• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA

BAB III PENGUATAN KELEMBAGAAN

3.4. HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA

Dalam menjalankan wewenang dan tugasnya, Komisi Yudisial membutuhkan dukungan sejumlah elemen masyarakat, diantaranya yaitu Perguruan Tingi, Non Govermental Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat (Ormas), Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP), pers, serta lembaga lainnya baik di dalam maupun luar negeri.

a. KERJASAMA DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA

Pada tahun 2014, Bidang Hubungan Antar Lembaga telah melakukan dan menyelesaikan kegiatan yang bersifat koordinatif dan telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman KYRI dengan lembaga, kementerian, dan perguruan tinggi yaitu;

1) Penandatanganan Kerjasama/MoU antara Komisi Yudisial dengan Kementerian Dalam Negeri;

2) Penandatanganan Kerjasama/MoU antara Komisi Yudisial dengan Kompolnas;

3) Penandatanganan Kerjasama/MoU antara Komisi Yudisial dengan Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (Sigab);

4) Penandatanganan Kerjasama/MoU antara Komisi Yudisial dengan Universitas Atmajaya Yogyakarta;

5) Perpanjangan Kerjasaman/MoU antara Komisi Yudisial dengan Uni-versitas Muhammadiyah Malang;

6) Perpanjangan Kerjasama/MoU antara Komisi Yudisial dengan Uni-versitas Trisakti;

7) Perpanjangan Kerjasama/MoU antara Komisi Yudisial dengan Uni-versitas Pasundan Bandung.

Penandatanganan Kerjasama/MoU antara Komisi Yudisial dengan Kementerian Dalam Negeri

Selain penandatangan MoU, Ketua dan Anggota Komisi Yudisial melaksanakan rapat terbatas dengan seluruh jajaran pimpinan Mahkamah Agung RI pada Maret 2014 guna membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan kewenangan dengan masing-masing lembaga, selain itu juga melaksanakan kegiatan Audiensi antara Pimpinan Komisi Yudisial dengan Wakil Presiden RI di Istana Wapres dan kegiatan Audiensi antara Wakil Ketua Komisi Yudisial beserta Ketua Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga dengan Kapolri pada April 2014, kegiatan tindaklanjut kerjsama Komisi Yudisial dengan Pusham UII dan NCHR dalam bentuk Training Hakim berdimensi HAM.

Dalam rangka memperkuat kelembagaan, Komisi Yudisial juga melakukan penjajakan kerjasama dengan melakukan kegiatan bersama dengan perguruan tinggi, antara lain:

1) Studium Generale di IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan tema

“Komisi Yudisial dalam Menciptakan Lembaga Peradilan Bersih dan Bermartabat” pada tanggal 25 Maret 2014;

2) Seminar Nasional “Optimalisasi Peran Komisi Yudisial dalam Pen-gawasan Eksternal Terhadap Perilaku Kinerja Hakim, dilaksanakan kerjasama Komisi Yudisial dengan Universitas Atmajaya Jogjakarta pada tanggal 24 – 26 September 2014;

3) Kegiatan Penjajakan Kerjasama Komisi Yudisial RI dengan F.H. Uni-versitas Kristen Kupang (Katholik Windya Mandiri) pada tanggal 12 – 14 Oktober 2014 di Kupang;

4) Kegiatan Tindak lanjut Kerjasama Komisi Yudisial RI dengan Univer-sitas Sriwijaya Palembang, dengan menyelenggarakan Kuliah Umum pada tanggal 16 – 18 Oktober 2014 di Palembang.

Selain itu, beberapa kegiatan Komisi Yudisial yang dibantu oleh lembaga donor Australia Indonesia Partnership for Justice Program( AIPJ) mengadakan pelatihan hakim dengan tema “Pemenuhan Hak Atas Peradilan yang Fair Bagi Penyandang Disabilitas di Indonesia”. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama antara Komisi Yudisial dengan AIPJ dan Pusham UII.

Kegiatan lain yang dilaksanakan AIPJ bekerja sama dengan Indonesia Legal Roundtable (ILR) adalah memberikan bantuan kerjasama dalam bentuk pelatihan dengan tema “Pelatihan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim”.

The Asia Foundation dengan dukungan Kemitraan dan University of Washington yang dipercaya USAID bekerja sama dengan Komisi Yudisial untuk mengimplementasikan Program “Mendidik dan Melengkapi Para Reformis Hukum di Masa Mendatang (Education and Equipping Tomorrows Justice Reformer) atau E2J” dalam bentuk Public Service Day di 7 perguruan tinggi. Dalam kegiatan ini, Pimpinan dan Anggota Komisi Yudisial menjadi narasumber dalam diskusi bertema rekrutmen di sektor peradilan.

