• Tidak ada hasil yang ditemukan

II- 1 2.1. Landasan Teori

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Review penelitian dilakukan terhadap tulisan Taufiq Immawan dan Dea Kusuma Putri (2018) yang berjudul “House of risk approach for assessing supply chain risk management strategies: A case study in Crumb Rubber Company Ltd”

Risiko adalah sesuatu yang tidak pasti dan dapat memiliki dampak negatif dan

positif. Jika risiko memiliki dampak negative dampaknya maka suatu perusahaan akan mengalami kerugian. CRUMB RUBBER COMPANY LTD adalah salah satu karet remah perusahaan di Kalimantan Barat. Panjang rantai pasokan yang terdapat di CRUMB RUBBER COMPANY LTD dan ketergantungan yang tinggi pada pemasok menyebabkan kerentanan. Jadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko dan menentukan prioritas sumber risiko beserta prioritas penanganannya pada CRUMB RUBBER rantai pasokan COMPANY LTD dengan pendekatan House of Risk. Pendekatan house of risk terdiri dari dua fase. Fase 1 digunakan untuk menentukan agen risiko yang dominan dan fase 2 menentukan tindakan yang efektif untuk dihadapi agen risiko yang dominan. Dari hasil penelitian, terdapat 19 kejadian risiko dan 29 agen risiko yang teridentifikasi. NS Hasil house of risk pada fase 1 diketahui bahwa 13 dari 28 agen risiko merupakan agen risiko yang dominan. Maka prioritas strategi penanganan in house of risk pada fase 2, pada fase ini diperoleh 18 strategi penanganan risiko prioritas.

Review juga dilakukan terhadap tulisan T L T Nguyen, T T Tran, T P Huynh, T K D Ho, A T Le and T K H Do (2018) yang berjudul “Managing risks in the fisheries supply chain using House of Risk Framework (HOR) and Interpretive Structural Modeling (ISM)”. Salah satu sektor yang memberikan kontribusi penting bagi pembangunan Vietnam ekonomi adalah industri perikanan. Namun, selama beberapa tahun terakhir, telah banyak disaksikan kesulitan dalam mengelola kinerja operasi rantai pasok perikanan secara keseluruhan. Di dalam makalah ini, kerangka kerja untuk manajemen risiko rantai

pasokan (SCRM) diusulkan. Awalnya semua kegiatan dipetakan dengan menggunakan model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Lanjut, peringkat risiko dianalisis di House of Risk. Selanjutnya, pemodelan struktural interpretative (ISM) digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar risiko rantai pasokan dan untuk memvisualisasikan risiko sesuai dengan level mereka.

Sebagai ilustrasi, model telah diuji dalam beberapa studi kasus dengan:

perusahaan perikanan di Can Tho, Delta Mekong. Studi ini mengidentifikasi 22 kejadian risiko dan 20 risiko agen melalui rantai pasokan. Juga, prioritas risiko dapat digunakan untuk House of Risk selanjutnya dengan tindakan proaktif dalam studi masa depan.

Review penelitian juga dilakukan terhadap tulisan Asep Ridwan, Dyah Lintang Trenggonowati dan Vivit Parida (2019) yang berjudul “Usulan Aksi Mitigasi Risiko Rantai Pasok Halal pada Ikm Tahu Bandung Sutra Menggunakan Metode House of Risk”. Penelitian tersebut menggunakan prinsip manajemen risiko yaitu dengan mengidentifikasi risiko yang berpotensi muncul pada rantai pasok menggunakan model SCOR untuk pemetaan aktivitasnya. Pemetaan aktivitas memudahkan dalam mengidentifikasi kejadian risiko dan agen risiko.

Kejadian risiko dan agen risiko yang berhasil diidentifikasi kemudian dinilai tingkat dampak, tingkat frekuensi serta korelasinya dengan menggunakan metode House of Risk. Metode House of Risk memiliki dua fase. HOR fase 1 untuk mengetahui prioritas agen risiko dan HOR fase 2 untuk menentukan prioritas aksi mitigasi. Terdapat 21 kejadian risiko, 20 agen risiko dan 8 aksi mitigasi yang berhasil diidentifikasi.

Review juga dilakukan terhadap tulisan Asep Ridwan, Kulsum, dan Vivi Ambarwati (2019) yang berjudul “Perancangan Aksi Mitigasi Risiko Halal Supply Chain pada IKM Sate Bandeng Menggunakan Metode House of Risk”.

