• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUNAN 2014 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TAHUNAN 2014 KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

2014

(2)
(3)

KOMISI YUDISIAL

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN TAHUNAN 2014

(4)
(5)

Dengan memanjatkan segala puji ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Komisi Yudisial dapat melaksanakan amanat, wewenang, dan tugas tahun 2014 sebagaimana diatur di dalam UUD Negara RI Tahun 1945 pasal 24B dan UU Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.

Laporan Tahunan Komisi Yudisial Tahun 2014 ini memaparkan hasil kinerja Komisi Yudisial selama tahun 2014 dengan disertai kegiatan – kegiatan pendukungnya dalam rangka mewujudkan peradilan bersih di Indonesia.

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Komisi Yudisial berusaha semaksimal mungkin dengan dukungan dan kerjasama yang sinergis dari seluruh stakeholders, utamanya Mahkamah Agung, Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah serta seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap pentingnya mewujudkan peradilan bersih.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan Komisi Yudisial. Semoga di masa mendatang Komisi Yudisial dapat terus meningkatkan kinerjanya dalam mewujudkan proses peradilan yang jujur, bersih, dan berwibawa.

Jakarta, Januari 2015 Ketua Komisi Yudisial,

Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

Kata Pengantar

(6)
(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

Daftar Tabel v

Daftar Gambar vii

BAB I

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Arah Kebijakan Lembaga 2

BAB II

PELAKSANAAN WEWENANG DAN TUGAS 5

2.1 Rekrutmen Hakim 5

2.1.1 Seleksi Calon Hakim Agung 5

2.1.2 Seleksi Calon Hakim Ad Hoc di Mahkamah Agung 12 2.1.3 Seleksi Pengangkatan Hakim Bersama-sama

dengan Mahkamah Agung 12

2.2 Pengawasan Hakim 13

2.2.1 Penanganan Laporan Masyarakat 13

2.2.2 Pelaksanaan Sidang Majelis Kehormatan Hakim 22

2.2.3 Pemantauan Perilaku Hakim 25

2.3 Investigasi Hakim 26

2.4 Peningkatan Kapasitas dan Kesejaheraan Hakim 31

2.5 Advokasi 38

BAB III

PENGUATAN KELEMBAGAAN 45

3.1 Struktur Organisasi 45

3.2 Peningkatan Sumber Daya Manusia 49

3.3 Penyusunan dan Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan 53

3.4 Hubungan Antar Lembaga 54

3.5 Penelitian dan Pengembangan 57

3.6 Pengembangan Sistem Informasi 60

BAB IV

PAGU DAN REALISASI ANGGARAN 69

4.1 Alokasi Anggaran 69

4.2 Realiasasi Anggaran 71

BAB V

PENUTUP 75

(8)
(9)

Daftar Tabel

Tabel 1 Penerimaan Usulan Calon Hakim Agung 6

Tabel 2 Pendaftar yang Lolos Seleksi Administrasi 6 Tabel 3 Calon Hakim Agung yang Lulus Seleksi Kualitas 7 Tabel 4 Pelaksanaan Seleksi Kesehatan tahun 2014 8 Tabel 5 Calon Hakim Agung yang Lulus Seleksi Kesehatan 8

Tabel 6 Metode Seleksi Kepribadian 9

Tabel 7 Calon Hakim Agung yang Lulus Seleksi Kepribadian 9 Tabel 8 Calon Hakim Agung yang Diusulkan ke DPR 11

Tabel 9 Hakim Agung yang disetujui DPR 12

Tabel 10 Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat 14 Tabel 11 Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat Berdasarkan

Lokasi Aduan Periode Januari s.d Desember 2014 15 Tabel 12 Perbandingan Penerimaan Laporan Masyarakat Tahun 2010-2014 16 Tabel 13 Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat Berdasarkan

Jenis Perkara Tahun 2010 – 2014 17

Tabel 14 Jenis Laporan Masyarakat berdasarkan Hasil Verifikasi 19 Tabel 15 Hasil Keputusan Sidang Panel Pembahasan 20 Tabel 16 Kehadiran & Ketidakhadiran Terperiksa 20 Tabel 17 Penjatuhan Sanksi Yang Direkomendasikan ke Mahkamah Agung 21 Tabel 18 Rekapitulasi Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2010 – 2014 22 Tabel 19 Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2014 24

Tabel 20 Pengelolaan Permohonan Pemantauan 26

Tabel 21 Laporan Hasil Investigasi Hakim Tingkat Pertama,

Banding, dan Kasasi Tahun 2014 27

Tabel 22 Klasifikasi Penanganan Investigasi Tahun 2014 29

Tabel 23 Laporan Penelusuran Rekam Jejak 31

Tabel 24 Narasumber dan Materi Pelatihan Jarak Jauh Ekonomi Syariah 34 Tabel 25 Silabus Pelatihan Khusus Hukum Acara Perdata 35 Tabel 26 Jumlah SDM Komisi Yudisial Berdasarkan Jabatan

s.d 31 Desember 2014 47

Tabel 27 Jumlah SDM Komisi Yudisial Berdasarkan Golongan

s.d 31 Desember 2014 48

Tabel 28 Jumlah SDM Komisi Yudisial Berdasarkan Pendidikan

s.d 31 Desember 2014 48

Tabel 29 Alokasi Anggaran Komisi Yudisial Tahun 2014 Berdasarkan

Program dan Kegiatan 70

Tabel 30 Alokasi dan Realisasi Penyerapan Anggaran Berdasarkan

Program Tahun 2014 (Unaudited) 71

(10)
(11)

Daftar Gambar

Gambar 1 Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat Berdasarkan

Alokasi Aduan Periode Januari s.d Desember 2014 15 Gambar 2 Jumlah Laporan masyarakat Tahun 2010 s.d 2014 17

Gambar 3 Jumlah Laporan SBK 2014 28

Gambar 4 Struktur Organisasi Komisi Yudisial RI 45 Gambar 5 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial 46 Gambar 6 Jumlah SDM Komisi Yudisial Berdasarkan Jabatan

s.d 31 Desember 2014 47

Gambar 7 Jumlah SDM Komisi Yudisial Berdasarkan Golongan

s.d 31 Desember 2014 48

Gambar 8 Jumlah SDM Komisi Yudisial Berdasarkan Pendidikan

s.d 31 Desember 2014 49

(12)
(13)

Pendahuluan

BAB I

(14)
(15)

1.1 LATAR BELAKANG

Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Komisi Yudisial mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung, dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Kewenangan Komisi Yudisial dijabarkan lebih lanjut dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dan diperluas melalui Paket Undang-Undang Badan Peradilan yang memberikan wewenang Komisi Yudisial untuk melakukan seleksi pengangkatan hakim bersama-sama dengan Mahkamah Agung.

Selanjutnya secara substansial kewenangan Komisi Yudisial diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Undang- undang tersebut memperkuat kewenangan Komisi Yudisial sebagaimana diatur dalam pasal 13 yang berbunyi “Komisi Yudisial mempunyai wewenang”:

a) Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim adhoc di Mahkamah Agung kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapat persetujuan; b) Menjaga dan menegakkan kehormatan keluhuran martabat serta perilaku hakim; c) Menetapkan kode etik dan atau pedoman perilaku hakim bersama- sama dengan Mahkamah Agung; d) Menjaga danmenegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim”.

Pelaksanaan wewenang dan tugasKomisi Yudisial selamatahun 2014,dirancang dan disusun berdasarkanamanatUndang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dan Paket Undang-undang Badan Peradilan, serta Garis Besar Kebijakan dan Strategi Komisi Yudisial Tahun 2012-2016.

