• Tidak ada hasil yang ditemukan

II- 1 2.1. Landasan Teori

2.1.8. House of Risk II (HOR II)

Menurut Cahaya Kusnida dkk (2016), HOR II digunakan untuk menentukan tindakan / kegiatan yang pertama dilakukan, mempertimbangkan perbedaan secara efektif seperti keterlibatan sumber dan tingkat kesukaran dalam pelaksanaannya. Perusahaan idealnya perlu memilih satu tindakan yang tidak sulit untuk dilaksanakan tetapi bisa secara efektif mengurangi kemungkinan terjadinya sumber risiko. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Memilih/seleksi sejumlah sumber risiko dengan rangking prioritas tinggi yang mungkin menggunakan analisa pareto dari ARPj, nyatakan pada HOR yang kedua. Hasil seleksi akan ditempatkan dalam (what) di sebelah kiri dari HOR II seperti digambarkan dalam Tabel 2.6.

2. Melakukan identifikasi pertimbangan tindakan yang relevan untuk pencegahan sumber risiko. Cacat adalah satu sumber risiko yang dapat dilaksanakan dengan lebih dari satu tindakan dan satu tindakan bisa secara serempak mengurangi kemungkinan kejadian lebih dari satu sumber risiko. Tindakan ini diletakkan dibaris atas sebagai “How” pada HOR II.

3. Menentukan hubungan antar masing tindakan pencegahan dan masing-masing sumber risiko, Ejk. Nilai-nilainya (0, 1, 3, 9) yang menunjukkan berturut-turut tidak ada korelasi, rendah, sedang dan tingginya korelasi antar

tindakan k dan sumber j. Hubungan ini (Ejk) dapat dipertimbangkan sebagai tingkat dari keefektifan pada tindakan k dalam mengurangi kemungkinan kejadian sumber risiko.

4. Mengitung total efektivitas dari tiap tindakan sebagai berikut : TEk =Σj ARP jE jk ∀k

5. Memperkirakan tingkat/derajat kesulitan dalam melakukan masing-masing tindakan (Dk) dan meletakkan nilai-nilai itu berturut-turut pada baris bawah total efektif. Tingkat kesulitan yang ditunjukkan dengan skala (seperti skala Likert atau skala lain), dan mencerminkan dana dan sumber lain yang diperlukan dalam melakukan tindakan tersebut. Hitung total efektif pada rasio kesulitan ETDk = TEk/Dk

6. Meranking prioritas masing-masing tindakan (Rk) dimana rangking 1 memberikan arti tindakan dengan ETDk yang paling tinggi. Contoh House of Risk II dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. House Of Risk II

To be Treated Risk Agent (Aj) Preventive Action (PAk) Aggregate Risk Potentials PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 (ARP1)

A1 E11 ARP1

A2 ARP2

A3 ARP3

A4 ARP4

Total effectiveness of action TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Degree of difficulty performing

action k D1 D2 D3 D4 D5

Effectiveness to difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank of priority R… R… R… R… R…

Menurut Pujawan dan Geraldin (2009) penilaian aksi mitigasi risiko dilakukan melalui wawancara dengan pihak UMKM Makanan dengan mengisi form penilaian.

1. Penilaian hubungan aksi mitigasi risiko dengan Risk Agent

Penilaian hubungan aksi mitigasi dengan risk agent adalah dengan cara memberi nilai tingkat hubungan sesuai dengan level seperti ditunjukkan pada Tabel 2.5.

2. Penilaian tingkat kesulitan

Penilaian tingkat kesulitan dilakukan sesuai dengan level nilai Difficulty (kesulitan) pada Tabel 2.7.

Tabel. 2.7. Makna Nilai Difficulty

Nilai Deskripsi

3 Kesulitan rendah (low) 4 Kesulitan sedang (medium) 5 Kesulitan tinggi (high)

Sumber: Pujawan dan Geraldin, 2009

2.1.9. Kuesioner

Menurut Kasnodiharjo (1993) kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai hal-hal yang diketahuinya. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal yang sangat pokok dalam pengumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei melalui serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh responden terpilih. Syarat

pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ke tujuan penelitian.

Ada empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu :

1. Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.

2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.

3. Adanya petunjuk pengisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.

4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban baik secara terbuka, semi tertutup, ataupun tertutup. Dalam membuat pertanyaan ini juga disertakan dengan isian untuk identitas responden.

Kuesioner dapat dibedakan atas : 1. Berdasarkan cara menjawabnya

a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.

b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.

c. Kusioner semi tertutup, yang telah disediakan jawabannya kepada responden dan juga diberi kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.

2. Berdasarkan jawaban yang diberikan

a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.

b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.

3. Berdasarkan bentuknya

a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban.

b. Kuesiner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay.

c. Check list, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda Check List pada kolom yang sesuai.

d. Rating Scale, yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.

Keuntungan menggunakan kuesioner, yaitu : 1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing sesuai waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar dan sama.

Kelemahan menggunakan kuesioner, yaitu :

1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga adanya pertanyaan yang terlewati tidak terjawab.

2. Validitas sulit diperoleh.

3. Terkadang responden menjawab tidak secara jujur.

4. Sering tidak dikembalikan (bila berbentuk hardcopy).

5. Waktu pengembalian tidak sama bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama, sehingga menghambat proses pengolahan data lebih lanjut.

Masalah penting yang sering timbul dari penggunaan kuesioner dalam suatu survei adalah adanya variasi dari responden terutama menyangkut (a) tingkat pendidikan (b) prejudice (c) perbedaan daerah di mana responden bertempat tinggal (d) latar belakang pekerjaan. Bagaimanapun juga baiknya pemilihan responden (sample) perbedaan tetap ada/muncul. Oleh sebab itu jauh sebelum menyusun suatu kuesioner harus disadari hal-hal yang demikian

Pada penelitian ini sampel (responden) dipilih menggunakan judgement sampling yaitu owner UMKM Keripik Bawang Bu Lena. Menurut Sukaria Sinulingga (2014), judgement sampling adalah suatu tipe pertama purposive sampling dimana responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu karena kemampuannya atau kelebihannya diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti.

Dokumen terkait