• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 2 ,8 % )

Kepulen an Memb ramo Kep ulenan C iliw ung

Kepulen an C isok an k epulen an C iherang

A roma M emb ramo A ro ma C iliw ung

A roma C isok an

A roma C iherang

Rasa Membramo

Rasa C iliw ung

Rasa C isok an Rasa C iherang Sumbar Papua Jabar S ulsel

Gambar 16. Biplot Dimensi 1 vs Dimensi 2 uji hedonik atribut rasa, aroma, dan tekstur nasi dari varietas Cisokan, Ciherang, Ciliwung, dan Membramo yang masing-masing berasal dari Sumatra Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua.

J. HUBUNGAN ANTARA ANALISIS DESKRIPTIF DAN UJI

PREFERENSI

1. Preferensi Kelompok Konsumen Jawa Barat

Untuk semakin memperjelas hubungan antara preferensi konsumen dengan deskripsi rasa, aroma, dan tekstur nasi dari masing-masing varietas, maka dilakukan analisis statistik menggunakan PLS (Partial Least Square Regression). Variabel X digunakan sebagai atribut deskripsi, sedangkan variabel preferensi konsumen sebagai matriks Y.

Hasil analisis PLS untuk konsumen Jawa Barat membuktikan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat dipengaruhi oleh rasa, aroma, dan tekstur nasi itu sendiri. Gambar

score plot pada lampiran 29 menunjukkan mengenai kesukaan konsumen Jawa Barat

terhadap keempat varietas yang diujikan. Ditinjau dari component 1, preferensi konsumen Jawa Barat terhadap aroma nasi cenderung menyukai varietas Cisokan, Ciliwung, dan Membramo.

Koefisien regresi preferensi konsumen Jawa Barat terhadap atribut aroma nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = 4,85952-0,0024 Manis + 0,03139 Nutty + 0,04445 Vanilla - 0,09376 Pandan - 0,0534 Buttery

R2 = 0,997675

Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 29) terlihat bahwa aroma yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Jawa Barat adalah aroma vanilla (+) dan pandan (-). Korelasi positif menunjukkan semakin tinggi nilai koefisien regresi, maka semakin tinggi preferensi konsumen dan sebaliknya dengan korelasi negatif, semakin tinggi nilai koefisien regresi, maka semakin rendah preferensi konsumen. Aroma lain yang berkorelasi positif dan negatif adalah nutty dan

61

yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat yang dapat ditunjukkan oleh aroma nasi adalah sebesar 99,7675%.

Koefisien regresi preferensi konsumen Jawa Barat terhadap atribut rasa nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y= 3,72343 + 0,03651 Manis - 0,08397 Asin + 0,1459 Gurih R2 = 0,823667

Gambar score plot pada lampiran 29 menginformasikan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat terhadap rasa nasi yang ditinjau dari component 1 antara varietas Ciliwung dan Cisokan cenderung memiliki kesukaan yang sama, sedangkan antara varietas Ciherang dan Membramo membentuk preferensi tersendiri. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 29) terlihat bahwa rasa nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Jawa Barat adalah rasa gurih (+) dan asin (-), sementara rasa manis bersifat netral (mendekati nol). Nilai regresi kuadrat yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat yang dapat ditunjukkan oleh rasa nasi adalah sebesar 82,3667%.

Koefisien regresi preferensi konsumen Jawa Barat terhadap atribut tekstur nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = -1,08993 - 0,02675 Adhesif + 0,02491 Kekerasan - 0,04067 Kohesif + 0,05317 Kekasaran + 0,0117 Toothpull + 0,10851 Ukuran Partikel

R2 = 0,999999

Gambar score plot pada lampiran 29 menginformasikan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat terhadap tekstur nasi yang ditinjau dari component 2, varietas Ciliwung dan Membramo memiliki tingkat kesukaan yang relatif sama. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 29) terlihat bahwa tekstur nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Jawa Barat adalah kekasaran dan ukuran partikel (+), kohesif (-). Sementara itu, atribut adhesif, kekerasan, dan toothpull bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat yang dapat ditunjukkan oleh tekstur nasi adalah sebesar 99,999%.

2. Preferensi Konsumen Sumatra Barat

Hasil analisis PLS untuk konsumen Sumatra Barat membuktikan bahwa preferensi konsumen Sumatra Barat dipengaruhi oleh rasa, aroma, dan tekstur nasi itu sendiri. Gambar score plot pada lampiran 30 jika ditinjau dari component 2, aroma nasi dari varietas Ciherang, Ciliwung dan Membramo memiliki sifat kesukaan yang mirip. Varietas Cisokan ditempatkan pada kelompok tersendiri yang berbeda dengan yang lain.

