• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Analisis Jalur dan Pengujian Hipotesis

2. Hubungan antar variabel

a. Hubungan antara faktor internal dengan partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang dan kualitas hidup

Hasil analisis jalur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan secara langsung antara faktor internal dengan partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang dan hubungan secara tidak langsung kualitas hidup lansia dengan faktor internal melalui partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang. Faktor internal berhubungan positif dan signifikan dengan partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang dan kualitas hidup yang berarti bahwa apabila variabel faktor internal mengalami peningkatan maka partisipasi dalam pemanfaatan waktu luang dan kualitas hidup juga akan mengalami peningkatan. Faktor internal terdiri dari dimensi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status kesehatan, status perkawinan, tingkat kognitif, tingkat depresi dan tingkat spiritual. Pada dimensi pekerjaan biasanya berkorelasi dengan pendapatan. Pendapatan merupakan jumlah dari penghasilan seseorang setiap bulannya. Pendapatan merupakan faktor yang cukup dominan untuk mempengaruhi keputusan seseorang terhadap pemenuhan kebutuhan hidup. Menurut Azis et al.

(2010) sekitar 70% penduduk yang bekerja di sector informal tidak mempunyai penghasilan regular yang dapat diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut berkorelasi dengan

commit to user

pendidikan yang rendah. Farzianpour (2012) menjelaskan bahwa pendidikan dan pendapatan merupakan faktor yang paling penting dari kualitas hidup. Pendidikan yang rendah akan menghasilkan pendapatan yang rendah pula. Kemiskinan terjadi sebagai dampak dari pendapatan yang rendah yang akan berdampak pada derajat kesehatan dan kualitas perumahan dan akhirnya kualitas hidup pun akan rendah. Kualitas hidup dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan diteliti pula oleh Kosim et al. (2015) yang menyimpulkan bahwa apabila pendapatan mengalami kenaikan maka akan memengaruhi pada pemenuhan kebutuhan yang akan meningkatkan kualitas hidup.

Tingkat kognitif dan tingkat spiritual mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap partisipasi pemanfaatan waktu luang lansia.

Peningkatan skor tingkat kognitif dan tingkat spiritual lansia akan diikuti oleh peningkatan skor partisipasi pemanfaatan waktu luang.

Pemanfaatan waktu luang dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer’s (Wang et al., 2006; Wilson et al., 2002). Risiko penurunan tingkat kognitif dan depresi dapat dikurangi dengan melakukan aktivitas pemanfaatan waktu luang (Pressman et al., 2009).

Verghese et.al (2009) menemukan pula hubungan erat antara aktivitas kognitif dengan resiko penurunan kognitif pada lansia dengan Vascular Cognitive Impairment (VCI) dengan atau tanpa demensia. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi pemanfaatan waktu luang yang melibatkan aktivitas kognitif dapat meningkatkan fungsi kognitif.

Menurut teori psikososial Erickson (1968), lansia berada pada tahap integritas yang merupakan suatu keadaan dimana seseorang telah mencapai penyesuaian diri terhadap berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya. Studi partisipasi pemanfaatan waktu luang menunjukkan bahwa partisipasi pemanfaatan waktu luang berkaitan erat dengan kepuasan hidup dan kesejahteraan (Blace, 2012; Nilsson &

Fisher, 2006). Lansia yang tidak mengalami depresi memiliki kecenderungan untuk memiliki kualitas hidup baik lebih tinggi.

commit to user

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan waktu luang memiliki korelasi negatif dengan stres (Iso-ahola & Park, 1996) dan gejala depresi (Lu, 2011; Dergance et al., 2003). Aktivitas pemanfaatan waktu luang juga berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas kesehatan.

b. Hubungan antara faktor eksternal, partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang dan kualitas hidup

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan secara langsung antara faktor eksternal dengan kualitas hidup lansia dan hubungan secara tidak langsung kualitas hidup lansia dengan faktor eksternal melalui partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang.

Faktor eksternal berhubungan positif dan signifikan dengan partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang dan kualitas hidup yang berarti bahwa apabila variabel faktor eksternal mengalami peningkatan maka partisipasi dalam pemanfaatan waktu luang dan kualitas hidup juga akan mengalami peningkatan.

Permasalahan yang dialami lansia meliputi masalah psikis maupun fisik, pada kondisi fisik seperti terserang berbagai penyakit kronis dan kondisi psikis seperti stres, depresi, kesepian dan nekad melakukan upaya bunuh diri. Kejadian ini mempengaruhi kualitas hidup lansia.

