• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

4.5. Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Dengan Persepsi Petani

4.5. Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi Dengan Persepsi Petani Dalam

antara faktor pengalaman berusahatani dengan persepsi petani dalam peremajaan kelapa sawit rakyat melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Kecamatan Sungai Bahar (lampiran 13). Pada hasil tersebut memiliki nilai yang positif, sehingga kedua hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya pengalaman berusahatani dapat mempengaruhi tinggi rendahnya persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit rakyat melalui BPDPKS di Kecamatan Sungai Bahar.

Dapat diketahui bahwa pengalaman berusahatani dilokasi penelitian tergolong kategori tinggi yaitu melalui distribusi penyebaran kuisioner diperoleh 71,9% pengalaman berusahatani pada petani responden dengan persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS. Dari hasil analisis korelasi hubungan antara pengalaman berusahatani dengan persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS mempunyai hubungan yang kuat, yang berarti dapat disimpulkan bahwa pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani memberikan persepsi positif terhadap peremajaan kelapa sawit menggunakan BPDPKS

4.5.2. Hubungan Pendidikan Nonformal dengan Persepsi Petani dalam Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)

Pendidikan nonformal yang dilalui petani seperti penyuluhan atau sosialisasi yang dijalani oleh petani terhadap program peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS. Pendidikan nonformal dengan kategori tinggi yaitu petani yang pernah mengikuti sosialisasi atau penyuluhan tentang peremajaan kelapa sawit menggunakan BPDPKS dan pendidikan nonformal dengan kategori rendah yaitu

petani yang belum pernah mengikuti sosialisasi atau penyuluhan mengenai peremajaan kelapa sawit menggunakan BPDPKS.

Berdasarkan uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Rank Spearman dengan cara manual diperoleh nilai rs = 0,79 yang berarti memiliki korelasi yang tinggi dengan t hitung = 7,01 dan t tabel ( α/2 = 5% db = N-2 ) = 1,69726 maka nilai t hitung > t tabel (α = 0,05) maka tolak H0 yang mempunyai arti terdapat hubungan antara faktor pendidikan non formal dengan persepsi petani dalam peremajaan kelapa sawit rakyat melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Kecamatan Sungai Bahar (lampiran 12). Pada hasil tersebut memiliki nilai yang positif, sehingga kedua hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non formal dapat mempengaruhi tinggi rendahnya persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit rakyat melalui BPDPKS di Kecamatan Sungai Bahar.

Diketahui bahwa pendidikan non formal dilokasi penelitian tergolong kategori tinggi yaitu melalui distribusi penyebaran kuisioner diperoleh 78,1%

pendidikan nonformal pada petani responden dengan persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS. Dari hasil analisis korelasi hubungan antara pendidikan nonformal dengan persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS mempunyai hubungan yang kuat, yang berarti dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal yang dimiliki oleh petani memberikan persepsi positif terhadap peremajaan kelapa sawit menggunakan BPDPKS.

4.5.3. Hubungan Luas Lahan dengan Persepsi Petani dalam Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)

Luas lahan yang dimiliki oleh petani akan menjadi faktor pertimbangan tertentu bagi petani pada setiap pengambilan keputusannya. Menurut Hernanto (1991), menjelaskan bahwa kepemilikan lahan usahatani yang sempit mampu membatasi petani dalam melaksanakan perencanaan yang lebih lapang untuk masa depan terhadap usahataninya.

Berdasarkan uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Rank Spearman dengan cara manual diperoleh nilai rs = 0,56 yang berarti memiliki korelasi sedang dengan t hitung = 3,70 dan t tabel ( α/2 = 5% db = N-2 ) = 1,69726 maka nilai t hitung > t tabel (α = 0,05) maka tolak H0 yang mempunyai arti terdapat hubungan antara faktor luas lahan dengan persepsi petani dalam peremajaan kelapa sawit rakyat melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Kecamatan Sungai Bahar (lampiran 14). Pada hasil tersebut memiliki nilai yang positif, sehingga kedua hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya luas lahan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit rakyat melalui BPDPKS di Kecamatan Sungai Bahar.