Peneitian dilakukan pada IKM Sate Bandeng yang berlokasi di Kota Serang Provinsi Banten. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kejadian risiko, menganalisis sumber risiko yang berpotensi terhadap kehalalan produk. Dari hasil penelitian diperoleh 22 kejadian risiko, 18 sumber risiko, dan 9 prioritas rancangan strategi mitigasi risiko. Beberapa prioritas rancangan mitigasi risiko adalah merumuskan sejumlah aktivitas 5R dan penggunaan sarung tangan saat melakukan proses produksi; melakukan training rutin kepada semua pekerja tentang proses halal dan good manufacturing practices (GMP); dan menyusun SOP pembuatan sate bandeng yang halal dan higienis. IKM Sate Bandeng dapat merancang mitigasi risiko kehalalan produk sehingga konsumen menjadi lebih yakin dalam membeli produk yang halal.

Penelitian Arlinda Dewi Nur Faizah (2020) dengan judul “Analisis Risiko Pada Halal Supply Chain Bakso Dengan House Of Risk Di UD Nur Cahaya” juga direview. Penelitian tersebut dilakukan pada UD Nur Cahaya yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan daging menjadi bakso.Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi risiko pada proses supply chain UD Nur Cahaya, menentukan nilai severity dan occurance dari setiap risiko yang terjadi dan menetukan strategi mitigasi risiko yang tepat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode House of Risk 2 fase, fase pertama yaitu identifikasi risiko yang kemudian dilakukan pengukuran tingkat severity dan occurance serta

perhitungan nilai Agregate Risk Potensial (ARP). Fase kedua yaitu penanganan risiko. Setelah dilakukan penelitian diperoleh bahwa terdapat 13 kejadian risiko dan 11 agen risiko.

Talitha Almira Muharrami (2020) melakukan penelitian berjudul

“Perancangan Aksi Mitigasi Risiko Kehalalan Dengan Metode House Of Risk Pada UMKM Makanan Di Kota Medan”. Pada penelitian tersebut dilakukan identifikasi seluruh aktivitas di UMKM Risol Ummu, pemetaan aktivitas, penentuan risk event, risk agent, perhitungan Agregate Risk Potential dan aksi mitigasi risiko pada kehalalan dengan metode HOR (House of Risk). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 proses (process), risk event sebanyak 31 kegiatan, dan 26 buah risk agent. Risk agent terpilih berdasarkan lima nilai ARP tertinggi adalah bahan baku belum terdaftar di LPPOM MUI, peralatan dan mesin tidak dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan, ketidaktelitian pihak pemasok terkait bahan baku yang dikirim, lingkungan kerja yang cenderung panas dan agak sempit membuat pekerja sulit berkonsentrasi, dan UMKM belum memiliki sistem informasi dan manajemen baik yang mempertimbangkan halal.

Aksi mitigasi risiko yang dihasilkan adalah melakukan pelatihan kepada pekerja tentang halal proses dan good manufacturing practices secara berkala, membuat sistem informasi dan manajemen yang baik dan mempertimbangkan halal, mengganti bahan baku dengan yang sudah tersertifikasi halal dari pemasok yang berbeda, merumuskan sejumlah aktivitas 5R disaat melakukan proses produksi, melakukan pembersihan peralatan dan mesin secara rutin untuk mencegah kontaminasi dengan najis, memperluas area produksi untuk mencegah

kontaminasi silang, dan membuat SOP mengenai proses produksi yang higienis.

Dengan mengetahui risiko dan penyebab risiko akan memudahkan dalam penanganan risiko yang berpengaruh pada kehalalan makanan.

Reza Agustian (2021) melakukan penelitian berjudul “Perancangan Aksi Mitigasi Risiko Halal Supply Chain di Bread Friend Bakery Dengan Metode House Of Risk (HOR) dan Pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR). Penelitian tersebut bertujuan untuk merancang aksi mitigasi risiko kehalalan pada sistem supply chain Bread Friend Bakery dengan metode House of Risk (HOR). Penelitian tersebut dimulai dengan mengidentifikasi kejadian risiko, menganalisis sumber risiko yang berpotensi terhadap kehalalan produk, kemudian dilakukan rancangan aksi mitigasi risiko terhadap kehalalan produk tersebut.