Untuk memenuhi kewajiban konstitusional, maka sebagai institusi publik Komisi Yudisial wajib menyampaikan Laporan Tahunan Komisi Yudisial Tahun 2014 sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat selaku pemegang kedaulatan di negeri ini terutama bagi stakeholders yang telah memberikan perhatian kepada Komisi Yudisial. Secara internal, Laporan Tahunan Komisi Yudisial Tahun 2014 ini merupakan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan wewenang dan tugas Komisi Yudisial, menjadi bahan refleksi bagi kinerja seluruh komponen Komisi Yudisial dan Sekretariat Jenderal yang terlibat dalam pemberian dukungan administratif dan teknis operasional, dan sebagai bekal untuk memproyeksikan perencanaan pada tahun-tahun berikutnya demi terwujudnya visi dan misi Komisi Yudisial.

PENDAHULUAN

BAB I

(16)

1.2 ARAH KEBIJAKAN LEMBAGA

Negara hukum yang demokratis mengandung prasyarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu terselenggaranya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary) dalam menjalankan tugas yudisialnya. Hakim sebagai pejabat negara yang menjalankan kekuasaan kehakiman tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, dan untuk menjamin tegaknya keadilan, intervensi kepada hakim dalam proses pengambilan putusan pengadilan, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa harus dihilangkan. Hakim hanya berpihak kepada kebenaran dan keadilan.Hakim menjadi “mulut keadilan” yang menyuarakan perasaan keadilan yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

Arah kebijakan Komisi Yudisial pada tahun 2014tertuang dalam Peraturan Komisi Yudisial Nomor 02 Tahun 2012 tentang Garis Besar Kebijakan dan Strategi Komisi Yudisial Tahun 2012-2016, seluruh komponen dalam Komisi Yudisial bertekad untuk mewujudkan Visi Komisi Yudisial yaitu:“Terwujudnya Komisi Yudisial yang bersih, transparan, partisipatif, akuntabel, dan kompeten dalam mewujudkan hakim yang bersih, jujur, dan profesional”

Arah kebijakan Komisi Yudisial merupakan penjabaran operasional dari tugas dan wewenang Komisi Yudisial yang meliputi: peningkatan kualitas seleksi pengangkatan hakim, hakim agung dan hakim Adhoc di Mahkamah Agung, peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim sebagai upaya menjaga kehormatan hakim, peningkatan kualitas penanganan laporan masyarakat sebagai upaya menegakkan kehormatan hakim, pemantapan proses penegakkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). Arah kebijakan tersebut diatas kemudian didukung dengan arah kebijakan internal yang melingkupi penguatan kelembagaan dan peningkatan kualitas layanan publik.

Rumusan visi dan arah kebijakan di atas selanjutnya akan diwujudkan melalui MisiKomisi Yudisial, yaitu:

1) Meningkatkan kapasitas kelembagaan Komisi Yudisial menjadi lembaga bersih, transparan, partisipatif, akuntabel, dan kompeten;

2) Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pencari keadilan secara efektif dan efisien;

3) Menyiapkan dan merekrut calon hakim agung, calon hakim adhoc di Mahkamah Agung, dan hakim yang bersih, jujur, dan profesional;

4) Menjaga kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim secara efektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel;

5) Menegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara adil, obyektif, transparan, partisipatif, dan akuntabel.

Visi dan Misi yang sudah ditetapkan Komisi Yudisial menjadi landasan penyusunan rencana strategis dan serangkaian program kegiatan tahunan pada masing-masing satuan kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial.

(17)

Pelaksanaan Wewenang dan

Tugas

BAB II

(18)
(19)

2.1 REKRUTMEN HAKIM

Berdasarkan Pasal 24B Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung.

Kewenangan tersebut lebih lanjut diperluas dalam Pasal 13 huruf a Undang- Undang Nomor 18 tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang menyatakan bahwa Komisi Yudisial mempunyai wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan.

Maka dengan adanya perluasan tersebut semakin memperkuat kewenangan Komisi Yudisial dimana proses seleksi para hakim baik hakim agung maupun hakim ad hoc di Mahkamah Agung dilaksanakan oleh Komisi Yudisial.

Di samping itu kewenangan Komisi Yudisial juga diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang- Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989 tentang Peradilan Tata Usaha Negara untuk melaksanakan seleksi pengangkatan hakim bersama-sama dengan Mahkamah Agung.

Kewenangan di bidang rekrutmen hakim tertuang dalam Pasal 6 Peraturan KY No. 7 Tahun 2013, yang meliputi; menyusun kebijakan dan teknis pelaksanaan proses pada pengusulan calon hakim agung, pengangkatan hakim, dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung. Selanjutnya kewenangan tersebutdilaksanakan oleh Biro Rekrutmen Hakim, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim yang telah menjalankan tugas-tugas sehubungan dengan kewenangan rekrutmen hakim selama tahun 2014 sebagai berikut:

2.1.1 Seleksi Calon Hakim Agung

Menindaklanjuti surat Wakil Ketua Mahkamah Agung RI Bidang Non Yudisial Nomor 02/WKMA/I/2014 tertanggal 30 Januari 2014, Komisi Yudisial melakukan seleksi calon hakim agung dalam rangka pengisian kekosongan jabatan hakim agung dan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hakim agung dimana terdapat kebutuhan hakim agung sebanyak 10 orang, yang terdiri dari:

kamar agama 2 orang, kamar perdata 3 orang, kamar pidana 2 orang, dan kamar Tata Usaha Negara 3 orang.

Proses seleksi dilaksanakan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22

PELAKSANAAN

WEWENANG DAN TUGAS

BAB II

(20)

Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dan Peraturan Komisi Yudisial Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Seleksi Calon Hakim melalui tahapan: penerimaan usulan, seleksi administrasi, seleksi uji kelayakan, penetapan kelulusan, dan penyampaian usulan kepada DPR.

a. Penerimaan Usulan Calon Hakim Agung

Pengusulan calon hakim agung (CHA) dapat dilakukan oleh Pemerintah, Mahkamah Agung dan Masyarakat, yang dimulai padatanggal 17 Februari 2014 – 7 Maret 2014 dandiperpanjang sampai dengan 21 Maret 2014, dalam jangka waktu tersebut telah diterima sejumlah 72 orang, sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 1

Penerimaan Usulan Calon Hakim Agung

No. Asal Peserta

1 Karier 50

2 Nonkarier 22

Jumlah 72

a. Seleksi Administrasi

Seleksi administrasi merupakan seleksi tahap I pada proses seleksi calon hakim agung yang dilaksanakan dalam rangka pemenuhan syarat administrasi calon hakim agung. Berdasarkan hasil rapat pleno Komisi Yudisial RI tanggal 24 Maret 2014, diputuskan sebanyak 72 CHA dinyatakan memenuhi persyaratan administratif, sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2

Pendaftar yang Lolos Seleksi Administrasi No Asal Pidana Perdata TUN Agama Tidak

Memilih Jumlah

1 Karier 15 10 5 15 5 50

2 Nonkarier 7 8 3 4 - 22

Jumlah 22 22 18 8 19 5 72

(21)

b. Seleksi Uji Kelayakan

Seleksi uji kelayakan calon hakim agung dilakukan untuk menentukan kelayakan terkait kualitas, kesehatan dan kepribadian, yang dilanjutkan dengan wawancara.

1) Seleksi Kualitas

Seleksi kualitas dilaksanakan dalam rangka mengukur dan menilai tingkat kapasitas keilmuan dan keahlian calon hakim agung yang dilakukan dengan menggabungkan nilai pembuatan karya tulis, penyelesaian kasus hukum, penyelesaian kasus Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, dan penilaian karya profesi.Tema seleksi calon hakim agung tahun 2014 adalah “rechtvinding”, dengan harapan dapat menghasilkan calon hakim agung yang mempunyai kemampuan dalam hal penemuan hukum.

