• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Hakim Jarak Jauh (e-learning)

Untuk lebih mempercepat laju peningkatan kapasitas hakim, maka Komisi Yudisial telah melakukan dan mengembangkan konsep pelatihan jarak jauh bagi hakim.Pelatihan jarak jauh yang dibangun oleh Komisi Yudisial dimaksudkan membuka akses hakim untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan dimanapun dan kapanpun di seluruh wilayah Indonesia, tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Peserta dapat mengikuti pelatihan online dengan mendaftarkan diri di alamat www.pkh.komisiyudisial.go.id/elearning dengan menggunakan username dan password NIP hakim sebagai peserta pelatihan.Dalam pelatihan online tersebut terdapat pre test, post test, kuis, dan materi dalam bentuk video pembelajaran maupun dokumen teks yang dapat diunduh oleh peserta. Di akhir proses pembelajaran, disampaikan pengisian kuesioner sebagai saran dan masukan bagi Komisi Yudisial untuk evaluasi dan pengembangan pelatihan online selanjutnya.

Kegiatan pelatihan jarak jauh ini diselenggarakan pada tanggal 9 s.d.

19 Juni 2014 dengan tema Ekonomi Syariah yang melibatkan beberapa narasumber untuk pengambilan gambar visualisasi guna pembuatan film pendek sebagai penjelasan materi.

Tema pelatihan jarak jauh adalah Ekonomi Syariah dengan materi dan narasumber sebagai berikut:

Tabel 24

Narasumber dan Materi Pelatihan Jarak Jauh Ekonomi Syariah

No. Materi Narasumber

1.

Penyelesaian Sengketa

Perbank-an Syariah Dr.H. Hasbi Hasan, S.H., M.H.

2.

Prinsip Ekonomi Syariah Dr. KH. Ma’ruf Amin

3.

Jasa Layanan Perbankan

Sya-riah Dr. J. M. Muslimin, Ph.D., M.A.

4.

Penghimpunan Dana Syariah Prof.Dr. H. M. Amin Suma, S.H., M.A.

5.

Penyaluran Dana Syariah Prof.Dr.JaihMubarok, S.E., M.H, M.Ag.

Pada pelatihan jarak jauh yang telah dilaksanakan terdapat 135 pendaftar, dimana dari 135 pendaftar tersebut hanya 30 peserta yang mengikuti pelatihan sampai akhir rangkaian. Hal ini disebabkan kondisi jaringan di daerah yang sering mengalami gangguan.

d. Penyusunan Media Penunjang Peningkatan Kapasitas Hakim Pada tahun 2014, peningkatan kapasitas hakim membutuhkan beragam media pendukung, beberapa media penunjang yang telah disusun adalah:

1) Penyusunan Modul “Pemantapan KEPPH Bagi Hakim dengan masa kerja 0 s.d. 8 Tahun”

Komisi Yudisial telah menyusun dan memiliki Modul Pemantapan KEPPH bagi hakim dengan masa kerja 0 – 8 Tahun. Modul Pemantapan KEPPH yang juga merupakan acuan pelaksanaan pemantapan KEPPH memuat: Pendahuluan, Landasan Teoritik, Dasar Pemikiran Kegiatan dan Metode Pelatihan Pemantapan KEPPH, Sesi 1 Orientasi Pelatihan KEPPH bagi hakim dengan masa kerja 0 – 8 tahun, Sesi 2 Dasar Filosofis KEPPH, Sesi 3 Peran KEPPH dalam Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung, Mandiri, dan Berkeadilan, Sesi 4 Refleksi Diri Hakim, Sesi 5 KEPPH sebagai Kekuatan Hakim, Sesi 6 KEPPH Sebagai Kerangka Pikir dan Perilaku Hakim, Sesi 7 Pemantapan KEPPH Melalui

Eksplorasi Diri Hakim, Sesi 8 Peningkatan Kekuatan dan Keutamaan Karakter Hakim.

Buku pemantapan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim ini telah dicetak dan dibagikan kepada hakim peserta pelatihan dan disebarluaskan kepada hakim lainnya pada seluruh wilayah pengadilan di Indonesia.