Penelitian menggunakan metode Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk pemetaan aktivitas. Metode HOR digunakan untuk identifikasi, analisa, dan perancangan strategi mitigasi risiko. Penelitian dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Dari hasil penelitian diperoleh 14 sub proses, 21 risk event, 21 risk agent, dan 5 rancangan strategi mitigasi risiko yaitu : (1) Membersihkan peralatan setelah dipakai dan menjadwalkan maintenance, (2) Menerapkan aktivitas 5R pada seluruh karyawan, (3) Membuat SOP kerja mengenai produksi yang halal dan higienis, (4) Mencari supplier yang memahami konsep halal, (5) Menempatkan karyawan yang lebih teliti pada bagian penerimaan bahan baku.

Untuk menyusun risk event dan risk agent pada produksi UMKM Keripik Bawang yang menjadi objek kajian, dilakukan studi literatur dari 5 artikel diatas.

Risk event dan risk agent pada tiap artikel tersebut dijelaskan dalam Tabel 2.8.

sampai 2.12.

Tabel 2.8. Risk Event dan Risk Agent Ikm Tahu Bandung Sutra Risk Event pada IKM Tahu

Bandung Sutra

Risk Agent pada IKM Tahu Bandung Sutra Pengadaan bahan baku yang tidak

terdaftar di LPPOM MUI

Bahan baku belum terdaftar di LPPOM MUI

Bahan baku yang akan dipesan belum jelas kehalalannya

Ketidaktahuan status kehalalan bahan baku dari pemasok

Pelaksanaan proses produksi belum didukung oleh proses produksi yang halal

Belum ada intruksi kerja untuk setiap tahapan proses yang halal

Proses produksi belum mempunyai instruksi kerja untuk setiap tahapan proses yang halal

Keterbatasan fasilitas dan peralatan yang tersedia

Peralatan dan mesin yang digunakan belum dikhususkan untuk menyajikan produk halal

Penyimpanan bahan yang tidak bersih dan steril

Ketidaksesuaian bahan baku yang diterima

Ketidaktahuan pihak penerima terhadap bahan baku dari pemasok Bahan baku yang diterima

terkontaminasi dengan najis

Ketidaktelitian saat pengecekan bahan baku yang diterima

Penggunaan peralatan dan mesin tidak bersih dan steril dari kotoran hewan yang dapat menyebabkan najis kotoran hewan yang jatuh dari atas

Kesalahan pada proses produksi yang menyebabkan kontaminasi

Penggunaan air yang terkena najis Belum adanya SOP produksi halal Air bibit terkontaminasi dengan najis

atau kotoran hewan

Keteledoran pekerja pada saat proses produksi

Penggunaan alat dan mesin berkarat

dan terkena najis Ruang produksi yang sempit Kesalahan proses produksi yang dapat

menyebabkan kontaminasi dengan najis

Ruang produksi kurang bersih dan proses produksi kurang higienis Kondisi lingkungan produksi tidak

bersih dan steril memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan kotoran hewan yang dapat menyebabkan najis

Kurang teliti saat proses pengecekan produk akhir

Tabel 2.8. Risk Event dan Risk Agent Ikm Tahu Bandung Sutra (Lanjutan) Tidak ada layout dan alur proses

sehingga memungkinkan terjadi kontaminasi silang

Belum adanya pengemasan yang dapat mencegah kontaminasi

Produk jadi terkena najis Keterbatasan alat angkut Proses pengiriman berpotensi

terkontaminasi dengan najis

Alat transportasi pernah dipakai untuk barang yang belum jelas kehalalannya digunakan untuk barang yang najis Ketidaktelitian pihak pemasok terkait

bahan baku yang dikirim Terdapat najis pada bahan baku Fluktuasi permintaan tahu dari

pelanggan Tahu telah sampai pada masa

kadaluarsadan terdapat najis

Tabel 2.9. Risk Event dan Risk Agent IKM Sate Bandeng

Risk Event pada IKM Sate Bandeng Risk Agent pada IKM Sate Bandeng Pelaksanaan proses produksi belum

didukung oleh sistem administrasi yang baik yang mempertimbangkan halal

IKM belum memiliki sistem informasi dan manajemen baik yang

mempertimbangkan halal Produksi belum mempunyai instruksi

kerja untuk setiap tahapan proses yang mempertimbangkan halal

Keterbatasan fasilitas dan peralatan yang tersedia disaat produksi lebih banyak

Kegiatan pengadaan bahan baku tidak didukung dengan sistem administrasi yang mempertimbangkan halal baik seperti semua catatan pengadaan terdokumentasi dengan lengkap, sistematis, rapi, dan mudah ditelusuri