Seleksi Kualitas dilaksanakan di Balitbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung pada tanggal 5 dan 6 April 2014. Berdasarkan hasil rapat pleno Komisi Yudisial ditetapkan sebanyak 30 CHAdinyatakan lulus seleksi kualitas dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3

Calon Hakim Agung yang Lulus Seleksi Kualitas

No Asal Jumlah Berdasarkan Kamar

Pidana Perdata TUN Agama

1. Karier 21 5 7 3 6

2. Nonkarer 9 2 2 3 2

Total 30 7 9 6 8

Seleksi Tahap II (seleksi kualitas) Calon Hakim Agung Tahun 2014

(22)

2) Seleksi Kesehatan dan Kepribadian

Seleksi berikutnya adalah seleksi kesehatan dan kepribadian, yang dilakukan untuk mengetahui, mengukur dan menilai kelayakan kesehatan dan kepribadian calon hakim agung.

a) Seleksi Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan untuk menilai jasmani dan rohani para calon hakim agung,dengan jadwal seleksi kesehatan tahun 2014 sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 4

Pelaksanaan Seleksi Kesehatan Tahun 2014 Tujuan Menghasilkan CHA yang mampu secara ro-

hani dan jasmani untuk melaksankan tu- gas dan kewajiban sebagai hakim agung.

Waktu 28 dan 29 April 2014.

Tempat Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Jend. Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Hasil 26 orang.

Berikut ini tabel rincian 26 orang CHA yang dinyatakan lulus seleksi kesehatan:

Tabel 5

Calon Hakim Agung yang Lulus Seleksi Kesehatan No. Asal Lulus Seleksi Kesehatan

Jumlah Agama Perdata Pidana TUN

1.

Karier 6 5 5 3 19

2.

Nonkarier - 2 2 3 7

Jumlah 6 7 7 6 26

b) Seleksi Kepribadian

Seleksi Kepribadian dilakukan dalam rangka mengukur dan menilai kelayakan kepribadian CHA. Adapun rangkaian seleksi kepribadian yang telah dilaksanakan melalui metode sebagai berikut:

(23)

Tabel 6

Metode Seleksi Kepribadian

No. Metode Waktu/Tempat Ket.

1.

Profile As- sessment

30 April s.d. 1 Mei 2014 di Balit- bang Diklat Mah- kamah Agung RI.

Lembaga Psikologi Terapan Univer- sitas Indonesia (LPTUI)

2.

Rekam Jejak

• Investigasi 25 Maret s.d. 30 Mei 2014.

Tim Investigasi Komisi Yudisial

• Penerimaan i n f o r m a s i masyarakat

25 Maret s.d. 10 Juni 2014

• Self Assess- ment

6 April 2014

Selanjutnya pada tanggal 11 sampai dengan 20 Juni 2014 dilakukan klarifikasi rekam jejak terhadap CHA untuk menindaklanjuti adanya informasi atau pendapat dari masyarakat yang dilakukan berdasarkan hasil investigasi dari para investigator, jejaring, maupun berdasarkan laporan masyarakat yang masuk ke Komisi Yudisial mengenai integritas, perilaku, dan karakter calon hakim agung. Berdasarkan rapat pleno Komisi Yudisial tanggal 3 Juli 2014, ditetapkan sebanyak 11 orang dinyatakan layak dan lulus seleksi tahap III (kepribadian), sebagai berikut:

Tabel 7

Calon Hakim Agung yang Lulus Seleksi Kepribadian No Asal Pidana Perdata TUN Agama Jumlah

1. Karier 1 2 1 4 8

2. Nonkarier 1 2 - - 3

Jumlah 2 4 1 4 11

c) Seleksi Wawancara

Tujuan dari wawancara adalah mengetahui dan menggali secara lebih mendalam mengenai: visi, misi, dan komitmen serta program jika terpilih sebagai hakim agung. Selain itu, wawancara juga dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman calon terhadap Hukum Acara dan Teori Hukum,pemahaman Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim,wawasan Pengetahuan

(24)

Peradilan dan Perkembangan Hukum, serta Klarifikasi Lanjutan LHKPN dan Laporan Masyarakat. Wawancaradilaksanakan secara terbuka pada tanggal 10 s.d. 12 Juli 2014 oleh Pimpinan dan Anggota Komisi Yudisial dengan dibantu oleh Pewawancara Tamu terhadap 11 orang CHA.

d) Penetapan Calon Hakim Agung Tahun 2014

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara No. 27/PUU-XI/2013 yang dibacakan pada sidang Mahkamah Konstitusi pada tanggal 9 Januari 2014, ditetapkan bahwa Komisi Yudisial mengajukan 1 Calon Hakim Agung untuk setiap 1 lowongan Hakim Agung kepada DPR RI.

Penentuan kelulusan dilakukan dengan cara menggabungkan antara nilai seleksi kualitas dengan nilai wawancara dari setiap calon hakim agung yang kemudian dari nilai tersebut ditentukan batas kelulusannya. Penetapan kelulusan CHA dilakukan melalui rapat pleno yang dihadiri oleh seluruh Anggota Komisi Yudisial secara musyawarah mufakat pada tanggal 17 Juli 2014.

Berdasarkan batas kelulusan atau passing grade tersebut Komisi Yudisial hanya mendapatkan 5 (lima) calon hakim agung yang dianggap memenuhi syarat dan layak untuk dimintakan persetujuannya kepada DPR, yang selanjutnya akan ditetapkan oleh Presiden sebagai hakim agung.

Wawancara Terbuka Calon Hakim Agung Tahun 2014

(25)

e) Penyampaian Usulan Kepada DPR

Pengajuan nama calon hakim agung kepada DPR disampaikan pada tanggal 17 Juli 2014, dimanausulan dan dokumen pendukungnya disampaikan langsung oleh Wakil Ketua KY, Ketua Bidang Rekrutmen Hakim, serta Ketua Bidang SDM dan Litbang Komisi Yudisial pada tanggal 20 Agustus 2014, dan diterima oleh Pimpinan DPR RI dan Komisi III DPR RI.

Dalam rangka transparansi proses seleksi CHA di Komisi Yudisial maka pada tanggal 1 September 2014, Wakil Ketua, Ketua Bidang Rekrutmen Hakim, Ketua Bidang Pencegahan dan Peningkatan Kapasitas Hakim serta Ketua Bidang SDM dan Litbang Komisi Yudisial mempresentasikan hasil seleksi Calon Hakim Agung tahun 2014 kepada Komisi III DPR RI. Adapun calon hakim agung tahun 2014 yang diusulkan Komisi Yudisial adalah sebagai berikut:

Tabel 8

Calon Hakim Agung yang Diusulkan ke DPR

No. Nama Jabatan Kamar

1. Is Sudaryono, S.H., M.H. Ketua PT TUN Medan Tata Usaha Negara

2. Amran Suadi, Dr., H.,

S.H., M.H., M.M. WK PTA Surabaya Agama

3.

Sudrajad Dimyati, S.H.,

M.H. WK PT Pontianak Perdata

4. Purwosusilo, Dr., H., S.H.,

M.H. Direktur Jenderal Badi-

lag/ Hakim MA-RI Agama

5. Muslich Bambang Luq-

mono S.H., M.Hum. Hakim Tinggi Jayapura Pidana

Setelah dilakukan fit and proper test di DPR, terpilih 4 orang calon hakim agung yang disetujui untuk dilantik sebagai hakim agung sebagai berikut:

(26)

Tabel 9

Hakim Agung yang disetujui DPR

No. Nama Jabatan Kamar

1. Is Sudaryono, S.H., M.H. Ketua PT TUN Medan Tata Usaha Negara

2. Amran Suadi, Dr., H., S.H.,

M.H., M.M. WK PTA Surabaya Agama

3. Sudrajad Dimyati, S.H.,

M.H. WK PT Pontianak Perdata

4. Purwosusilo, Dr., H., S.H.,

M.H. Direktur Jenderal Badi-

lag/ Hakim MA-RI Agama

2.1.2 Seleksi Calon Hakim Ad Hoc Di Mahkamah Agung

Komisi Yudisial sesuai dengan amanat Undang-undang No. 18 tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, juga berwenang dalam seleksi hakim adhoc di Mahkamah Agung.