Penjelasan diatas menjelaskan bahwa hubungan yang nyata antara faktor luas lahan dengan persepsi petani dalam peremajaan kelapa sawit rakyat melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Kecamatan Sungai Bahar. Hubungan antara kedua variabel tergolong kuat. Tingginya faktor luas lahan dikarenakan petani mempunyai luasan lahan diatas rata-rata yaitu sebesar 4 ha,

lahan yang luas tentu membuat petani lebih bersedia melakukan peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS untuk di masa mendatang.

4.5.4. Hubungan Modal dengan Persepsi Petani dalam Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)

Menurut Mubyanto (1989) menyatakan bahwa modal merupakan bentuk kekayaan yang dimiliki petani dalam menghasilkan suatu barang. Barang yang dimaksud adalah alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan. Modal berperan dalam kesiapan petani untuk mengadapi kegiatan peremajaan kelapa sawit. Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesiapan modal pribadi petani yaitu tabungan atau simpanan dalam bentuk (Rp) diluar modal bantuan yang diberikan BPDPKS.

Berdasarkan uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Rank Spearman dengan cara manual diperoleh nilai rs = 0,46 yang berarti memiliki korelasi sedang dengan t hitung = 2,84 dan t tabel ( α/2 = 5% db = N-2 ) = 1,69726 maka nilai t hitung > t tabel (α = 0,05) maka tolak H0 yang mempunyai arti terdapat hubungan antara faktor modal dengan persepsi petani dalam peremajaan kelapa sawit rakyat melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Kecamatan Sungai Bahar (lampiran 15). Pada hasil tersebut memiliki nilai yang positif, sehingga kedua hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya modal dapat mempengaruhi tinggi rendahnya persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit rakyat melalui BPDPKS di Kecamatan Sungai Bahar.

Dapat diketahui bahwa modal dilokasi penelitian tergolong kategori tinggi yaitu melalui distribusi penyebaran kuisioner diperoleh 53,1% modal pada petani responden dan 46,9 % dengan kategori rendah pada petani responden terhadap persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS. Dari hasil analisis korelasi hubungan antara modal dengan persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS mempunyai hubungan yang nyata, yang berarti dapat disimpulkan bahwa modal yang tinggi yang dimiliki oleh petani memberikan persepsi positif terhadap peremajaan kelapa sawit menggunakan BPDPKS di masa yang akan datang.

4.5.5. Hubungan Pendapatan dengan Persepsi Petani dalam Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)

Pendapatan dalam penelitian ini adalah hasil yang diterima oleh petani sampel dari kegiatan usahataninya. Pendapatan usahatani petani responden yaitu besarnya penerimaan dari usahatani kelapa sawit yang dimiliki oleh petani dan dikelola oleh petani secara mandiri.

Berdasarkan uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Rank Spearman dengan cara manual diperoleh nilai rs = 0,48 yang berarti memiliki korelasi sedang dengan t hitung = 2,99 dan t tabel ( α/2 = 5% db = N-2 ) = 1,69726 maka nilai t hitung > t tabel (α = 0,05) maka tolak H0 yang mempunyai arti terdapat hubungan antara faktor pendapatan dengan persepsi petani dalam peremajaan kelapa sawit rakyat melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Kecamatan Sungai Bahar (lampiran 16). Pada hasil tersebut memiliki nilai yang positif, sehingga kedua hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan

demikian dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya penerimaan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit rakyat melalui BPDPKS di Kecamatan Sungai Bahar.

Dapat diketahui bahwa pendapatan petani dilokasi penelitian tergolong kategori tinggi yaitu melalui distribusi penyebaran kuisioner diperoleh 53,1%

kategori tinggi dan kategori rendah dengan presentase 46,9% pada petani responden terhadap persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS. Dari hasil analisis korelasi hubungan antara pendapatan dengan persepsi petani terhadap peremajaan kelapa sawit melalui BPDPKS mempunyai hubungan yang kuat, yang berarti dapat disimpulkan bahwa pendapatan yang tinggi yang dimiliki oleh petani memberikan persepsi positif terhadap peremajaan kelapa sawit menggunakan BPDPKS.

Dokumen terkait