Lebih lanjut, Komisi Yudisial lebih memperluas kerjasama di tahun 2014 ini dengan negara maupun organisasi internasional guna meningkatkan penguatan Komisi Yudisial di mata dunia. Beberapa penjajakan kerjasama sebagai berikut :

1) Melakukan kegiatan pengumpulan data, penyempurnaan rencana kerjasama Selatan-Selatan dan Negara Triangular (KSST) untuk pro-gram 2014-2015.

2) Melakukan tindaklanjut kerjasama antara Komisi Yudisial RI den-gan Justice Academy Of Turkey pada 24 Februari 2014.

3) Menghadiri dan mengikuti audiensi penjajakan kerjasama Komisi Yudisial dengan Kedutaan besar Jerman pada 17 Maret 2014.

4) Menghadiri dan mengikuti audiensi penjajakan kerjasama Komisi Yudisial dengan Kedutaan Besar Jepang pada 18 Maret 2014.

5) Menghadiri dan mengikuti audiensi penjajakan kerjasama Komisi Yudisial dengan Kedutaan Besar Australian dan Lembaga Donor AIPJ pada 27 Maret 2014.

6) Mengikuti kegiatan koordinasi kerjasama Komisi Yudisial dengan Pusham UII dan NCHR.

7) Audiensi delegasi Stiftung ke Komisi Yudisial dengan Sekretaris Jen-deral Komisi Yudisial; dan

8) Pada tanggal 06 November 2014 KY menerima kunjungan dari Del-egasi MA China.

b. PENGHUBUNG KOMISI YUDISIAL

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, dalam pasal 3 ayat (2) menyebutkan bahwa “Komisi Yudisial dapat mengangkat penghubung di daerah sesuai dengan kebutuhan”.

Pasal ini merupakan respon atas tugas dan cakupan wilayah yang luas dari Komisi Yudisial dengan kedudukannya yang berada di ibukota negara, sehingga tentunya membutuhkan usaha yang lebih untuk mengatasi permasalahan pengawasan hakim yang tersebar di daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia.

Komisi Yudisial sampai dengan saat ini telah memiliki 10 kantor Penghubung. Enam penghubung dibentuk pada tahun 2013 sedangkan pada tahun 2014 Komisi Yudisialmenambah kantor Penghubung di 4 kota, yaitu Pekanbaru, Palembang, Kupang, dan Manado. Dalam rangka mengenalkan dan mendekatkan petugas penghubung kepada masyarakat, pelantikan petugas penghubung dilakukan di wilayah masing-masing dan pengambilan sumpah dipimpin langsung oleh Komisioner. Bersamaan dengan acara pelantikan, diselenggarakan pula public expose dengan mengundang stake holdersKomisi Yudisial yang ada di daerah, mulai dari aparat penegak hukum, LSM, tokoh masyarakat, unsur Peguruan tinggi dll. Acara public expose mengusung konsep ‘rumah rakyat’ dengan

mengundang budayawan dan musik rakyat. Konsep tersebut diambil sebagai bentuk kepedulian Komisi Yudisial pada masyarakat.

Di samping itu dalam rangka menindaklanjuti kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Yudisial bersama KPK menggelar FGD mengenai pengadilan tindak pidana korupsi.FGD dilakukan selama satu hari penuh dengan mengundang semua stake holdersKomisi Yudisial yang ada di daerah.FGD bertemakan “penguatan jaringan untuk pemantauan pengadilan tindak pidana korupsi”.

Acara tersebut menghasilkan rekomendasi bagi KY-KPK dalam rangka menjalankan perannya untuk mengawasi pengadilan tindak pidana korupsi, termasuk dalam membangun kemitraan dengan jejaring-jejaring KY-KPK yang ada di daerah.

Kehadiran 4 kantor Penghubung tersebut memperluas jangkauan Komisi Yudisial yang telah ada di 6 kota sebelumnya yaitu; Medan, Surabaya, Mataram, Semarang, Samarinda, dan Makassar. Petugas penghubung telah dibekali pelatihan dan orientasi sehingga mereka dapat segera melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan kepadanya yang meliputi:

1) Menerima laporan masyarakat terkait dengan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH);

2) Melaksanakan pemantauan persidangan di wilayah kerjanya;

3) Melakukan sosialisasi KEPPH, sosialisasi peradilan bersih dalam rangka upaya pencegahan.

Dalam penanganan laporan masyarakat setempat, Penghubung melakukan layanan yang meliputi :

1) Layanan konsultasi

2) Layanan penerimaan laporan 3) Melakukan identifikasi laporan

4) Melakukan pemberkasan dan kelengkapan berkas 5) Menelaah berkas laporan

6) Mengirim berkas ke Komisi Yudisial pusat

7) Memonitor perkembangan penanganan laporan oleh Komisi Yudisial Pusat.

Dokumen terkait