data (N) sebanyak 69 dengan periode tiga tahun (2018-2020) menunjukkan nilai rata-rata (mean) 20.3843 dengan standar deviasi sebesar 1.42936. Nilai rendah (minimum) bahwa nilai minimum 17,73 sedangkan nilai tertinggi (maximum) dari harga saham yaitu 23.13.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi mempunyi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitasnya menggunakan SPPS. Hasil uji normalitas untuk semua variabel dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Normalitas Klmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 69
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.15773308
Most Extreme Differences Absolute .077
Positive .077
Negative -.048
Test Statistic .077
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan ( Sig .200) yang berarti > 0,05 signifikansi sehingga untuk semua variabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai Laba (X1), Nilai Buku (X2) dan Nilai informasi Akuntansi (Harga Saham) (Y) dinyatan bahwa informasi dari masing-masing variabel penelitian berdistribusi normal secara statistik dan layak digunakan sebagai informasi penelitian.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah terbebas dari multikolonieritas. Metode yang digunakan untuk medeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai danya bebas. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation faktor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF
< 10, maka tidak terjadi multikolonieritas begitu sebaliknya.
Tabel 4.3 Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
1 LN_X1 .341 2.936
LN_X2 .341 2.936
a. Dependent Variable: LN_Y
Berdasarkan tabel 4.4 di peroleh hasil perhitungan tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10 dan juga tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Kondisi ini
38
menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari masalah multikolineritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antara kesalah pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-watson. Berikut ini hasil uji autokorelasi.
a. Predictors: (Constant), LN_X2, LN_X1 b. Dependent Variable: LN_Y
Dari pengujian SPSS diatas diketahui nilai Durbin Watson sebesar .949 sedangkan nilai Durbin-Watson berdasarkan n= 69, K=2, diperoleh nilai dL = 1.5507 dan dU = 1.6697. Sehingga nilai 4-dU adalah 4 – 1.6697 = 2.3303. Jadi disimpulkan model regresi menunjukkan tidak ada autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji
grafik dan uji glejser. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas.
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot
Menurut tabel diatas hasil grafik scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbuh Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan linear antara dua variabel atau lebih. Dimana satu sebagai variabel dependen dan variabel lainnya sebagai indepeden. Berikut hasil analisis regresi berganda.
40
Tabel 4.5 Analisis Regresi Berganda Coefficientsa
Berdasarkan tabel diatas, analisis regresi berganda dihasilkan persamaan yaitu: Y = 14841.413 - 198.395 - 914.423. Adapun hasil dari persamaan regresi berganda tersebut adalah:
a. Nilai konstan (constant) yaitu sebesar 14841.413 menyatakan bahwa apabila variabel nilai EPS dan nilai BVPS constantmaka besarnya nilai relevansi akuntansi (hargasaham) yaitu sebesar14841.413
b. nilai koefisien regresi yaitu variabel EPS (X1) sebesar -198.395 pada variabel nilai EPS terdapat hubungan negatif terhadap relevansi nilai akuntansi (harga saham). Hal ini menunjukkan variabel EPS mengalami penurunan sebesar 1% sementara dengan asumsi bahwa variabel lain konstan, maka menyebabkan penurunan harga saham (Y) sebesar 198.395.
c. nilai koefisien regresi variabel BVPS (𝑋2) yaitu sebesar -914.423 pada variabel BVPS terdapat hubungan negatif dengan relevansi nilai akuntansi (harga saham). Hal ini menunjukkan variabel BVPS mengalami penurunan 1% dengan asumsi bahwanya nilai vaiabel lain konsta, maka menyebabkan penurunan harga saham (Y) sebesar 914.423
.
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinan (R²)
Koefisien determinasi (R²) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerengkan variasi variabel dependen.