Berkenaan dengan hal tersebut pada tahun 2014 Komisi Yudisial telah melakukan korespondensi dengan Mahkamah Agung perihal permintaan pengisian jabatan hakim adhoc di MA, sehubungan dengan adanya masa jabatan hakim adhoc di Mahkamah Agung yang telah berakhir. Namun demikian,Mahkamah Agung belum membutuhkan hakim ad hoc di Mahkamah Agung, sehingga pada tahun 2014 Komisi Yudisial tidak menyelenggarakan seleksi calon hakim ad hoc di Mahkamah Agung dan anggaran seleksi calon hakim ad hoc tersebut dipotong dan dikembalikan untuk negara sebagai implikasi Inpres No 4 tahun 2014.

2.1.3 Seleksi Pengangkatan Hakim Bersama – Sama Dengan Mahkamah Agung

Sejak tahun 2009 melalui tiga Undang-Undang Peradilan, yaitu Undang- Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 2 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Komisi Yudisial diberi kewenangan baru untuk melaksanakan Seleksi Pengangkatan Hakim bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Berdasarkan tiga Undang-Undang tersebut, maka diterbitkanlah Peraturan Bersama tahun 2012 tentang Seleksi Pengangkatan Hakim.Pasal 4 Perba No.01/PB/MA/IX/2012-01/PB/P.KOMISI YUDISIAL/09/2012 Tahun 2012 tentang Seleksi Pengangkatan Hakim, mengamanatkan Komisi Yudisial untuk melakukan pemantauan kepada Cakim Angkatan VII tahun 2010

(27)

sebanyak 204 (dua ratus empat) orang. Selanjutnya pada 8 April 2014, Panitia Seleksi Calon Hakim dan Komisi Yudisial telah melaksanakan rapat kelulusan Calon Hakim, dimana Komisi Yudisial merekomendasikan 5 orang dinyatakan tidak lulus. Rekomendasi Komisi Yudisial tersebut disampaikan kepada Mahkamah Agung sebagai dasar untuk pengangkatan hakim.

Pada tahun 2014 tidak dilakukan seleksi pengangkatan hakim dikarenakan belum adanya peraturan bersama antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial tentang Seleksi Pengangkatan Hakim sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 48, 49, 50 dan 51 tahun 2009. Setelah melalui 3 kali rapat pembahasan antara Tim Penyusun Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, saat ini peraturan bersama tersebut masih dalam tahap harmonisasi di bagian hukum Mahkamah Agung untuk selanjutnya diserahkan ke Pimpinan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial untuk ditandatangani.

Peraturan bersama ini yang akan dijadikan dasar hukum penyelenggaraan Seleksi Pengangkatan hakim.

2.2 PENGAWASAN HAKIM

Berdasarkan amanah Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, salah satu tugas dan wewenang Komisi Yudisial adalah menjalankan Pengawasan Perilaku Hakim dan Investigasi. Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal terhadap perilaku hakim melakukan pengawasan baik secara pasif berdasarkan laporan masyarakat maupun secara aktif melalui berbagai kegiatan yang dilakukan Komisi Yudisial dalam bentuk pemantauan persidangan.

2.2.1 Penanganan Laporan Masyarakat.

Proses penanganan laporan masyarakat terdiri dari kegiatan penerimaan laporan masyarakat, pendalaman laporan masyarakat, Sidang Panel hasil pendalaman laporan masyarakat, pemeriksaan para pihak dan saksi, Sidang Pleno hasil pemeriksaan, dan rekomendasi penjatuhan sanksi.

a. Penerimaan Laporan Masyarakat

Penerimaanlaporan masyarakat mengenai perilaku hakim yang diduga melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim (KEPPH) periode Januari s.d Desember 2014 adalah sebanyak 1.781 laporan. Selain menerima laporan masyarakat secara langsung, KY juga menerima 2.003surat tembusan terkait dugaan pelanggaran KEPPH. Rincian seluruh laporan masyarakat yang diterima KY pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

(28)

Tabel 10

Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat

No Jenis Laporan

Bulan

Jml Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1

Laporan Masyara- kat Yang disam- paikan Langsung Kekantor Komisi Yudisial

38 29 40 23 24 37 7 14 26 20 28 34 320

2 Laporan Masyara- kat Yang disam-

paikan via Pos 98 95 137 114 82 106 81 75 111 127 123 129 1.278 3 Laporan yang

disampaikan via

online 22 9 3 5 7 5 0 0 0 0 8 0 59

4 Informasi 1 2 1 8 1 9 0 1 4 5 3 5 40

5 Laporan yang dis- ampaikan via Kan-

tor Penghubung 9 7 8 6 7 3 6 2 11 5 8 12 84

Jumlah Laporan Ma-

syarakat Yang Diterima 168 142 189 156 121 160 94 92 152 157 170 180 1.781 6 Surat Tembusan 132 164 185 140 130 214 154 138 201 130 215 200 2003

Total Penerimaan Lapo-

ran dan Tembusan 300 306 374 296 251 374 248 230 353 287 385 197 3.601

Gambar1

Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat

(29)

Tabel 11

Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat

Berdasarkan Lokasi Aduan Periode Januari s.d Desember 2014

No Propinsi Bulan

Jml Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 DKI Jakarta 45 33 36 35 28 25 13 23 37 33 33 42 383

2 Jawa Timur 25 15 21 25 13 9 14 14 24 23 25 28 236

3 Sumatera Utara 10 8 18 12 12 18 11 7 18 15 18 12 159

4 Jawa Barat 19 12 18 11 10 15 7 5 10 16 9 12 144

5 Jawa Tengah 8 11 16 4 7 10 7 7 5 8 11 12 106

6 Sulawesi Selatan 5 4 16 6 2 7 5 3 7 9 10 7 81

7 Sumatera Selatan 4 1 11 9 4 7 1 2 7 4 3 3 56

8 Riau 4 6 7 2 3 7 1 1 2 3 2 7 45

9 Kalimantan Barat 2 3 6 4 4 1 4 2 4 3 4 4 41

10 Nusa Tenggara Barat 6 3 4 0 3 4 4 1 3 3 2 7 40

11 Kalimantan Timur 5 6 3 1 1 4 4 2 0 4 7 0 37

12 Banten 4 2 3 4 4 5 2 3 0 3 1 5 36

13 Kalimantan Tengah 1 2 3 2 2 4 2 5 2 6 1 3 33

14 Kalimantan Selatan 1 3 3 5 4 4 3 0 3 1 0 5 32

15 Sumatera Barat 1 3 2 1 3 4 0 4 1 5 5 1 30

16 Bali 1 4 5 4 5 0 1 1 2 0 2 3 28

17 Nusa Tenggara Timur 5 1 1 3 0 5 1 1 5 1 0 5 28

18 Sulawesi Tengah 4 4 3 1 1 2 5 1 1 2 0 3 27

19 DI Yogyakarta 3 1 1 3 3 1 0 4 1 2 2 5 26

20 Nanggroe Aceh Darussalam 5 3 2 1 3 1 2 0 3 2 2 1 25

21 Jambi 5 2 1 2 1 1 2 1 0 1 4 1 21

22 Bengkulu 1 3 1 1 1 2 0 0 2 1 7 1 20

23 Sulawesi Utara 0 3 1 2 4 4 0 0 2 0 2 1 19

24 Lampung 0 1 2 2 0 5 0 0 1 1 3 2 17

25 Papua 1 2 1 0 0 1 0 1 5 2 2 1 16

26 Kepulauan Riau 0 0 2 2 0 1 1 0 0 0 5 1 12

27 Maluku 1 2 0 1 2 2 1 1 1 1 0 0 12

28 Sulawesi Tenggara 1 0 0 3 0 0 0 2 0 2 2 1 11

29 Gorontalo 0 2 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 7

30 Bangka Belitung 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 5

31 Papua Barat 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 5

32 Sulawesi Barat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2

33 Maluku Utara 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2

34 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35 Lain-lain (tidak disebutkan lokasi) 0 2 1 8 1 9 0 1 4 5 3 5 39 T O T A L 168 142 189 156 121 160 94 92 152 157 170 180 1781