2) Penyusunan Konsep Modul dan Silabus Pelatihan Khusus Hukum Acara Perdata

Penyusunan modul dan silabus pelatihan khusus hukum acara perdata bertujuan untuk merancang kurikulum pendidikan untuk mengoptimalkan kemampuan peserta dalam: memahami hukum acara perdata, menerapkan hukum acara perdata dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara dengan berpedoman pada KEPPH, serta menghasilkan putusan yang mencerminkan nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

Beberapa materi yang akan disusun dalam modul dan silabus pelatihan khusus hukum acara perdata, sebagai berikut:

Tabel 25

Silabus Pelatihan Khusus Hukum Acara Perdata

NO. MATERI NARASUMBER WAKTU

1.

Orientasi Pelatihan Panitia 1 JPL

2.

Psikologi Hakim Winarini Wilman 8 JPL

3.

Asas Pokok Peradilan Ansyahrul 4 JPL

4.

Manajemen Persidangan

dalam Perspektif KEPPH Ansyahrul 4 JPL

5.

Praktik Hukum Acara Perdata dalam Perspektif KEPPH

Hirman

Purwana-suma 4 JPL

6.

Penyimpangan dalam Pe-nyusunan Putusan Perdata

Hirman

Purwana-suma 4 JPL

TOTAL 25 JPL

3) Penyusunan Konsep Buku Pemikiran Karya Prof. Zaenal Asikin Kusumah Atmadja, S.H.

Buku pemikiran Prof. Zaenal Asikin Kusuma Atmadja, S.H. disusun bertujuan sebagai referensi untuk meningkatkan kapasitas bagi para hakim. Sebagaimana diketahui bahwa pendapat para ahli hukum merupakan salah satu sumber hukum formil, Prof. Zaenal Asikin Kusumah Atmadja, S.H. Sebagai salah satu mantan hakim agung, pemikiran

beliau banyak sekali yang belum sempat dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan. Padahal pemikiran tersebut dapat dijadikan pegangan oleh para pemberi keadilan lainnya dalam menerima, memeriksa, dan memutus perkara.

4) Penyusunan Konsep Instrumen Pemantauan Keberhasilan Pelatihan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

Pemantauan keberhasilan pelatihan Pemantapan KEPPH dimaksudkan untuk mengukur dampak pelatihan Pemantapan KEPPH yang telah dilaksanakan.

Metode pemantauan dilakukan melalui:

 Observasi, dilakukan dengan pengamatan kepada hakim yang sedang dinilai selama beberapa hari di tempat dia bekerja

 Wawancara, dilakukan kepada hakim, atasan, bawahan, rekan sejawat, panitera, dan para pihak dengan meng-gunakan instrumen wawancara kepada hakim, atasan, rekan sejawat, panitera, bawahan dan para pihak.

e. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Hakim Lainnya

Pada tahun 2014, Komisi Yudisial juga memfasilitasi beberapa kegiatan Peningkatan Kapasitas Hakim yang diselenggarakan oleh:

1) Indonesian Legal Roundtable (ILR) dengan dukungan anggaran dari Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ); dan

2) Jimly School Law and Government dengan dukungan anggaran dari Konrad Adenauer Stiftung Jerman.

Komisi Yudisial dalam hal ini diminta untuk berkoordinasi dengan Mahkamah Agung dalam mengundang Peserta dan Narasumber.

Kegiatan peningkatan kapasitas hakim tersebut adalah:

1) Pelatihan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim

Pelatihan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) yang diadakan oleh Indonesian Legal Roundtable (ILR) dengan dukungan dari Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ). Pelatihan KEPPH ini dengan kurikulum pelatihan yang berasal dari pengembangan data pelaporan warga pencari keadilan.

Pelatihan KEPPH ini diadakan pada tanggal 14-17 April 2014 di Hotel Aston Manado dengan diikuti oleh 25 orang hakim dari lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama dalam wilayah Pengadilan Tinggi Manado dan Pengadilan Tinggi Gorontalo.

