• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

4.3. Deskripsi Faktor Sosial Ekonomi dengan Persepsi Petani dalam

4.3.2. Faktor Ekonomi Petani

4.3.2. Faktor Ekonomi Petani

Berdasarkan luasan rata-rata lahan yang dimiliki oleh petani sampel tersebut maka mendasari petani untuk dapat melakukan peremajaan kelapa sawit menggunakan dana BPDPKS di kemudian hari, hal ini dikarenakan jika lahan petani diremajakan petani masih menanggung beban hutang yang ada di Bank, sebagian petani juga memiliki kelapa sawit yang belum siap diremajakan.

Gambaran distribusi petani pada luas lahan petani sampel dalam peremajaan kelapa sawit rakyat menggunakan dana BPDPKS dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 17. Distribusi Petani Berdasarkan Luas Lahan di Daerah Penelitian Tahun 2022

Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tinggi 21 65,6

Rendah 11 34,4

Jumlah 32 100

Sumber: Hasil Olahan Data Primer

Tabel 17 menunjukkan bahwa distribusi petani sampel berdasarkan luas lahan usahatani kelapa sawit di daerah penelitian berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 21 petani memiliki luas lahan diatas rata-rata dengan persentase 65,6%

dan sebanyak 11 petani memiliki luas lahan dibawah rata-rata dengan persentase 34,4%. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden memiliki luas lahan yang cukup yaitu 2 Ha atau lebih untuk mengajukan peremajakan kelapa sawit dengan menggunakan dana BPDPKS sesuai dengan syarat peremajaan menggunakan dana BPDPKS.

4.3.2.2. Modal

Mochtar (2004) menyatakan bahwa modal sama artinya dengan kekayaan seseorang baik berupa tabungan, uang, tanah dan sebagainya yang dimiliki oleh petani. Sedangkan Mubyanto (1989) menyatakan bahwa modal merupakan bentuk

kekayaan yang dimiliki petani dalam menghasilkan suatu barang. Barang yang dimaksud adalah alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan.

Modal berperan dalam kesiapan petani untuk mengadapi kegiatan peremajaan kelapa sawit. Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesiapan modal pribadi petani diluar modal bantuan yang diberikan dari BPDPKS. Pada penelitian ini modal yang dikatergorikan tinggi atau diatas rata-rata yaitu modal sama dengan Rp. 4.468.750 atau lebih dan modal dalam rendah kategori dibawah rata-rata yaitu dibawah Rp. 4.468.750 Modal petani dalam peremajaan kelapa sawit menggunakan dana BPDPKS dapat dilihat pada tabel 18 berikut.

Tabel 18. Distibusi Petani Berdasarkan Modal Petani di Daerah Penelitian Tahun 2022

Modal Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tinggi 17 53,1

Rendah 15 46,9

Jumlah 32 100

Sumber: Hasil Olahan Data Primer

Tabel 18 menunjukkan bahwa petani responden sebanyak 17 petani atau 53,1% petani memiliki persiapan modal yang tinggi dalam menghadapi peremajaan kelapa sawit diluar biaya BPDPKS dan sebanyak 15 petani berkategori rendah atau setara dengan 46,9%. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat petani yang belum siap dalam segi modal dalam peremajaan kelapa sawit diluar biaya yang dibantu oleh BPDPKS. Modal dapat diukur dari simpanan petani yang memang disiapkan oleh petani sampel untuk melakukan peremajaan kelapa sawit yang dimulai dari tahapan awal hingga tanaman kelapa sawit tersebut menghasilkan setelah dana BPDPKS telah habis. Rata-rata petani telah memiliki modal yang diperlukan diluar dari modal yang diberikan dari BPDPKS.

Kesiapan modal ini disebabkan petani yang telah mengetahui bahwa bantuan yang diberikan kepada petani adalah sebesar 30 juta/Ha, sementara biaya yang diperlukan dalam peremajaan adalah 56 juta/Ha hingga kelapa sawit menghasilkan. Petani yang tidak memiliki tabungan atau modal dalam peremajaan kelapa sawit sebab petani masih terlilit hutang dengan Bank/Koperasi sehingga belum dapat mengajukan dana peremajaan kelapa sawit ke BPDPKS.

Modal yang dimiliki petani berkategori tinggi sehingga petani tersebut memiliki modal simpanan untuk melakukan peremajaan menggunakan BPDPKS serta persepsi petani juga memiliki kategori positif. Akan tetapi, dengan hal tersebut masih membuat petani belum bisa melakukan peremajaan menggunakan BPDPKS dikarena petani tersebut masih memiliki tanggungan hutang kepada pihak bank.

Sebab dalam persyaratan pengajuan dana BPDPKS petani tersebut harus terbebas dari hutang dan surat tanah yang digadaikan. Dengan keadaan tersebut modal bukan masalah utama dari sebagian petani, sebab petani yang memiliki modal tetapi masih memiliki tanggungan hutang maka petani tersebut tetap belum bisa melakukan peremajaan.

4.3.2.3. Pendapatan

Pendapatan dalam penelitian ini adalah hasil yang diterima oleh petani sampel dari kegiatan usahataninya. Pendapatan usahatani kelapa sawit yaitu besarnya pendapatan dari usahatani kelapa sawit yang dimiliki oleh petani dan dikelola oleh petani secara mandiri. Pada penelitian ini pendapatan yang maksud adalah pendapatan kotor petani dalam berusahatani kelapa sawit serta pendapatan dari luar kegiatan usahatani kelapa sawit atau pekerjaan sampingan. Pendapatan petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19. Distibusi Petani Berdasarkan Pendapatan Petani di Daerah Penelitian Tahun 2022

Pendapatan Petani Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tinggi 17 53,1

Rendah 15 46,9

Jumlah 32 100

Sumber: Hasil Olahan Data Primer

Tabel 19 menunjukkan bahwa petani responden sebanyak 17 petani atau 53,1% berkategori tinggi dan sebanyak 15 petani atau 46,9% memiliki pendapatan yang rendah atau dibawah rata-rata. Hal ini menujukkan bahwa pendapatan petani responden cenderung tinggi atau diatas rata-rata sehingga walaupun demikian petani belum siap dalam melakukan peremajaan kelapa sawit dengan bantuan dana BPDPKS. Pendapatan petani responden juga dihitung dari luar sektor kelapa sawit seperti usaha keluarga yang dijalankan, dan pekerjaan sampingan petani, sehingga sebagian petani memiliki pendapatan tinggi atau diatas rata-rata yaitu Rp. 8.875.000 per bulan bukan hanya dari sektor perkebunan kelapa sawit saja melainkan dari luar sektor kelapa sawit.

Pada faktor pendapatan petani memiliki pendapatan yang tinggi sebanyak 53,1% sehingga pendapatan dalam melakukan peremajaan petani dapat dikatakan sejahtera dan diatas rata-rata dan petani tersebut memiliki persepsi positif mengenai peremajaan menggunakan BPDPKS. Akan tetapi dengan pendapatan tinggi dan persepsi positif tersebut petani juga memiliki tanggungan lain seperti petani yang masih memiliki hutang kepada pihak bank atau lembaga lain. Hutang tersebut harus segera dilunasi agar dapat mengajukan proposal pendanaan BPDPKS dimasa mendatang. Sehingga dengan pendapatan tersebut petani tidak fokus untuk menabung agar dapat melakukan peremajaan, sebab itulah petani dengan

pendapatan tinggi pun belum bisa melakukan peremajaan kelapa sawit menggunakan BPDPKS.

4.4. Deskripsi Persepsi Petani Terhadap Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat

Dokumen terkait