(30)

Dari Data Rekap diatas dapat diketahui 10 (sepuluh) Propinsi yang terbanyak menyampaikan laporan terkait Dugaan Pelanggaran KE & PPH pada Periode Bulan Januari s.d. Desember 2014, yaitu:

1. DKI Jakarta : 383 laporan 2. Jawa Timur : 236 laporan 3. Sumatera Utara : 159 laporan 4. Jawa Barat : 144 laporan 5. Jawa Tengah : 106 laporan 6. Sulawesi Selatan : 81 laporan 7. Sumatera Selatan : 56 laporan

8. Riau : 45 laporan

9. Kalimantan Barat : 41 laporan 10. Nusa Tenggara Barat : 40 laporan

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2014 jumlah laporan masyarakat yang masuk ke Komisi Yudisial mengalami kenaikan dan penurunan sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 12

Perbandingan Penerimaan Laporan Masyarakat Tahun 2010 – 2014

No. Jenis Surat/

Laporan

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 Jml

1 Laporan

Masyarakat 1452 1717 1470 2193 1781 8613 2 Surat Tembusan 1642 1622 1779 1928 2003 8974

Jumlah 3094 3339 3249 4121 3784 17587

(31)

Gambar 2

Jumlah Laporan Masyarakat Tahun 2010 s.d 2014

Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 5 tahun, sejak tahun 2010 s.d 2014 rata-rata laporan masyarakat yang masuk sebanyak 1723 laporan setiap tahunnya, dan untuk Penerimaan laporan masyarakat menurut jenis perkara yang dilaporkan sejak tahun 2010 s.d. 2014 sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 13

Rekapitulasi Penerimaan Laporan Masyarakat Berdasarkan Jenis Perkara

Tahun 2010 – 2014

No. Jenis Perkara Tahun

Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014

1 Pidana 426 531 422 517 528 2424

2 Perdata 745 699 608 871 848 3771

3 TUN 90 82 82 102 107 463

4 Militer 2 8 6 6 11 33

5 Agama 21 32 45 58 46 202

6 Tipikor 5 45 40 67 59 216

(32)

No. Jenis Perkara Tahun

Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014

7 Niaga 16 19 24 34 27 120

8 PHI 26 40 23 43 38 170

9 Pidana & Perdata 19 23 20 30 2 94

10 Perselisihan Hasil

Pemilu / Pemilu 3 9 5 11 1 29

11 HAM 0 0 3 0 0 3

12 Syariah 0 0 0 1 0 1

13 Uji Materil 1 0 0 1 0 2

14 Pembubabaran

Parpol 0 0 0 1 0 1

15 Pajak 0 0 0 0 3 3

16 Lingkungan 0 0 0 0 2 2

17 *Lain-lain 98 229 192 451 109 1079

Jumlah 1452 1717 1470 2193 1781 8613

Berdasarkan tabel diatas, tampak laporan masyarakat yang diterima oleh Komisi Yudisial setiap tahunnya mayoritas terkait perdata dan pidana.

Ruang Pengaduan Komisi Yudisial

(33)

b. Verifikasi Laporan Masyarakat;

Berdasarkan hasil verifikasi terhadap laporan masyarakat yang masuk pada periode Januari s.d Desember 2014 terdapatsejumlah 1.781 laporan, dengan kategori jenis laporan masyarakat sebagai berikut:

Tabel 14

Jenis Laporan Masyarakat berdasarkan Hasil Verifikasi

No. Hasil Verifikasi Jumlah (%)

1. Laporan Terkait Dugaan

Pelanggaran KEPPH 1.028 57.72

2. Laporan Bukan Kewenan- gan Komisi Yudisial dan

diteruskan ke instansi lain 295 16.56 3. Laporan Permohonan Pe-

mantauan 372 20.89

4.

Laporan Tidak dapat diterima, karena putusan yang dilaporkan sebelum berdirinya KY

29 1.63

5. Laporan di Arsip karena

alamat pelapor tidak jelas 49 2.75

6. Laporan Dicabut oleh pel-

apor 6 0.34

Jumlah 1.781 100

Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil verifikasi, jenis laporan masyarakat yang menempati urutan pertama yaitu laporan terkait dugaan pelanggaran KEPPH sebanyak 1.028 laporan

(34)

(57.72%) dan pada urutan kedua yaitu laporan permohonan pemantauan sebanyak 372 laporan (20.89%).

c. Penanganan Laporan Masyarakat (Sidang Panel Pembahasan)

Jumlah laporan masyarakat terkait pelanggaran KEPPH yang ditangani oleh Komisi Yudisial pada tahun 2014 adalah sebanyak 672 laporan dengan rincian terdapat pada tabel berikut :

Tabel 15

Hasil Keputusan Sidang Panel Pembahasan

No. Hasil Keputusan Sidang Panel Pembahasan Jumlah (laporan)

1. Laporan Dapat Ditindaklanjuti 294

a. Laporan yang ditindaklanjuti mulai dengan pemer-iksaan pelapor/saksi 108

b. Laporan yang ditindaklanjuti langsung dengan pemeriksaan hakim 72

c. Laporan yang ditindaklanjuti dengan surat permin-taan klarifikasi 111

d. Lain-lain

(Permintaan alat bukti, Investigasi, meneruskan/

pemberitahuan ke MA dan instansi lain) 3 2. Laporan Tidak Dapat Dapat Ditindaklanjuti (Tidak ditemukan adanya dugaan pelanggaran KEPPH) 378

d. Pemeriksaan Hakim dan Pelapor/saksi

Jumlah hakim dan pelapor/saksi yang dipanggil untuk dilakukan pemeriksaan oleh Komisi Yudisial pada periode Januari s.d 31 Desember 2014 sebanyak 674 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 16

Kehadiran & Ketidakhadiran Terperiksa

No. Keterangan Terperiksa Jumlah

(orang) Hakim Pelapor Saksi

1. Hadir untuk diperiksa 143 148 320 611

2. Tidak Hadir 9 12 42 63

Jumlah 152 160 362 674

(35)

e. Usul Penjatuhan Sanksi

Dari jumlah 143 orang hakim yang dilakukan pemeriksaan, pada tahun 2014 sebanyak 131 orang di usulkan penjatuhan sanksi ke Mahkamah Agung, dengan rincian sebagai berikut:

 96 orang direkomendasikan untuk dijatuhi sanksi ringan;

 22 orang direkomendasikan dijatuhi sanksi sedang;

 13 orang direkomendasikan dijatuhi sanksi berat Berikut ini rincian jenis sanksi yang diberikan sebagai berikut:

Tabel 17

Penjatuhan Sanksi Yang Direkomendasikan ke Mahkamah Agung

No. Jenis Sanksi Jumlah

(orang) 1. Sanksi Ringan

Teguran Lisan 10

Teguran Tertulis 68

Pernyataan Tidak Puas Secara Tertulis 18 2. Sanksi Sedang

Penundaan Gaji Berkala Paling Lama 1 (satu) tahun 0 Penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan gaji

berkala paling lama 1 (satu) tahun 0

Penundaan Kenaikan Pangkat Paling Lama 1 (satu)

thaun 0

Hakim Non Palu Paling Lama 3 (tiga) bulan 4 Hakim Non Palu Paling Lama 6 (enam) bulan 18 3. Sanksi Berat

Pembebasan dari Jabatan 0

Hakim Non Palu 1 (satu) tahun dan Penundaan Tunjan-

gan Hakim 1

Hakim Non Palu selama 1 (satu) tahun 1 Hakim Non Palu selama 2 (dua) tahun 1 Hakim Non Palu selama 6 (enam) bulan dan tidak

mendapatkan tunjangan selama menjalani hukuman

tsb. 1

Pemberhentian sementara 0

Pemberhentian Tetap dengan Hak Pensiun 3 Pemberhentian Tetap Tidak Dengan Hormat 6

Jumlah 131

(36)

2.2.2 Pelaksanaan Sidang Majelis Kehormatan Hakim

Sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH) merupakan forum pembelaan diri bagi hakim yang direkomendasikan Komisi Yudisial untuk dijatuhi sanksi berat. Sidang Majelis Kehormatan Hakim dilaksanakan berdasarkan Peraturan Bersama tentang Tata Cara Pembentukan, Tata Kerja, dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Majelis Kehormatan Hakim yang dibentuk oleh Komisi Yudisial bersama dengan Mahkamah Agung.