Nilai R² yang lebih kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam penjelasan variasi dependen sangat terbatas (Ghozali,2011).
a. Predictors: (Constant), LN_X2, LN_X1 b. Dependent Variable: LN_Y
Hasil analisis regresi berganda tersebut dapat terlihat dari Adjusted R Square sebesar 0.324 yang menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh kedua variabel yaitu EPS dan BVPS pengaruh sebesar 32.4%, sisanya yaitu 67.6% (100% - 32.4%) harga saham dipengaruhi variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
b. Uji Parameter Individual (Uji T)
Uji parameter individual atau yang sering diketahui dengan uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari masing-maisng variabel bebas EPS dan BVPS terhadap variabel terikat yaitu Harga Saham. Maka diadakan uji t, dengan tingkat probability =0,05 dan nilai t tabel = 1,66792, hasil uji signifikan parameter individual atau uji t dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut:
42
Tabel 4.7 Uji Parameter Individual (Uji t)
Coefficientsa
1) Hasil uji t Relevansi Nilai Laba (EPS) terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel diatas, nilai signifikan (Sig) variabel EPS (𝑋1) lebih besar dari probability atau 0,315 > 0,05 sedangkan nilai t hitung < t tabel atau -1,012 < 1,66792. Hal ini menunjukkan bahwa EPS berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap harga saham. Sehingga menandakan bahwa tidak ada pengaruh variabel bebas EPS terhadap variabel terikat Harga saham atau hipotesis ditolak.
2) Hasil uji t Relevansi Nilai Buku (BVPS) terhadap Harga Saham Berdasarkan tabel diatas, nilai signifikan (Sig) variabel nilai buku (BVPS) lebih kecil dari probability atau 0,013 < 0,05 sedangkan nilai t hitung > t tabel atau -2,560 < 1,66792. Hal ini menunjukkan bahwa BVPS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Sehingga menandakan bahwa ada pengaruh variabel bebas BVPS terhadap variabel terikat Harga saham atau hipotesis diterima.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Relevansi Nilai Laba dan Nilai Buku Terhadap Nilai Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Investor Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2018-2020. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh sebagai berikut:
1. Pengaruh Nilai Laba Terhadap Nilai Informasi Akuntansi (Harga Saham) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2018-2020.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan bahwa variabel X1 nilai laba (EPS) diketahui nilai koefisien regresi nilai laba (EPS) sebesar -198,395. Hal ini menunjukkan bahwa jika EPS mengalami penurunan sebesar 1%, maka dari itu menyebabkan penurunan harga saham sebesar 198,395 dengan asumsi bahwa nilai variabel lain konstan.
Dilihat dari nilai t hitung < t tabel atau -1,012 < 1,66792 dengan nilai signifikan 0,315 > 0,05. Hal tersebut sudah terbukti bahwa EPS berpengaruh negative namun tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham atau hipotesis 1(𝐻1) ditolak.
Meski Nilai Laba (EPS) merupakan cerminan pada laporan keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan mampu mengolah ekuitas serta asetnya untuk mendapatkan profit atau laba bersih setiap tahunnya. Sehingga para investor dapat memutuskan untuk dapat berinvestasi saham pada perusahaan tersebut, semakin tinggi nilai laba (EPS) maka investor menganggap prospek perusahaan sangat baik untuk
44
kedepannya sehingga mempengaruhi terhadap harga saham. Namun berdasarkan hasil analisis yang diperoleh yang menunjukkan hipotesis 1 tidak diterima hal tersebut disebabkan adanya pengaruh perekonomian yang tidak stabil pada saat periode pengamatan yang menyebabkan nilai laba rendah sehingga mempengaruhi harga saham, dimana nilai harga saham yang diperoleh dari sebagian sampel peneliti memiliki angka negatif jauh diatas nilai sebelumnya. Sesuai dengan signaling theory yang menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan mendorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga perusahaanya meningkat. Namun nilai laba yang dinyatakan memiliki cerminan laporan keuangan dalam pengambilan keputusaan investor nyatanya menurunkan minat investor dalam berinvestasi karna adanya penurunan nilai laba yang cukup signifikan pada sebagian periode pengamatan penelitian ini.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harry Permadenta (2016) dan Randy Akmal Wirawan (2018) sama-sama menunjukkan bahwa nilai laba tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Pengaruh Nilai Buku Terhadap Nilai Informasi Akuntansi (Harga Saham) Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2018-2020.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien regresi nilai buku (BVPS) sebesar -914,423. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai buku (BVPS) mengalami penurunan sebes
ar 1%, maka dari itu menyebabkan penurunan harga saham 914,423 dengan asumsi bahwa nilai variabel lain konstan. Dilihat dari nilai t hitung
< t tabel atau -2,560 > 1,66792 dengan nilai signifikan 0,013 < 0,05. EPS sebesar 1988,395 -1,012 < 0,315 > 0,05. Hal tersebut sudah terbukti bahwa BVPS berpengaruh negatif dan signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel BVPS berpengaruh terhadap harga saham atau hipotesis 2 (𝐻2) diterima.