Penyimpanan bahan yang tidak bersih dan steril

Lingkungan pasar yang kotor rentan terkontaminasi barang najis dan tidak jelas kehalalannya

Bahan baku yang diterima berpotensi kadaluwarsa (tidak fresh)

Tidak adanya pengecekan kebersihan sebelum digunakan

Tabel 2.9. Risk Event dan Risk Agent IKM Sate Bandeng (Lanjutan)

Sumber : Jurnal Internet

Bahan baku yang diterima pemasok berpotensi terkontaminasi dengan benda asing dan barang yang belum jelas kehalalannya di pasar

Kurang teliti saat proses pencampuran berlangsung sehingga terkontaminasi Keterlambatan supplier dalam

pengiriman ikan bandeng segar

Ruangan produksi kurang bersih dan proses produksi kurang higienis

Penggunaan mesin giling tidak bersih dan steril dari kotoran hewan yang najis

Keterbatasaan alat angkut Pada saat pencampuran terkontaminasi

benda asing dan najis

Kurang teliti saat pengecekan kualitas fisik produk jadi

Adonan yang terkontaminasi benda asing atau kotoran hewan yang jatuh dari atas

Kemasan masih menggunakan bahan yang rentan terkontaminasi

Produk terkontaminasi kotoran

binatang lain didaerah pembakaran Ruangan produksi yang sempit Pengangkutan tercampur dengan

bahan atau produk lain yang belum jelas kehalalannya

Terdapat sisa serabut kelapa pada ruang produksi

Terdapat benda asing atau kotoran hewan yang najis dalam produk jadi

Alat transportasi pernah dipakai untuk barang tidak dikhususkan untuk produk halal

Kemasan tidak mampu mencegah kontaminasi dari bakteri dan bahan najis

Kurang hati-hati dalam proses pengiriman produk jadi Tidak ada layout dan alur proses

sehingga memungkinkan terjadi kontaminasi silang

Penyimpanan produk yang tidak terpisah dengan produk lain Lingkungan kerja tidak bersih dan

steril sehingga memungkinkan

terjadinya kontaminasi dengan kotoran hewan yang najis seperti cicak dan tikus

Gangguan transportasi

Produk terkontaminasi dengan bahan atau produk yang belum jelas

kehalalannya pada proses pengiriman Bahan packaging rusak pada proses pengiriman yang berpotensi produk terkontaminasi debu dan bakteri

Tabel 2.10. Risk Event dan Risk Agent Bread Friend Bakery Risk Event pada Bread Friend

Bakery

Risk Agent pada Bread Friend Bakery

Bahan baku yang dipesan belum jelas kehalalannya

Kurangnya koordinasi dan informasi dari supplier.

Pelaksanaan proses produksi belum di dukung oleh proses produksi yang halal

Pihak toko belum memiliki system informasi yang baik yang

mempertimbangkan produksi halal.

Belum mempunyai instruksi kerja untuk setiap tahapan proses yang halal

Tidak adanya SOP kerja.

Peralatan dan mesin yang digunakan belum dikhususkan untuk produkhalal

Keterbatasan fasilitas dan peralatan yang tersedia.

Bahan baku yang diterima terkontaminasi dengan najis

Lingkungan pasar yang kotor rentan terkontaminasi dengan najis. bersih dan steril dari kotoran hewan yang dapat menyebabkan najis.

Tidak adanya pengecekan kebersihan sebelum digunakan.

Pada saat proses produksi

terkontaminasi najis atau kotoran hewan yang jatuh dari atas

Ruang produksi kurang bersih dan proses produksi kurang higienis.

Penggunaan air yang terkontaminasi dengan najis

Menggunakan air yang terkontaminasi dengan najis.

Penggunaan alat dan mesin berkarat yang terkena najis

Keteledoran karyawan yang tidak membersihkan peralatan setelah habis pakai.

Kesalahan proses produksi yang dapat terkontaminasi dengan najis

Kurang teliti saat proses pencampuran berlangsung sehingga terkontaminasi.

Lingkungan kerja yang kurang bersih memungkinkan produk terkontaminasi dengan najis.

Tidak ada tempat khusus untuk adonan.

Tidak ada layout dan alur peroses Ruang produksi yang sempit.

Roti terkena najis Loyang tepat roti kurang bersih.