Dukungan teman sebaya merupakan jenis dukungan sosial yang menggabungkan informasi, penilaian (umpan balik/feedback), dan bantuan emosional, yang diberikan oleh individu berpengalaman untuk berbagi pengalaman sebelumnya dengan karakteristik yang sama (yaitu usia, jenis kelamin, lokasi, budaya, status sosial ekonomi) (Ayers, 1989;

Gottlieb, 1983). Dukungan teman sebaya merupakan sumber alami yang melekat pada jaringan sosial individu (seperti keluarga, teman, anggota spiritual, tetangga) (Colella & King, 2004). Dukungan teman sebaya dapat memberikan jenis bantuan emosional, sosial, dan praktis untuk mencapai dan mempertahankan perilaku yang kompleks dalam pengelolaan kondisi dan tetap sehat (Brownson & Heisler, 2009; Dunn

commit to user

et. al., 2003; Fisher & Brownson, 2005; Norris et. al., 2006; &

Solomon, 2004).

Terjadi pergeseran paradigma arah pengembangan upaya kesehatan di Indonesia dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat.

Permerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk kelompok lansia. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu kebijakan dalam isu dan rancangan kebijakan pembangunan kesehatan (Setiaji, 2014). Dengan kebijakan atau pun regulasi yang dikeluarkan pemerintah diharapkan dapat ditindaklanjuti dan diimplementasikan demi peningkatan kualitas hidup masyarakat khususnya penduduk lansia.

Lingkungan, termasuk didalamnya aspek keamanan dan kenyamanan, kemudahan akses untuk hubungan sosial/kesehatan dan juga keumudahan akses untuk transportasi dan melakukan aktivitas pemanfaatan waktu luang yang disukai (Skevingtonetal, 2004). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal (WHO, 1998). Lingkungan rumah yang nyaman akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Bagaimana individu dapat terfasilitasi untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri menjadi indikator lingkungan yang baik untuk mengukur kualitas hidup (WHO, 1998).

Semakin baik dukungan keluarga maka tempat tinggalnya semakin baik dan depresi semakin menurun sehingga meningkatkan kualitas hidup lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati dan Rahayu (2015) dan di dukung oleh penelitian Soosova (2016) menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang tinggi memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup lansia. Dukungan keluarga merupakan dukungan yang diberikan keluarga kepada lansia, dimana dukungan ini sangat dibutuhkan lansia selama menjalani kehidupannya sehingga lansia

commit to user

merasa diperhatikan dan dihargai. Hal ini sejalan dengan teori Maryam (2008) bahwa keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya.

Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh aspek sosial dan lingkungan berkaitan erat dengan lingkungan tempat tinggal lansia. Lansia pada umumnya tinggal bersama dengan keluarga, namun tidak sedikit karena suatu hal ada lansia yang tinggal di panti Wredha. Banyak negara memasukkan lansia di panti jompo merupakan hal yang biasa, namun di budaya kita adat dan kebudayaannya masih kental, memelihara, menjaga dan merawat anggota keluarga yang sudah tua merupakan suatu kewajiban. Tempat terbaik bagi lansia untuk menghabiskan masa tua adalah berada di tengah keluarga. Lansia yang tinggal bersama keluarga memiliki kualitas hidup yang lebih baik (Putri et al., 2014).

c. Hubungan antara kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari, partisipasi dalam pemanfaatan waktu luang dan kualitas hidup lansia

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan secara langsung antara kemandirian dengan partisipasi dalam pemanfaatan waktu luang lansia, serta hubungan tidak langsung kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari dengan kualitas hidup lansia melalui partisipasi dalam pemanfaatan waktu luang. Kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari berhubungan positif dan signifikan dengan partisipasi dalam pemanfaatan waktu luang yang berarti bahwa apabila variabel kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari mengalami peningkatan maka partisipasi dalam pemanfaatan waktu luang juga akan mengalami peningkatan. Semakin mandiri seorang lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari maka semakin besar pula kesempatan lansia untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan waktu luang.

Kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam diri lansia diantaranya umur (Potter,

commit to user

2004), kesehatan fisiologis (Bonder, 2009), fungsi kognitif (Dorland, 2002), fungsi psikologis (Tamher, 2009) dan tingkat stres (Miller, 1995). Faktor dari luar berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, serta ritme biologi (Levy, 1998).

Dokumen terkait