2) Workshop ”Implementasi Kode Etik & Pedoman Perilaku Hakim Perspektif Hukum Acara Perdata”

Workshop diselenggarakan oleh Jimly School Law and Government dengan dukungan dari Konrad Adenauer Stiftung Jerman, sebuah lembaga non profit yang berkomitmen terhadap pengembangan demokrasi dan peningkatan praktik rule of law.

Workshop ini diselenggarakan di:

 Semarang – Crowne Plaza Hotel, pada tanggal 23 - 25 Oktober 2014.

 Makassar – Sahid Jaya Hotel, pada tanggal 27 - 29 No-vember 2014.

Peserta workshop ini adalah hakim muda perdata di lingkungan Pengadilan Negeri Semarang dan sekitarnya serta Pengadilan Negeri Makassar dan sekitarnya.

b. Kesejahteraan Hakim

Jaminan kesejahteraan hakim sudah tertuang dalam Undang-Undang 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2012 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim yang Berada di Bawah Mahkamah Agung, namun peraturan tersebut hingga saat ini belum diimplementasikan secara optimal. Tercatat hingga pertengahan tahun 2013, sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2012 tentang “Hak Keuangan dan Fasilitas Hakim yang berada di bawah Mahkamah Agung”.Pemerintah baru memenuhi kenaikan tunjangan sedangkan gaji pokok, rumah dinas, biaya dinas, pensiun, dan hak-hak lainnya belum dipenuhi.

Upaya peningkatan kesejahteraan hakim pada tahun 2014 dilakukan dengan pemetaan kebutuhan kesejahteraan di wilayah perbatasan.

Pemetaan dilakukan melalui kunjungan kerja dan penyebaran kuesioner yang dilaksanakan pada hari Kamis s.d. Jum’at tanggal 22 s.d. 23 Mei 2014 di Pengadilan Negeri Tanjung Redeb, Pengadilan Agama Tanjung Redeb, Pengadilan Negeri Nunukan, dan Pengadilan Agama Nunukan.

Maksud dan tujuan dilakukan pemetaan tersebut adalah memotret secara langsung kondisi riil di pengadilan dan mendapatkan masukan/

feed back dari hakim yang bertugas di wilayah perbatasan sebagai bahanmasukanbagi Komisi Yudisial dalam rangka menyusun langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan hakim.

2.5 ADVOKASI

Pelaksanaan kegiatan advokasi hakim pada dasarnya telah dilaksanakan sebelum Peraturan Komisi Yudisial tentang Advokasi Hakim disusun dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan tugas advokasi hakim tetap memiliki payung hukum sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e Undang-Undang No 11 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial.

a. Advokasi Represif

Berdasarkan ketentuan Peraturan Komisi Yudisial Nomor 8 Tahun 2013 tentang Advokasi hakim, yang dimaksud dengan Advokasi hakim adalah rangkaian kegiatanuntuk mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.

Dalam peraturan dimaksud, disebutkan bahwa langkah-langkah yang diambil untuk melakukan langkah hukum dan/atau langkah lain yaitu:

1) Melakukan pemantauan terhadap perbuatan merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim,

2) Menyusun telaah terhadap adalanya laporan dan/atau informasi perbuatan merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim, 3) Melakukan penelusuran laporan dan/atau informasi untuk

mendapatkan data dukung terhadap pengolahan laporan dan atau informasi,

4) Melakukan analisis terhadap laporan dan atau informasi serta menentukan bentuk rekomendasi yang akan diajukan kepada ketua bidang untuk diajukan kedalam sidang pleno,

5) Pelaksanaan keputusan sidang pleno dalam bentuk pengambilan langkah hukum dan atau langkah lain. Langkah hukum adalah melaporkan orang-perorang, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim kepada penegak hukum dan memantau proses hukum sesuai prosedur hukum yang berlaku, sedangkan langkah lain adalah tindakan yang dilakukan Komisi Yudisial berupa koordinasi, mediasi, konsiliasi, dan/

atau somasi untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat hakim.