Koefisien regresi preferensi konsumen Sumara Barat terhadap atribut aroma nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = -2,02545 + 0,02959 Manis + 0,06018 Nutty + 0,03096 Vanilla + 0,15595 Pandan + 0,05602 Buttery

R2 = 0,992553

Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi terlihat bahwa aroma yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Jawa Barat adalah aroma pandan (+). Korelasi positif menunjukkan semakin tinggi nilai koefisien regresi, maka semakin tinggi preferensi konsumen. Aroma manis, nutty, vanilla, dan buttery bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat yang dapat ditunjukkan oleh aroma nasi adalah sebesar 99,2553%.

62

Koefisien regresi preferensi konsumen Sumatra Barat terhadap atribut rasa nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = 3,30119 + 0,01801 Manis + 0,06278 Asin - 0,01081 Gurih R2 = 0,394069

Gambar score plot pada lampiran 30 jika ditinjau dari component 2, rasa nasi dari varietas Ciherang, Ciliwung dan Membramo memiliki sifat kesukaan yang mirip. Varietas Cisokan ditempatkan pada kelompok tersendiri yang berbeda dengan yang lain. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 30) terlihat bahwa rasa nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Sumatra Barat adalah rasa asin (-), sementara rasa manis dan gurih bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Sumatra Barat yang dapat ditunjukkan oleh rasa nasi adalah sebesar 39,4069%.

Koefisien regresi preferensi konsumen Sumatra Barat terhadap atribut tekstur nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = 13,465 + 0,0391 Adhesif + 0,0335 Kekerasan - 0,0212 Kohesif - 0,0839 Kekasaran - 0,085 Toothpull - 0,0871 Ukuran Partikel

R2= 0,999744

Gambar score plot pada lampiran 30 yang ditinjau dari component 2 menginformasikan bahwa kesukaan konsumen Sumatra Barat terhadap tekstur nasi dari varietas Ciherang dan Cisokan memiliki preferensi yang mirip. Selain kedua varietas tersebut, tekstur nasi dari varietas Membramo dan Ciliwung juga mempunyai preferensi yang relatif sama. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 30) terlihat bahwa tekstur nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Sumatra Barat adalah kekerasan dan adhesif (+); Ukuran partikel (-). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Jawa Barat yang dapat ditunjukkan oleh tekstur nasi adalah sebesar 99,9744%.

3. Preferensi Konsumen Sulawesi Selatan

Hasil analisis PLS untuk konsumen Sulawesi Selatan membuktikan bahwa preferensi konsumen Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh rasa, aroma, dan tekstur nasi itu sendiri. Gambar score plot pada lampiran 31 yang ditinjau dari component 2 menunjukkan bahwa aroma nasi dari varietas Cisokan, Ciliwung, dan Ciherang memiliki sifat kesukaan yang mirip, sedangkan Membramo ditempatkan pada kelompok tersendiri yang berbeda dengan yang lain.

Koefisien regresi preferensi konsumen Sulawesi Selatan terhadap atribut aroma nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = 6,28051 - 0,01826 Manis + 0,0348 Nutty+ 0,03264 Vanilla - 0,06495 Pandan - 0,09552 Buttery

R2 = 0,992553

Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 31) terlihat bahwa aroma yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Sulawesi Selatan adalah aroma vanilla dan nutty (+); pandan dan buttery (-). Korelasi positif menunjukkan semakin tinggi nilai koefisien regresi, maka semakin tinggi preferensi konsumen dan sebaliknya dengan korelasi negatif, semakin tinggi nilai koefisien regresi, maka semakin rendah preferensi konsumen. Sementara itu, aroma manis bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Sulawesi Selatan yang dapat ditunjukkan oleh aroma nasi adalah sebesar 99,2553%.

Koefisien regresi preferensi konsumen Sulawesi Selatan terhadap atribut rasa nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

63

Y = 5,24163 + 0,02047 Manis - 0,18608 Asin + 0,14613 Gurih R2 = 0,398384

Gambar score plot pada lampiran 31 yang ditinjau dari component 2 menginformasikan bahwa rasa nasi dari varietas Ciliwung, dan Ciherang memiliki sifat kesukaan yang mirip, sedangkan Membramo dan Cisokan ditempatkan pada kelompok tersendiri yang memiliki preferensi yang relatif sama. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 32) terlihat bahwa rasa nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Sulawesi Selatan adalah rasa gurih (+) dan rasa asin (-), sementara rasa manis bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Sulawesi Selatan yang dapat ditunjukkan oleh rasa nasi adalah sebesar 39,8384%.