Sidang MKH telah dilaksanakan sejak diterbitkannya Keputusan BersamaKetuaMahkamahAgungRIdanKetuaKomisiYudisialRINomor: 129/

KMNIX/2009- Nomor04/SKB/P.KY/IX/2009 tanggal 8 September 2009.

Sejak periode tahun 2009s.d2014Sidang MKH sudah dilaksanakan terhadap 37 orang hakim dan dijatuhkan sanksi dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 18

Rekapitulasi Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2009 - 2014 No Tahun Sidang

MKH Kasus Posisi Jumlah

1 2009 Gratifikasi/Penyuapan 3

2 2010 1. Perkara hubungan keluarga 1

2. Gratifikasi/Penyuapan 3

3. Mangkir 1

3 2011 1. Gratifikasi/Penyuapan 3

2. Perselingkuhan 1

4 2012 1. Gratifikasi/Penyuapan 3

2. Perselingkuhan 1

3. Manipulasi Putusan Kasasi 1

5 2013 1. Gratifikasi/Penyuapan 2

2. Perselingkuhan 3

3. Perselingkuhan dan perjudian 1

4. Narkoba 1

6 2014 1. Perselingkuhan dan Gratifikasi 1

2. Perselingkuhan 5

3. Gratifikasi 3

4. Narkoba 1

5. Indisipliner 3

Jumlah 37

(37)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa trend kasus pelanggaran KEPPH yang ditangani dalam sidang MKH pada tahun 2009 sampai dengan 2012, mayoritas merupakan kasus penyuapan.Namun mulai tahun 2013 dan 2014 trend kasus pelanggaran KEPPH bergeser dimana mayoritas merupakan kasus perselingkuhan. Dari data pada tabel tersebut di atas, pada tahun 2014 kasus perselingkuhan menempati posisi pertama sebesar 38.46% (sebanyak 5 kasus) dan kasus gratifikasi menempati urutan kedua sebesar 23.07% (sebanyak 3 kasus) dari total 13 kasus.

Pada Periode Januari s.d Desember 2014, sebanyak 13 orang Hakim sudah diproses dalam Sidang), dimana 6 orang diajukan atas usul KY, 6 orang atas usul MA dan 1 orang diajukan bersama MA sebagaimana dalam tabel berikut ini:

Sidang Majelis Kehormatan Hakim

(38)

Tabel 19

Sidang Majelis Kehormatan Hakim Tahun 2014 No. Nomor Register dan Penetapan MKH Nama

Hakim Pelanggaran Keputusan MKH

1.

0065/L/KY/II/2013

01/MKH/II/2014 Hakim PJZ

Penerimaan uang sebesar Rp.

20 juta dan ber- temu pihak yang

berperkara

1. Hakim non Palu se- lama enam bulan 2. Tidak diberikan tun-

jangan sebagai hakim selama menjalani sanksi

Sudah dilaksanakan MKH tanggal 25 Februari 2014

2.

0359/L/KY/VIII/2012

04/MKH/II/2014 Hakim PSL Mengkonsumsi Narkoba

Pemberhentian tetap den- gan Hak Pensiun

Sudah dilaksanakan MKH tanggal 27 Februari 2014

3.

0388/L/KY/VII/2013

07/MKH/II/2014 Hakim JMN Perselingkuhan

Pemberhentian tetap den- gan Hak Pensiun

Sudah dilaksanakan MKH tanggal 5 Maret 2014

4.

0388/L/KY/VII/2013

08/MKH/II/2014 Hakim PR Perselingkuhan

Pemberhentian tetap den- gan Hak Pensiun

Sudah dilaksanakan MKH tanggal 5 Maret 2014

5.

0574/L/KY/XII/2013 (05/MKH/II/2014)

Diajukan oleh MA

Hakim MRL Perselingkuhan

1. Hakim non Palu selama dua tahun

2. Tidak diberikan tunjan- gan sebagai hakim se- lama menjalani sanksi Sudah dilaksanakan MKH tanggal 27 Februari 2014

6.

0658/L/KY/XII/2013 03/MKH/II/2014 Diajukan oleh MA

Hakim MS Perselingkuhan

Pemberhentian tetap den- gan Hak Pensiun

Sudah dilaksanakan MKH tanggal 04 Maret 2014

7.

0658/L/KY/XII/2013 02/MKH/II/2014 Diajukan oleh MA dan

KY

Hakim ELS Perselingkuhan

Pemberhentian tetap den- gan Hak Pensiun

Sudah dilaksanakan MKH tanggal 04 Maret 2014

8.

Diajukan oleh MA

08/MKH/II/2014 Hakim RC Penerimaan gratifikasi terkait bansos Bandung

Pemberhentian tetap den- gan Tidak Hormat

Sudah dilaksanakan MKH tanggal 06 Maret 2014

9.

0572/L/KY/X/2014

09/MKH/VIII/2014 Hakim BS

Penerimaan uang dan ber-

temu dengan para pihak

1. Hakim non Palu se- lama enam bulan 2. Tidak diberikan tun-

jangan sebagai hakim selama menjalani sanksi

Dilaksanakan pada tang- gal 12 Agustus 2014

(39)

No. Nomor Register dan Penetapan MKH Nama

Hakim Pelanggaran Keputusan MKH

10.

Diajukan oleh MA 12/

MKH/VIII/2014 Hakim PN Indisipliner / Mangkir Kerja

Hakim Non Palu selama 5 (lima) bulan

Dilaksanakan pada tang- gal 09 September 2014

11.

Diajukan oleh MA

13/MKH/VIII/2014 Hakim NS Indisipliner / Mangkir Kerja

Pemberhentian tetap den- gan hak pensiun

Dilaksanakan pada tang- gal 10 September 2014

12.

Diajukan oleh MA

11/MKH/VIII/2014 Hakim IGN Indisipliner/

Mangkir Kerja

Pemberhentian tidak den- gan hormat sebagai hakim dan sebagai PNS

Dilaksanakan pada tang- gal 11 September 2014

13.

Nomor: 0643/L/KY/

XI/2013 10/MKH/VIII/2014

Hakim JEI Perselingkuhan dan gratifikasi

Pemberhentian tetap tidak dengan hormat

Dilaksanakan pada tang- gal 18 September 2014

2.2.3 Pemantauan Perilaku hakim

Berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan perilaku hakim, KY juga mempunyai tugas melakukan pemantauan terhadap jalannya persidangan.

Pelaksanaan pemantauan persidangan dilakukan baik berdasarkan permohonan masyarakat maupun atas inisiatif KY. Pemantauan yang dilakukan berdasarkan inisiatif KY dilakukan dengan mempertimbangkan urgensinya seperti kasus yang mendapat perhatian masyarakat.

Peran KY dalam konteks pemantauan perilaku hakim terhadap jalannya sistem persidangan dirasakan semakin tinggi, baik bermuara pada laporan masyarakat maupun inisiatif KY, untuk menemukan dan membuktikan adanya pelanggaran KEPPH yang dilakukan oleh hakim dalam menangani suatu perkara maupun pergaulan di masyarakat. Beberapa fakta yang terjadi dalam dunia peradilan, seperti belum sepenuhnya hakim menerapkan hukum acara dipersidangan sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang, ketidakseimbangan kompetensi hakim dalam menangani perkara khusus, integritas hakim dalam memeriksa dan memutus perkara, serta dukungan pengadilan sebagai institusi yang belum maksimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna peradilan adalah beberapa fakta yang masih ditemui dalam kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh KY.