Adapun pelaksanaan langkah hukum dan atau langkah lain yaitu bertujuan untuk:

1) Menjaga kehormatan dan keluhuran martabat hakim dalam bentuk yang proporsional;

2) Melindungi kewibawaan peradilan sebagai sebuah institusi penegakan hukum dan keadilan;

3) Memberikan efek jera kepada pelaku yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim;

4) Mendorong terwujudnya peradilan yang adil dan bebas dari kekerasan.

Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Biro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakimmenyampaikan sebanyak 10 (sepuluh) rekomendasi pelaksanaan langkah hukum dan/atau langkah lain, yaitu:

1) Penanganan laporan Sdri. Ir. Aifi Indrastuti, S.H. (Pengacara) tentang Penghinaan terhadap hakim dalam pemberitaan Koran Suara Merdeka tanggal 31 Oktober 2013, yang dilakukan oleh John Richard Latuihamallo, S.H. (Pengacara).

2) Penanganan laporan Prof. Dr. Topane Gayuus Lumbuun, S.H., M.H., (Hakim Agung) tentang Fitnah/ Tuduhan dan Pemalsuan Dokumen yang disebarkan oleh media dan merugikan Pelapor dan Institusi Mahkamah Agung, yang dilakukan oleh Dedi Corbuzier cq. Manajemen Hitam Putih cq. Manajemen Trans7.

3) Penanganan Informasi perbuatan merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim terhadap Ketua Pengadilan Negeri Depok Prim Haryadi,SH, yang dilaporkan ke aparat kepolisian karena memerintahkan eksekusi dibawah tekanan massa atas sengketa lahan di Depok

4) Rekomendasi survey Judicial Education di Bandung

Survei yang dilaksanakan pada bulan Februari 2014 di Kota Bandung mempunyai beberapa rekomendasi yakni:

1) Pentingnya mendorong langkah-langkah strategis pencegahan terhadap perbuatan yang diduga merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat martabat hakim, misalnya melalui pendidikan atau penyadaran hukum kepada masyarakat pencari keadilan.

2) Mendukung MA untuk melakukan upaya peningkatan sistem manajemen keamanan baik di dalam maupun di luar persidangan (SDM, anggaran, sarana dan prasarana dll) secara sistemik dan berkelanjutan, misalnya melalui penegakan tata tertib persidangan secara tegas oleh hakim dan aparat pengadilan lainnya.

a) Perlunya membangun komunikasi dan kerjasama yang intensif tentang SDM dan anggaran keamanan persidangan antara Pengadilan, Kepolisian dan Kejaksaan, misalnya melalui pembentukan wadah komunikasi yang multistakeholders (dengan melibatkan antara Pengadilan, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Yudisial, masyarakat sipil, media massa, dll) untuk mewujudkan Pengadilan bebas kekerasan.

b) Perlunya mendorong keterlibatan Komisi Yudisial dalam penguatan sistem advokasi hakim secara berkelanjutan.

5) Rekomendasi hasil diskusi terbatas (diseminasi hasil survey) di Bandung.

Berdasarkan hasil survey di Bandung, dilakukan diseminasi dengan mengundang sejumlah stakeholder melalui forum diskusi terbatas yang menghasilkan beberapa rekomendasi, yaitu;

a) Pembentukan forum judicial education di Bandung

b) Penyusunan disain pembentukan pengamanan khusus pengadilan

c) Pengusulan adanya penganggaran khusus polisi khusus pengadilan

d) Pengusulan kesejahterahan hakim sebagai pejabat Negara.

6) Penanganan laporan Kasianus Telaumbanua, S.H., (Wakil Ketua PN Lubuk Linggau) tentang adanya perbuatan mengganggu proses persidangan dan menghina hakim yang dilakukan oleh Aktamal Ramadhan (anggota Polres Musi Rawas).

