• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Kepuasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.6 Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Tingkat Kepuasan

Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara faktor eksternal yaitu: gaji, kesempatan maju, kondisi kerja, dan perilaku atasan dengan tingkat kepuasan.

Tabel 25 Hasil uji korelasi Spearman faktor eksternal dengan tingkat kepuasan pekerja staf

Tingkat kepuasan Gaji Kesempatan

Maju

Kondisi

Kerja Perilaku Atasan

Correlation Coefficient 0,568* 0,703** 0,533* 0,598**

Signifikan 0,014 0,001 0,023 0,009

*. Berkorelasi signifikan pada 0.05 level. **. Berkorelasi signifikan pada 0.01 level.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman pada Tabel 25 terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara gaji dan kondisi kerja pekerja staf dengan tingkat kepuasan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi gaji dan kondisi kerja, yaitu: 0,568* dan 0,533* dan nilai Signifikan hitung < nilai α (0,05), sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya semakin tinggi gaji yang

diterima, semakin besar tingkat kepuasannya. Begitu juga dengan kondisi kerja, semakin baik kondisi kerja yang diberikan maka semakin besar tingkat kepuasannya. Oleh karena itu, pihak HPGW harus merumuskan gaji yang akan diberikan kepada pekerja staf, sehingga tidak terjadi penurunan tingkat kepuasan

terhadap gaji. Begitu juga dengan kondisi kerja, HPGW harus menciptakan kondisi kerja yang baik dan nyaman bagi pekerja.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Spearman terdapat hubungan yang sangat signifikan dan positif antara kesempatan maju, perilaku atasan pekerja staf dengan tingkat kepuasan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi kesempatan maju dan perilaku atasan yaitu 0,703** dan 0,598** dan nilai Signifikan hitung < nilai α (0,01), sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya semakin besar

kesempatan maju yang diberikan semakin besar tingkat kepuasannya dan semakin baik perilaku atasan semakin besar tingkat kepuasannya. Oleh karena itu, pihak HPGW harus memahami para pekerja staf dan memberikan kesempatan maju kepada pekerja staf, sehingga tidak terjadi penurunan tingkat kepuasan kesempatan maju. Begitu juga dengan perilaku atasan harus dapat diterima oleh pekerja.

Secara keseluruhan faktor eksternal pekerja staf memiliki hubungan yang signifikan dan memiliki arah yang positif dengan tingkat kepuasan. Artinya semakin tinggi faktor eksternal, maka tingkat kepuasannya semakin tinggi. Faktor eksternal pekerja staf, yaitu gaji, kesempatan maju, kondisi kerja, dan perilaku atasan sangat rentan hubungannya dengan tingkat kepuasan pekerja staf. Oleh karena itu, HPGW harus memberikan gaji yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan, adanya kesempatan maju yang diberikan kepada pekerjannya, memberikan kondisi kerja yang baik bagi pekerja; baik dari fasilitas, kenyamanan, jaminan kesehatan, atasan yang harus berinteraksi dengan semua pekerjanya, dan menjalin hubungan kedekatan dengan para pekerjanya. Jika semua faktor ekternal ini tidak diperhatikan dengan baik oleh pihak HPGW, maka tingkat kepuasan pekerja (pekerja staf dan penyadap) bisa menurun dan ini tidak baik karena tinggi rendahnya kepuasan pekerja berdampak pada keberhasilan pengelolaan HPGW. Pekerja yang tidak puas akan bekerja tidak maksimal dan tidak bersemangat dalam melakukan pekerjaannya, yang lebih parah pekerja staf bisa keluar dan bekerja di tempat lain. Menurut Mansur (2007) mengatakan bahwa jika kepuasan pekerja rendah akan mengakibatkan perputaran (turnover) pekerja yang lebih tinggi dan jika kepuasan pekerja tinggi akan membuat pekerja mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi.

40

Pekerja staf tidak puas dengan gaji dan kesempatan maju yang diberikan oleh pihak HPGW, dan tentunya ini menjadi rentan karena tinggi rendahnya gaji yang diterima oleh pekerja akan berdampak pada tingkat kepuasan. Menurut Robbins (1996) mengatakan gaji dan kesempatan maju sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pekerja,

Tabel 26 Hasil uji korelasi Spearman faktor eksternal dengan tingkat kepuasan penyadap

Tingkat Kepuasan Gaji Kondisi Kerja Perilaku Atasan

Correlation Coefficient 0,154 0,470* 0,244

Signifikan 0,543 0,049 0,329

*. Berkorelasi signifikan pada 0.05 level. **. Berkorelasi signifikan pada 0.01 level.

Berdasarkan Tabel 26 Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaji penyadap dengan tingkat kepuasan, tetapi memiliki arah yang positif. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi gaji adalah 0,154 dan nilai Signifikan hitung > nilai α (0,05). Artinya semakin besar gaji yang diterima tingkat kepuasannya cenderung semakin tinggi. Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan antar gaji penyadap dengan tingkat kepuasan, hal ini diduga ada faktor lain yang mempengaruhi faktor kepuasan eksternal penyadap yaitu berdasarkan hasil uji korelasi faktor eksternal penyadap yaitu kondisi kerja yang memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan, dan memiliki arah yang positif, artinya jika penyadap mendapatkan hasil yang lebih dari sadapannya maka akan mendapatkan upah yang semakin besar dan kepuasannya cenderung semakin tinggi.

Berdasarkan Tabel 26. Hubungan antara kondisi kerja penyadap dengan tingkat kepuasan (koefisien korelasi 0,470*). Terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai signifikan hitung < nilai α (0,05) dan memiliki arah yang positif. Artinya semakin baik kondisi kerja tingkat kepuasannya semakin tinggi. Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Syakir (2011) yang menyatakan nilai korelasi sebesar 0,470* termasuk cukup untuk mendeskripsikan terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja, dengan tingkat kepuasan.

Berdasarkan Tabel 26 hasil perhitungan korelasi Spearman. Hubungan antara perilaku atasan penyadap dengan tingkat kepuasan (koefisien korelasi 0,244) tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai Signifikan hitung >

nilai α (0,05) dan memiliki arah yang positif. Artinya semakin baik perilaku atasan, maka tingkat kepuasannya cenderung semakin tinggi. Oleh karena itu perilaku atasan secara interaksi dan kedekatan harus terbangun, supaya tidak terjadi penurunan tingkat kepuasan penyadap karena perilaku atasan.

Kedepannya HPGW harus memperhatikan penyadap, walaupun penyadap dianggap sebagai pekerja lepas. Namun peranannya sangat penting dalam membangkitkan perekonomian HPGW, tanpa penyadap HPGW tidak akan bisa mandiri, karena Sebagian pendapatan HPGW dihasilkan dari getah.

Kekurangan yang belum dirasakan oleh penyadap adalah kesempatan maju dan perilaku atasan, dimana tidak adanya kesempatan maju yang diberikan kepada penyadap dan perilaku atasan secara interaksi jarang dan kedekatan sangat tidak dekat, hal ini harus segera diperhatikan oleh pihak HPGW. Ini untuk menjaga keharmonisan antara penyadap dengan atasan. Jika hal ini terjalin, maka penyadap akan bersemangat dan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, merasa diperhatikan oleh atasan HPGW, dan dianggap sebagai bagian dari HPGW.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait