• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Analisis Jalur dan Pengujian Hipotesis

1. Partisipasi Lansia dalam Pemanfaatan Waktu Luang

Partisipasi lansia dalam pemanfaatan waktu luang dapat dilihat dari indikator karakteristik aktivitas, frekuensi, kemampuan, kemauan dan kesempatan. Karakteristik aktivitas aktif dalam pemanfaatan waktu luang lansia di Kabupaten Karanganyar yang paling sering dilakukan di saat muda adalah berkebun (58%), di waktu sekarang adalah jalan-jalan (44%), serta di waktu yang akan datang adalah jalan-jalan (47%). Karakteristik aktivitas aktif dalam pemanfaatan waktu luang lansia di Kota Surakarta yang paling sering dilakukan di saat muda adalah memasak (44%), di

commit to user

waktu sekarang adalah memasak (49%), serta di waktu yang akan datang adalah memasak (41%). Penelitian Ravertz (1996) menggambarkan aktivitas yang lain yang biasa dilakukan oleh laki-laki adalah berkebun (dilakukan sendiri), sedangkan bagi kaum wanita adalah kerajinan tangan. Karakteristik aktivitas yang paling sering hampir sama yaitu berkebun. Hal ini terbukti pada karakteristik penduduk saat lansia masih muda dengan lansia pada waktu itu adalah berkebun. Namun ternyata ada kecenderungan perubahan aktivitas untuk waktu yang akan datang yaitu jalan-jalan. Jalan-jalan yang dimaksud ternyata bukan sekedar jalan kaki, namun merupakan kalimat yang berkonotasi untuk pergi keluar rumah untuk tamasya, bersenang-senang dan mencari hiburan.

Karakteristik aktivitas pasif yang paling sering dilakukan di saat muda baik di Kabupaten Karanganyar maupun Kota Surakarta adaah sama yaitu menoton TV. Kabupaten Karanganyar pada waktu dulu (68%), waktu sekarang (72%) dan waktu yang akan datang (72%) adalah melihat TV.

Kota Surakarta menunjukkan pada waktu dulu (43%), waktu sekarang (50%) dan waktu yang akan datang (40%) adalah melihat TV. Sedikit berbeda dengan hasil penelitian Nurhidayah (2016) dimana lansia Desa Sobokerto Ngemplak Boyolali menggunakan waktu luangnya dengan aktivitas pemanfaatan waktu luang pasif dan aktif, tapi cenderung pada aktivitas pemanfaatan waktu luang pasif, diantaranya: duduk santai (sembari menikmati media elektronik, menikmati kesenian, istirahat atau sekedar duduk), berbincang-bincang atau “ngobrol”, gerak badan, mengikuti kegiatan kemasyarakatan, dan beraktivitas ringan. Aktivitas yang paling sering mereka kerjakan pada saat mempunyai waktu luang adalah duduk santai. Aktivitas pemanfaatan waktu luang pasif yang paling banyak dilakukan oleh laki-laki dan perempuan di London, hasil General Household Survey (1983) (90%) adalah menonton televisi. Rata-rata seseorang menonton televisi 26 jam setiap minggunya. Hasil penelitian karakteristik aktivitas pasif ini sama dengan hasil penelitian ini. Dengan bertambahnya usia, kondisi fisik akan cenderung semakin melemah sehingga mereka akan mengerjakan aktivitas sesuai dengan kapasitas kemampuan mereka (Rogers & Holm, 2008). Aktivitas-aktivitas

commit to user

leisure terutama yang tergolong dalam kategori leisure pasif akan sangat mudah mereka lakukan, karena tidak banyak membutuhkan energi dan keterampilan, seperti menonton televisi dan berbincang-bincang dengan tetangga atau teman (Knox, 2000).

Karakteristik aktivitas sosialisasi yang paling sering dilakukan di saat muda (67,5%), di waktu sekarang (63,75%) dan waktu yang akan datang (68,75%) adalah silaturahmi. Aktivitas-aktivitas leisure lain yang dikerjakan juga oleh kebanyakan orang diantaranya: makan keluar, menari atau dansa, mendengarkan musik dan mengunjungi/pergi main ke tempat teman (Ravertz, 1996). Meskipun jarak tahun berselang lama, namun sampai sekarang aktivitas lain dalam hal ini yang bersifat sosialisasi masih relatif sama yaitu silaturahmi.

Frekuensi dalam partisipasi pemanfaatan waktu luang lansia paling banyak 45% dilakukan setiap hari. Hasil penelitian di Inggris, pensiunan (laki-laki) mempunyai waktu 90 jam per minggu untuk aktivitas waktu luang dan pensiunan perempuan mempunyai 70 jam per minggu (Social Trens, 1994). Taylor (2003) menyebutkan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, maka akan sangat berpengaruh pada kesehatan fisik, psikologi dan sosial. Oleh karena itu keterlibatan aktivitas pemanfaatan waktu luang sangat penting bagi lansia.

Partisipasi pemanfaatan waktu luang lansia secara keseluruhan terkategori tinggi (63.5%). Kemauan lansia berpartisipasi dalam pemanfaatan waktu luang paling banyak terkategori sedang (64%).

Kemampuan lansia untuk berpartisipasi pemanfaatan waktu luang lansia tertinggi terkategori tinggi (81%). Kesempatan yang dimiliki lansia untuk berpartisipasi pemanfaatan waktu luang lansia terkategori tinggi dengan persentase 60.5%. Data menunjukkan bahwa meskipun lansia memiliki kemampuan dan kesempatan yang tinggi untuk berpartisipasi pemanfaatan waktu luang namun kemauan berpartisipasi dalam pemanfaatan waktu luang masih perlu ditingkatkan. Pengalaman tentang kebebasan beraktivitas sangat diperlukan dalam mendefinisikan aktivitas pemanfaatan waktu luang

commit to user

yang dilakukan dengan penuh kesadaran (Sellar & Boshoff, 2006). Varshney (2007) menyebutkan bahwa berpartisipasi dalam pemanfaatan waktu luang merupakan prediktor untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan status kesehatan dan fungsi fisik pada lansia.