Jumlah permohonan pemantauan yang diterima KY selama tahun 2014 adalah 379 permohonan.Permohonan tersebut kemudian dianalisis dan disimpulkanperlu tidaknya dilakukan pemantauan.Berikut ini tabel pengelolaan permohonan pemantauan berdasarkan analisis:

(40)

Tabel 20

Pengelolaan Permohonan Pemantauan Bulan Dapat di-

lakukan pe- mantauan

Proses

analisis Tidak dapat

dipantau Jumlah

Januari 5 19 24

Februari 10 20 30

Maret 7 26 33

April 10 31 41

Mei 6 25 31

Juni 5 27 32

Juli 2 20 22

Agustus 3 18 21

September 5 28 33

Oktober 8 33 41

Nopember 8 12 19 39

Desember 3 23 6 32

Jumlah 72 35 272 379

Dari 379 permohonan, KY hanya dapat melakukan 72 pemantauan (19%).Terhadap 272 permohonan yang tidak dapat ditindaklanjuti dengan pemantauan, disebabkan (1) tidak adanya dugaan pelanggaran kode etik hakim dalam perkara, (2) bukan wewenang Komisi Yudisial, (3) perkara telah diputus, atau (4) ditindaklanjuti dengan pendalaman lainnya di Komisi Yudisial.

2.3 INVESTIGASI HAKIM

Salah satu tugas Komisi Yudisial adalah melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran KEPPH.Investigasi mempunyai tantangan yang tidak ringan mengingat modus untuk melakukan pelanggaran KEPPH semakin beragam..

Walaupun Komisi Yudisial sudah mempunyai landasan yuridis untuk melakukan tugas-tugas investigasi, namun tidak mudah melaksanakan amanat undang-undang tersebut, apalagi dituntut untuk dapat membuktikan dan mengungkap penyimpangan-penyimpangan perilaku hakim. Kemampuan SDM yang mumpuni serta ditunjang dengan peralatan terutama teknologi informasi yang memadai, menjadi prasyarat utama yang harus dipenuhi agar investigasi dapat berjalan dengan baik. Kerjasama dengan civil society (jejaring)

(41)

perlu tetap dijaga, juga membangun kerjasama dengan instansi penegak hukum lainnya seperti, KPK, Kepolisian dan Kejaksaan. Sinergi semua unsur- unsur di atas, diharapkandapat mengurangi dan membongkar modus-modus penyimpangan perilaku hakim.Hasil investigasi tersebut dituangkan dalam laporan hasil investigasi baik berupa investigasi penelusuran rekam jejak maupun investigasi dalam rangka pendalaman kasus, yang nantinya laporan tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan putusan pimpinan Komisi Yudisial. Adapun kegiatan investigasi hakim selama tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Investigasi Hakim Di Tingkat Pertama, Tingkat Banding Dan Kasasi Kegiatan investigasi hakim di tingkat pertama, tingkat banding dan kasasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh jejaring Komisi Yudisial dan investigator KY RI yang pelaksananya berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial.Selama tahun 2014 laporan yang telah dihasilkan dari kegiatan investigasi hakim ini berjumlah 166 laporan.

Berdasarkan jejaring Komisi Yudisial, berikut ini rincian terhadap laporan hasil investigasi hakim tingkat pertama, banding, dan kasasi:

Tabel 21

Laporan Hasil Investigasi Hakim Tingkat Pertama, Banding dan Kasasi Tahun 2014

No Wilayah

Jumlah Laporan

Total Laporan Pengadilan

Tingkat I

Pengadilan Tingkat Banding

Pengadilan Tingkat

Kasasi CHA

1 Aceh 0 0 0 0 0

2 Medan 6 0 0 0 6

3 Padang 0 0 0 3 3

4 Riau 0 0 0 0 0

5 Palembang 0 1 0 3 4

6 Lampung 0 0 0 0 0

7 Jakarta 0 0 0 7 7

8 Bandung 0 0 0 0 0

9 Semarang 0 0 0 0 0

10 Jogjakarta 12 0 0 0 12

11 Surabaya 9 1 0 0 10

12 Samarinda 0 0 0 0 0

13 Manado 1 0 0 0 1

14 Makasar 0 0 0 4 4

15 Kendari 0 0 0 0 0

16 Palu 0 0 0 0 0

(42)

No Wilayah

Jumlah Laporan

Total Laporan Pengadilan

Tingkat I

Pengadilan Tingkat Banding

Pengadilan Tingkat

Kasasi CHA

17 Mataram 1 0 0 6 7

18 Bali 0 0 0 0 0

19 Bangka Belitung 0 3 0 0 3

20 Kepulauan Riau 14 0 0 0 14

21 Jambi 4 0 0 1 5

22 Bengkulu 2 1 0 0 3

23 Kalimantan Ten-gah 6 0 0 0 6

24 Kalimantan Barat 0 0 0 0 0

25 Nusa Tenggara Timur 9 2 0 1 12

26 Maluku 0 0 0 1 1

27 Informan Medan 10 1 0 3 14

28 Ternate 2 0 0 0 2

29 Tulungagung 0 0 0 0 0

30 Banyuwangi 4 0 0 1 5

31 Jember 0 0 0 0 0

32 Blitar 12 0 0 0 12

33 Kudus 0 0 0 0 0

34 Banjarmasin 0 0 0 0 0

35 Padang 0 0 0 1 1

36 Palembang 0 0 0 1 1

37 Informan Jakarta 0 0 0 8 8

38 Investigator KY RI 20 4 1 0 25

Total Laporan 166

Berdasarkan diagram di bawah ini, dapat diketahui bahwa kegiatan investigasi paling banyak dilakukan pada Hakim yang bertugas dipengadilan tingkat pertama yaitu sebanyak 112 laporan (32.53%).

(43)

b. Pendalaman dan Penelusuran Perilaku Hakim

Pada tahun 2014 kegiatan pendalaman dan penelusuran kasus perilaku hakim, terdiri dari:

1) Penyelidikan dan penelusuran penyimpangan perilaku hakim Kegiatan ini dilakukanuntuk mendapatkan dan mengumpulkan bahan keterangan yang cukup dalam rangka membuktikan ada tidaknya pelanggaran KEPPH yang dilakukan oleh hakim.Sepanjang tahun 2014 sejumlah kasus sudah ditindaklanjuti melalui proses pemeriksaan untuk diambil keputusan dalam sidang panel maupun pleno terkait pelanggaran yang dilakukan oleh hakim, dan sebagian kasus ditutup/

dijadikan arsip. Berdasarkan kasus dan 46 laporan yang ditangani, maka laporan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 22

Klasifikasi Penanganan Investigasi Tahun 2014

NO PELANGGARAN JUMLAH

1 Dugaan terima uang dalam penanganan perkara 9 2 Dugaan melakukan pemerasan, penggelapan, pe-

nipuan, perampasan 4

3 Dugaan gratifikasi berupa barang/fasilitas bepergian

ke luar negeri 3

4 Dugaan menjalin Hubungan asmara dengan pegawai/

orang lain 7

5 Dugaan melakukan Mark-up pengadaan tanah 1 6 Dugaan bertemu dengan pihak berperkara 4 7 Dugaan Keberpihakan dalam menangani perkara 4 8 Dugaan Komunikasi dengan salah satu kuasa peng-

gugat 2

9 Dugaan pungutan liar 1

10 Dugaan Praktek Mafia peradilan dan makelar kasus 2

11 Dugaan tindakan premanisme 2

12 Dugaan sakit fisik dan tidak mampu menjalankan

tugas 2

13 Dugaan penanganan kasus tidak profesional 2 14 Dugaan adanya intervensi antara terdakwa 1 15 Laporan ketidakpuasan terhadap putusan dan tidak

profesional 2

JUMLAH 46

(44)

Berdasarkan uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa dugaan pelanggaran yang dominan untuk dilakukan penyelidikan dan penelusuran adalah berupa dugaan penerimaan suap oleh hakim, yaitu sebanyak 9 laporan atau 19.56%, dan dugaan menjalin hubungan asmara dengan pegawai/orang lain menempati urutan kedua sebanyak 7 laporan atau 15.22%.