7) Penanganan informasi atas dugaan perbuatan merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim dalam persidangan Perkara nomor: 55/Pid.Sus/TPK/2014/PN.JKT.PST dengan terdakwa Sdr. Annas Urbaningrum, yang dilakukan oleh para pendukung terdakwa dalam bentuk meneriaki majelis hakim setelah menutup persidangan karena tidak memenuhi permintaan terdakwa untuk melakukan sumpah mubahalah (sumpah kutukan).

8) Penanganan informasi perbuatan merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim dalam Perkara Nomor 372/PID.B/2014/

PN.Smn. dengan terdakwa Sdr. Abd. Kholiq yang didakwa telah menyerang Felicianus Tualaka. Kasus tersebut LBH Jogyakarta menilai tuntutan jaksa 4 (empat) bulan kurang masa tahanan sangat ringan, dan akan menjadi preseden buruk dalam penegakkan hukum.

9) Penanganan informasi atas perbuatan pemukulan Kayat, S.H., (Wakil Ketua PN Barru) yang dilakukan oleh Sdr. Andi Khaeruddin selaku Wakil Ketua DPRD Kab. Barru.

10) Penanganan Laporan Prof. Dr. Gayus Lumbuun, S.H., M.H., dkk, atas adanya komentar terhadap putusan pidana mati yang dinilai tidak tepat oleh Djoko Sarwoko (Mantan Hakim Agung/ Juru Bicara MA), serta meminta pendapat KY terkait tafsiran dalam KEPPH Butir 3.2.

(4) perkara “tertentu”.

b. Advokasi Preventif (Judicial Education)

Kegiatan advokasi preventif tidak terdapat dalam penetapan kinerja Biro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan kapasitas Hakim tahun 2014, namun kegiatan ini dilaksanakan sebagai persiapan dalam pelaksanaan Judicial Education tahun 2015 dalam bentuk memberikan pelatihan atau kesadaran kepada seluruh stakeholders (pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat) yang berhubungan dengan pengadilan untuk tidak

melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.

Bentuk perbuatan merendahkan yang dikategorikan sebagai perbuatan contempt of court diantaranya adalah berperilaku tercela dan tidak pantas di pengadilan (misbehaving in court), tidak mentaati perintah-perintah di pengadilan (disobeying court orders), menyerang integritas dan imparsialitas pengadilan ( scandalizing the court), menghalangi jalannya penyelenggaraan pengadilan (obstructing justice), dan penghinaan terhadap pengadilan yang dilakukan secara pemberitaan atau publikasi (subjudice rule), disamping itu, bentuk perbuatan merendahkan kehormatan hakim lainnya dilakukan dalam bentuk mengancam keamanan hakim didalam maupun diluar persidangan. Beberapa kegiatan terkait dengan advokasi preventif yang sudah dilakukan di tahun 2014, yaitu:

1) menyusun disain kegiatan serta melakukan langkah persiapan kegiatan yang dilakukan pada tahun 2014,

2) melakukan pemetaan terhadap wilayah rawan (tingkat merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim), kemudian menentukan 6 (enam) wilayah tersebut sebagai tempat pelaksanaan kegiatan judicial education tahun 2015.

3) Penyusunan dan penyebaran kuesioner (survey) serta wawancara mendalam untuk mengetahui kondisi riil dan persepsi hakim, masyarakat serta aparat penegak hukum lainnya terhadap perbuatan merendahkan kehormatan diwilayah tersebut.

4) Diseminasi hasil penyebaran kuesioner untuk mendapatkan tanggapan atau uji publik terhadap hasil temuan survey yang hasilnya digunakan sebagai bahan dalam penyusunan modul pelatihan dalam kegiatan judicial education.

Pelaksanaan survey direncanakan dilaksanakan di 5 Kota, dan pada tahun 2014 telah dilaksanakan di kota Bandung, sedangkan untuk 4 kota lainnya akan dilanjutkan pada tahun 2015. Hasil survei di Bandung tersebut masih akan diproses lebih lanjut untuk dimanfaatkan dalam penyusunan modul untuk pelatihan kepada masyarakat, aparat penegak hukum, dan media pada kegiatan Judicial Education yang akan dilaksanakan pada tahun 2015.

Penguatan

Dokumen terkait