Meskipun ada literatur yang menyebutkan bahwa terdapat sedikit perbedaan pada pemilihan aktivitas leisure yang dikarenakan faktor jenis kelamin dan sosiodemografi (Kronlöf, dkk, 2005), akan tetapi kenyataannya faktor ini tidak dapat diabaikan. Para lansia, khususnya wanita, lebih banyak memilih menggunakan waktunya untuk mengasuh cucu apabila kedua orang tuanya sedang bekerja (Withnall dkk, 2006). Para lansia yang masih mempunyai beban keluarga, maka masalah pekerjaan bisa mengurangi kebebasan mereka untuk menikmati pentingnya aktivitas yang bersifat rekreasi, menyenangkan dan bermakna (Glantz & Richman, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indawati (2005), di Kecamatan Pacitan, Surabaya memberikan gambaran tentang ciri masyarakat tradisional yaitu, riwayat pendidikan rendah (95,1 %) sehingga tidak heran apabila masyarakat desa terutama para lansia jarang meluangkan waktunya untuk aktivitas membaca.

Pola aktivitas leisure dipengaruhi oleh kondisi status perekonomian secara umum antara kota tempat tinggal dengan masing-masing individu.

Keuangan sering menyediakan kesempatan untuk mendapatkan hal yang diinginkan, sedangkan industri akan menyediakan fasilitas. Ketersediaan fasillitas berbeda pada setiap daerah, dan akan sangat jauh berbeda antara daerah tertinggal dengan daerah yang maju. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pacitan, Surabaya memberikan gambaran ciri masyarakat tradisional yaitu kondisi ekonomi kurang (Indawati, 2005), sehingga walaupun terdapat fasilitas dan berbagai tawaran aktivitas leisure, mereka akan menghabiskan pendapatan dengan proporsi yang besar pada keperluan/kebutuhan pokok, seperti makanan, bahan bakar dan penerangan, pakaian dan transportasi, dan agar semua kebutuhan itu seimbang, mereka akan menunda untuk berbelanja sesuatu yang tidak begitu penting (Gidden, 1993).

commit to user

Karakteristik petunjuk sosial, aturan, kepercayaan, norma dan kebiasaan yang diperoleh masyarakat berpengaruh terhadap cara pikir dan kebiasaan suatu kelompok, sehingga akan berpengaruh juga dalam memilih, menentukan dan merasakan aktivitas yang bersifat menyenangkan dan memuaskan (Trombly & Radomski, 2008; Ravertz, 1996; Hanson, 2002).

Banyak bentuk kebiasaan baru yang timbul menjadi budaya yang memasyarakat seperti, berkumpul dengan keluarga atau arisan keluarga, berbagi makanan, berbincang-bincang, menari dan menikmati musik. Akan tetapi penerimaan budaya dalam masyarakat berbeda-beda (Ravertz, 1996).

Aktivitas yang membudaya di suatu daerah belum tentu familiar di lain daerah, seperti halnya permainan golf, dart dan bowling akan terasa asing bagi para lansia yang hidup di daerah kurang maju dan aktivitas-aktivitas itu juga belum pernah dilakukan oleh para lansia di daerah yang dijadikan tempat penelitian. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan pada saat waktu luang lansia adalah duduk santai (sembari menikmati media elektronik, istirahat atau sekedar duduk), berbincang-bincang/ngobrol, gerak badan, mengikuti kegiatan kemasyarakatan, dan beraktivitas ringan. Aktivitas yang dilakukan oleh seluruh partisipan adalah duduk santai (Nurhidayah, 2016).

Salah satu konsep pembelajaran tentang pemanfaatan waktu luang adalah pilihan. Seseorang akan memanjakan dirinya dengan aktivitas yang dapat membuatnya merasakan kebebasan. Pemanfaatan waktu luang secara alami adalah mengerjakan sesuatu tanpa adannya paksaan dalam melakukannya, sehingga seseorang akan bebas memilih apa yang akan dikerjakannya. Waktu pemanfaatan waktu luang adalah waktu yang digunakan dalam aktivitas terpilih atau tidak beraktivitas (Ravertz, 1996). Konsep pemanfaatan waktu luang ini sedikit berbeda dengan temuan hasil penelitian. Persepsi terhadap pemanfaatan waktu luang lansia didapatkan persentase tertinggi pada kategori tinggi (78,1%). Pada pengetahuan diketahui persentase tertinggi pada kategori tinggi (50%). Pengalaman diperoleh persentase terbesar 84% pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi lansia terhadap pemanfaatan waktu luang secara umum dalam kategori tinggi.

commit to user

Namun ternyata persepsi pemanfaatan waktu luang ini tidak berkorelasi dengan partisipasi pemanfaatan waktu luang. Analisis data pada partisipasi pemanfaatan waktu luang juga menunjukkan bahwa frekuensi partisipasi pemanfaatan waktu luang masih sangat kurang yaitu kurang dari sebulan sekali. Kemampuan dan kesempatan terkategori tinggi namun kemauan masih dalam kategori sedang. Hal ini membuktikan bahwa masih kurang kesadaran pada diri lansia dalam partisipasi pemanfaatan waktu luang, meskipun sebetulnya mereka memiliki persepsi, kemampuan dan kesempatan yang baik.

Dokumen terkait