2) Pengembangan dan pembinaan jejaring Investigasi

Dalam melakukan pendalaman dan penelusuran perilaku hakim, Komisi Yudisial melibatkan stakeholder baik dengan Lembaga Negara lain, Instansti Pemerintah, Universitas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Kemasyaraktan serta individu yang memiliki kepedulian terhadap sistem peradilan yang bersih. Kegiatan pengembangan dan pembinaan jejaring investigasi salah satunya dilakukan melalui sosialisasi dengan pihak penegak hukum Kepolisian dan Kejaksaan. Pengembangan dan pembinaan jejaring investigasi melalui sosialisasi ini telah dilaksanakan di Kendari, Sulawesi Tenggara. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini langsung dilakukan di dua tempat berbeda pada hari yang berbeda yaitu hari Rabu, 7 Mei 2014 bekerjasama dengan pihak Kejaksaan Tinggi Sultra dan hari Kamis, 8 Mei 2014 bekerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sultra.

c. Rekam Jejak Calon Hakim Agung dan Calon Hakim Adhoc yang Terseleksi Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pelaksanaan seleksi Calon Hakim Agung (CHA), khususnya sebagai bahan untuk klarifikasi bagi anggota Komisi Yudisial. Pada tahun 2014, Komisi Yudisial melaksanakan 1 (satu) kali seleksi Calon Hakim Agung. Dalam kegiatan seleksi tersebut dari total 73 pendaftar, sebanyak 62 orang dinyatakan lulus tes administrasi.

Dari 62 calon hakim agung yang lulus seleksi administrasi, seluruhnya telah dilakukan investigasi rekam jejak, dan hanya 30 orang yang lulus tes kualitas. Dari 30 orang tersebut 4 orang dinyatakan tidak lulus tes kesehatan.

Selanjutnya 26 laporan hasil penelusuran rekamjejak CHA dijadikan sebagai salah satu dasar bahan pertimbangan pimpinan Komisi Yudisial dalam pelaksanaan seleksi wawancara dan pengambilan keputusan kelulusan peserta. Hasilnya 11 calon hakim agung dinyatakan berhak mengikuti tes wawancara, dan hasilnya 5 orang dinyatakan lolos diusulkan ke DPR untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan. Selanjutnya dari 5 calon hakim agung yang mengikuti uji kelayakan dan kepatutan tersebut, sebanyak 4 orang disetujui untuk menjadi hakim agung.Secara keseluruhan pada tahun 2014 Biro Investigasi menghasilkan laporan penelusuran rekam jejak sebanyak 71 laporan dengan rincian sebagai berikut:

(45)

Tabel 23

Laporan Penelusuran Rekam Jejak

No. Laporan Penelusuran Rekam Jejak Jumlah

1 Calon Hakim Agung (CHA) 62

2 Calon Hakim (Cakim) 2

3 Lain-lain 7

Total 71

2.4 PENINGKATANKAPASITAS DAN KESEJAHTERAAN HAKIM

Berdasarkan Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, yang menyatakan bahwa “Komisi Yudisial mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan Hakim”.

a. Peningkatan Kapasitas Hakim

Upaya peningkatan kapasitas hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dilakukan dalam rangka mewujudkan hakim yang bersih, jujur, dan profesional, yang diarahkan untuk melengkapi dan mendukung peningkatan kapasitas hukum yang telah dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Upaya peningkatan kapasitas hakim dilakukan dalam berbagai kegiatan sebagaimana tersebut dibawah ini:

a. Pelatihan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim

Hakim sebagai sebuah profesi memiliki Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) yang wajib ditaati oleh setiap orang yang berprofesi hakim.Kewajiban bagi setiap hakim untuk berperilaku sesuai dengan KEPPH perlu disertai dengan pembiasaan dan pelatihan bagi hakim agar mereka memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai dalam KEPPH dan lebih jauh lagi dapat memahami dan menghayati KEPPH sebagai kerangka pikir dan tindakan mereka baik dalam menjalankan tugasnya di pengadilan maupun dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.

Pelatihan KEPPH ini dilakukan secara bertahap, mencakup pelatihan KEPPH bagi hakim dengan masa kerja 0-8 tahun, pelatihan KEPPH bagi hakim dengan masa kerja 8-15 tahun, dan pelatihan KEPPH bagi hakim dengan masa kerja di atas 15 tahun.

Pada tahun 2014, Komisi Yudisial telah menyelenggarakan pelatihan dengan tema “Pemantapan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim bagi Hakim dengan Masa Kerja 0 s.d. 8 tahun” yang diselenggarakan pada

(46)

tanggal 21 s.d. 26 April 2014 di Hotel Megamendung Permai, Bogor.

Pelatihan tersebut diikuti oleh 33 hakim dengan masa kerja 0 s.d.

8 Tahun, terdiri dari 10 orang hakim Pengadilan Negeri dan 23 orang Hakim Pengadilan Agama.

Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini mencakup permainan, simulasi, bermain peran, ceramah interaktif, partisipasi terpandu, demonstrasi dan contoh, diskusi, studi kasus, dan latihan yang hasilnya dipresentasikan.Fasilitator memandu peserta mengikuti pembelajaran dengan metode-metode tersebut.

b. Pelatihan Tematik

Pelatihan tematik Tindak Pidana Korupsi dan Pencucian Uang bagi Hakim dan Jaksa ini diselenggarakan selama lima hari pada tanggal 24 s.d. 28 Februari 2014 di Hotel Mercure, Kuta Bali dengan melibatkan partisipasi Justice Academy of Turkey untuk memberikan materi terkait anti-korupsi dan anti-moneylaundering. Peserta pelatihan sebanyak 35 (tiga puluh lima) orang terdiri dari 20 Ketua Pengadilan Negeri dan 15 Kepala Kejaksaan Negeri atau yang mewakili yang ditunjuk oleh masing- masing instansinya.

Tujuan Pelatihan Tematik Tindak Pidana Korupsi dan Pencucian Uang bagi Hakim dan Jaksa adalah untuk:

1) Meningkatkan kemampuan hakim dan jaksa terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi dan pencucian uang;

2) Meningkatkan pengetahuan hakim dan jaksa terkait integrasi

Pemantapan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim bagi para hakim

Referensi

Dokumen terkait

pada percobaan di rumah kaca menunjukkan bahwa perbedaan waktu awal berbunga antara kedua tetua padi hibrida Hipa 8 adalah 8 hari, denganmodus waktu berbunga untuk BP51-1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan pada Hotel Amed Café dan Bungalow yang berarti

[r]

Dengan mengucapkan puji dan syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Allah Swt dan tidak lupa junjungan kepada Nabi Besar Muhammad Saw beserta keluarga dan pengikutnya

Sementara tindakan kolektif dapat dimaknai dengan: (1) menjaga hubungan baik secara timbal-balik dengan orang-orang PNG yang berkunjung ke Indonesia, dan ketika

Jelas disini hukum uruf diambil bagi melaksanakan zakat emas perhiasan yang mana ia dikategorikan sebagai permasalahan terbaru dalam kalangan masyarakat Islam. URUF DARI

After the researcher analyzed the data, so that we know the students‟ ability in using punctuation in descriptive paragraph writing at the first semester of the

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Selvi (dalam Basori, 2011) tentang kompetensi profesional guru dan teori Herzberg (dalam