Hal ini disebabkan oleh nilai buku yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan. Dari hasil analisis yang dilakukan melalui pengukuran nilai buku dengan menggunakan total ekuitas dibagi jumlah saham yang beredar. Sebagian perusahan memiliki nilai laba yang rendah, sebagian besar penilaian ekuitas akan ditunjukkan oleh laba abnormal dan sebagian kecil ditunjukkan oleh nilai buku ekuitas. Namun sebagian peningkatan nilai laba pada perusahaan tidak diikuti dengan kenaikan nilai buku ekuitas, nilai buku cukup stabil dalam periode pengamatan.
Hal ini menunjukkan bahwa seirig peningkatan nilai buku (BVPS) maka investor akan bersedia menginvestasikan dananya ke saham perusahaan tersebut. Dimana nilai buku itu sendiri menunjukkan ekuias perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Berdasarkan teori sinyal (signaling theory) dimana perusahaan yang memberikan informasi terkait dengan harga saham misalnya, laporan keuangan yang berupa laba dan nilai buku. Informasi tersebut dapat menjadi salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh
46
pereusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi para investor sebelum berinvestasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andriani Ima, Crystha Armereo (2016) serta Aisjahsan Djazul (2016) yang menyatakkan nilai buku berpengaruh negatif terhadap harga saham. Jika nilai buku meningkat maka harga saham akan turun.
dan sebaliknya jika nilai buku menurun maka harga saham akan meningkat dan semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tersebut.
47 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai Laba Terhadap Harga Saham
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh nilai laba terhadap harga saham dengan menggunakan softwere SPSS dan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai laba tidak berpengaruh terhadap harga saham.
2. Nilai Buku Terhadap Harga Saham
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh nilai buku terhadap harga saham dengan menggunakan softwere SPSS dan hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa nilai buku berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka, saran yang dapat dikemukakan penelitian diantaranya:
1. Bagi manajemen perusahaan selain memperhatikan laba dan aset juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan harga saham serta minat investor untuk menambah modal di perusahaan yang bersangkutan.
2. Untuk investor, diharapkan lebih meneliti dalam menilai dari suatu perusahaan dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan harga saham.
48
3. Untuk peneliti selanjutnya, peneliti dapat menambahkan periode tahun pengamatan dan menambahkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi harga saham terhadap suatu perusahaan.
49
DAFTAR PUSTAKA
Almira, N. P. A. K., & Wiagustini, N. L. P. (2020). Return On Asset, Return On Equity, Dan Earning Per Share Berpengaruh Terhadap Return Saham. E-Jurnal Manajemen, 9(3), 1069-1088.
Astuti, P.,Yunita L.S., dan Armalia R.W., (2018), Analisis Pengaruh Return On Equity, Earnings Per Share, Price To Book Value, Book Value Per Share, Price Earning Ratio dan Kepemilikan Institusional terhadap Harga Saham Perusahaan, Jurnal Ekonomi, Vol.20, No.2, Hal 170-183.
Afriman,B.,& Puspa,D.F.(2020).Pengaruh Akuntansi Konservatisme,Nilai Buku Per Lembar Saham,Laba Per Lembar Saham,Dan Manajemen Laba Terhadap Value Relevance.Abstract of Undergraduate Research, Faculty of Economics, Bung Hatta University, 17(1).
Andriyani, Ima; Armereo, Crystha. Pengaruh suku bunga, inflasi, nilai buku terhadap harga saham perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Orasi Bisnis: Jurnal Ilmiah Administrasi Niaga, 2016, 15. 1.
Barth, M. E., Landsman, W. R & Lang, M. (2018). International Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46, 467-498.
Ball,R., & Brown, P. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research (Autumn, 1968) : 159-78.
Ball,R., & Brown, P. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research (Autumn, 1968) : 159-78.