Kemasan tidak mampu mencegah kontaminasi dari bakteri dan najis

Kemasan masih menggunakan bahan

Alat transportasi yang di gunakan sebelumnya mengangkut barang yang najis

Keterbatasan alat angkut.

Tabel 2.10. Risk Event dan Risk Agent Bread Friend Bakery (Lanjutan) Risk Event pada Bread Friend

Bakery

Risk Agent pada Bread Friend Bakery

Terjadinya kontaminasi saat pengiriman

Alat transportasi pernah dipakai untuk barang yang belum jelas kehalalanya.

Terdapat najis pada bahan baku. Penyimpanan produk yang tidak terpisah dengan produk lain.

Terdapat jamur pada roti Roti sudah terlalu lama di Toko.

Sumber : Jurnal Internet

Tabel 2.11. Risk Event dan Risk Agent Bakso UD. Nur Cahaya Risk Event pada Bakso UD. Nur

Cahaya

Risk Agent pada Bakso UD. Nur Cahaya

Kegiatan pengadaan bahan baku tidak didukung dengan sistem administrasi yang mempertimbangkan halal baik seperti semua catatan pengadaan terdokumentasi dengan lengkap, sistematis, rapi, dan mudah ditelusuri

UD belum memiliki sistem informasi dan manajemen yang baik yang mempertimbangkan halal

Proses produksi belum mempunyai instruksi kerja untuk setiap tahapan proses yang mempertimbangkan halal

Belum ada instruksi kerja untuk setiap tahapan proses yang halal

Bahan baku yang diterima cacat Bahan baku yang diterima cacat Penggunaan peralatan dan mesin yang

tidak steril

Penggunaan peralatan dan mesin yang tidak steril

Bahan baku yang terkontaminasi dengan najis

Bahan baku yang terkontaminasi dengan najis

Kesalahan proses produksi yang dapat menyebabkan kontaminasi dengan najis

Kesalahan proses produksi yang dapat menyebabkan kontaminasi dengan najis

Kondisi lingkungan produksi tidak steril yang memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan najis

Kondisi lingkungan produksi tidak steril yang memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan najis

Kondisi lingkungan produksi tidak steril yang memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan najis

Fluktuasi permintaan dari pelanggan

Tabel 2.11. Risk Event dan Risk Agent Bakso UD. Nur Cahaya (Lanjutan) Risk Event pada Bakso UD. Nur

Cahaya

Risk Agent pada Bakso UD. Nur Cahaya

Tidak ada layout dan alur proses sehingga memungkinkan terjadi kontaminasi silang

Belum adanya pengemasan yang dapat mencegah kontaminasi

Adanya potensi produk tidak fresh karena disimpan di kulkas

Ketidaktelitian pihak suplier terkait bahan baku yang dikirim

Proses pengiriman berpotensi terkontaminasi dengan bakteri maupun najis

Terdapat cacat pada hewan

Sumber : Jurnal Internet

Tabel 2.12. Risk Event dan Risk Agent UMKM Risol Di Kota Medan Risk Event pada UMKM Risol Di

Kota Medan

Risk Agent pada UMKM Risol Di Kota Medan

Bahan baku yang dipesan belum jelas kehalalannya

Ketidaktahuan status kehalalan bahan baku dari pemasok

Kegiatan pengadaan bahan baku tidak didukung dengan sistem administrasi yang mempertimbangkan halal

UMKM belum memiliki sistem informasi dan manajemen baik yang mempertimbangkan halal terhadap bahan baku dari pemasok Bahan baku yang diterima

terkontaminasi najis

Ketidaktelitian saat pengecekan bahan baku yang diterima

Bahan baku yang diterima berpotensi kadaluwarsa

Penyimpanan bahan yang tidak bersih dan steril

Pengadaan bahan baku yang tidak terdaftar di LPPOM MUI

Bahan baku belum terdaftar di LPPOM MUI

Telur yang digunakan masih terdapat kotoran yang menempel

Telur tidak dicuci bersih terlebih dahulu sebelum digunakan Tepung yang digunakan

terkontamintasi oleh kotoran yang jatuh dari atas

Tepung tidak ditutup dan dibiarkan terbuka

Penggunaan peralatan dan mesin yang tidak bersih

Peralatan dan mesin tidak dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan

Tabel 2.12. Risk Event dan Risk Agent UMKM Risol Di Kota Medan (Lanjutan)