Koefisien regresi preferensi konsumen Sulawesi Selatan terhadap atribut tekstur nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = -1,14137 - 0,02918 Adhesif+ 0,02703 Kekerasan - 0,09234 Kohesif + 0,07943 Kekasaran - 0,00065 Toothpull + 0,14553 Ukuran Partikel

R2 = 0,999911

Gambar score plot pada lampiran 31 yang ditinjau dari component 2 menunjukkan bahwa tekstur nasi dari varietas Ciliwung dan Membramo memiliki sifat kesukaan yang mirip, sedangkan Ciherang dan Cisokan ditempatkan pada kelompok tersendiri yang mempunyai preferensi yang relatif sama. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 31) terlihat bahwa tekstur nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Sulawesi Selatan adalah kekasaran dan ukuran partikel (+), kohesif (-). Sementara itu, atribut adhesif, kekerasan, dan toothpull bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Sulawesi Selatan yang dapat ditunjukkan oleh tekstur nasi adalah sebesar 99,9911%.

4. Preferensi Konsumen Papua

Hasil analisis PLS untuk konsumen Papua membuktikan bahwa preferensi konsumen Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh rasa, aroma, dan tekstur nasi itu sendiri. Gambar score plot pada lampiran 32 menunjukkan bahwa aroma nasi dari varietas Cisokan dan Ciherang memiliki kesukaan yang sama (ditinjau dari component 2). Hal serupa terjadi antara Membramo dan Ciliwung yang memiliki sifat kesukaan yang relatif mirip yang ditempatkan pada kelompok tersendiri yang berbeda dengan yang lain.

Koefisien regresi preferensi konsumen Papua terhadap atribut aroma nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = 5,28598+ 0,00487 Manis -0,04405 Nutty -0,00848 Vanilla -0,11498 Pandan + 0,033 Buttery

R2 = 0,992976

Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 32) terlihat bahwa aroma yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Papua adalah aroma buttery (+) dan pandan (-). Korelasi positif menunjukkan semakin tinggi nilai koefisien regresi, maka semakin tinggi preferensi konsumen dan sebaliknya dengan korelasi negatif, semakin tinggi nilai koefisien regresi, maka semakin rendah preferensi konsumen. Sementara itu, aroma manis, nutty, dan vanilla bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Papua yang dapat ditunjukkan oleh aroma nasi adalah sebesar 99,2976%.

64

Koefisien regresi preferensi konsumen Papua terhadap atribut rasa nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = 6,18152 + 0,19746 Manis -0,16674 Asin -0,3095 Gurih R2 = 0,92964

Gambar score plot pada lampiran 32 menunjukkan bahwa rasa nasi dari varietas Ciliwung dan Ciherang memiliki kesukaan yang sama (ditinjau dari component 2). Hal serupa terjadi antara Membramo dan Cisokan yang memiliki sifat kesukaan yang relatif mirip yang ditempatkan pada kelompok tersendiri yang berbeda dengan yang lain. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi terlihat bahwa rasa nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Papua adalah rasa manis (+) dan rasa gurih serta asin (-). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Papua yang dapat ditunjukkan oleh rasa nasi adalah sebesar 92,964%.

Koefisien regresi preferensi konsumen Sulawesi Selatan terhadap atribut tekstur nasi yang dihasilkan dari hasil analisis PLS menghasilkan persamaan :

Y = 0,159004 -0,013738 Adhesif + 0,053877 Kekerasan + 0,024992 Kohesif -0,017795 Kekasaran -0,007644 Toothpull + 0,044906 Ukuran Partikel

R2 = 0,999849

Gambar score plot pada lampiran 32 menunjukkan bahwa preferensi konsumen Papua terhadap tekstur nasi yang ditinjau dari component 2 menunjukkan preferensi yang relatif mirip antara Membramo dan Ciliwung. Hal serupa terjadi antara varietas Ciherang dan Cisokan yang memiliki sifat kesukaan yang relatif sama yang ditempatkan pada kelompok tersendiri yang berbeda dengan yang lain. Berdasarkan koefisien regresi yang tertinggi dan loading plot (lampiran 32) terlihat bahwa tekstur nasi yang paling mempengaruhi preferensi konsumen Papua adalah kekerasan dan ukuran partikel (+); adhesif dan kekasaran (-). Sementara itu, atribut kohesif dan toothpull bersifat netral (mendekati nol). Nilai faktor regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa preferensi konsumen Papua yang dapat ditunjukkan oleh tekstur nasi adalah sebesar 99,9849%.

V. SIMPULAN DAN SARAN