Risk Event pada UMKM Risol Di Kota Medan

Risk Agent UMKM Risol Di Kota Medan Kulit yang sudah jadi tidak tersimpan

dalam wadah yang bersih

Keterbatasan wadah yang tersedia pada saat pembuatan kulit risol dengan jumlah lebih banyak

Pekerja kurang memperhatikan instruksi kerja pada setiap tahapan proses

Lingkungan kerja yang cenderung panas dan agak sempit membuat pekerja sulit berkonsentrasi Sayur sayuran yang digunakan masih

terdapat kotoran dan hewan parasit

Masih terdapat kotoran pada sayuran yang telah dicuci

Penggunaan peralatan dan mesin yang tidak bersih pada saat pembuatan isian risol dengan jumlah lebih banyak Pada saat proses pengadukan terdapat

kotoran yang jatuh dari atas

Tepung panir tidak ditutup dan dibiarkan terbuka

Isian yang sudah jadi tidak tersimpan dalam wadah yang bersih

Ketidaktahuan pekerja kalo risol yang sudah jatuh bisa mempengaruhi kehalalan pada risol

Pekerja kurang memperhatikan instruksi kerja pada setiap tahapan proses

Kurang teliti saat proses pengecekan produk akhir

Telur yang digunakan masih terdapat kotoran yang menempel

Kurangnya maintenance pada freezer box sehingga menjadi cepat rusak Penggunaan peralatan yang tidak

bersih

Alat transportasi pernah dipakai untuk barang yang belum jelas kehalalannya Pekerja kurang memperhatikan

instruksi kerja pada setiap tahapan proses

Kurang hati-hati dalam proses pengiriman produk jadi Risol yang sudah jatuh dimasukkan

lagi ke dalam penggorengan

Ketidaktelitian pihak pemasok terkait bahan baku yang dikirim

Tabel 2.13. Risk Event dan Risk Agent UMKM Risol Di Kota Medan (Lanjutan)

Risk Event pada UMKM Risol Di Kota Medan

Risk Agent UMKM Risol Di Kota Medan

Risol yang sudah jatuh dimasukkan lagi ke dalam penggorengan

Ketidaktelitian pihak pemasok terkait bahan baku yang dikirim

Kemasan tidak mampu mencegah kontaminasi dari bakteri dan bahan najis

Penyimpanan produk yang tidak terpisah dengan produk lain Produk jadi terkena najis Gangguan transportasi Freezer box yang digunakan sudah

rusak sehingga tidak efektif menyimpan risol beku

Proses pengiriman berpotensi terkontaminasi dengan najis

Bahan packaging rusak pada proses pengiriman yang berpotensi produk terkontaminasi bakteri

Makanan telah sampai pada masa kadaluarsa dan terdapat najis Terkontaminasi benda asing atau produk lain yang tidak jelas

kehalalannya pada saat pengembalian produk reject

Sumber : Jurnal Internet

Untuk menyusun aksi mitigasi pada produksi UMKM Keripik Bawang yang menjadi objek kajian, dilakukan studi literatur dari 5 artikel yang sama. Aksi mitigasi pada tiap artikel tersebut dijelaskan dalam Tabel 2.13. sampai 2.17.

Tabel 2.13. Aksi Mitigasi pada IKM Tahu Bandung Sutra Aksi Mitigasi pada IKM Tahu Bandung Sutra Melakukan pengecekan dan pembersihan peralatan dan mesin secara rutin untuk mencegah kontaminasi dengan najis

Membuat jadwal piket untuk membersihkan ruang produksi Melakukan pelatihan kepada pekerja tentang halal proses dan good manufacturing practices secara berkala

Tabel 2.13. Aksi Mitigasi pada IKM Tahu Bandung Sutra (Lanjutan) Membuat SOP produksi halal

Penambahan fasilitas dan peralatan yang mendukung untuk menghasilkan produk halal

Memperluas area produksi untuk mencegah kontaminasi silang Mengganti pemasok yang sudah tersertifikasi halal

Melakukan perawatan mesin secara berkala untuk mencegah kontaminasi dengan najis

Sumber : Jurnal Internet

Tabel 2.14. Aksi Mitigasi pada IKM Sate Bandeng Aksi Mitigasi pada IKM Sate Bandeng

Tabel 2.14. Aksi Mitigasi pada IKM Sate Bandeng Aksi Mitigasi pada IKM Sate Bandeng

Dokumen terkait