• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Perjanjian Dengan Perikatan

Dalam dokumen HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN (Halaman 43-48)

BAB II UKURAN SECARA NORMATIF UNTUK MENYATAKAN

A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

1. Hubungan Antara Perjanjian Dengan Perikatan

Istilah Perjanjian berasal dari Belanda (overeenkomst) yang artinya suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lainnya atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.36

Di Indonesia Pengaturan mengenai perjanjian terdapat di dalam Buku III Pasal 1233-1456 KUHPer, perjanjian Dalam pasal 1313 KUHPer, berbunyi “Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Menurut Salim HS, Perjanjian adalah

"hubungan hukum antara subjek yang satu dengan subjek yang lain dalam bidang harta kekayaan, dimana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya”.37

36Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Ikhtisari Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : PT. Balai Pustaka, 2005), hal.458.

37 Salim HS, Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : PT. Sinar Grafika, 2008), hal.27.

Menurut Salim HS Pengertian perjanjian mengandung unsur:

1. Perbuatan hukum atau tindakan hukum, maksudnya ialah perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan.

2. Satu orang atau lebih, maksudnya ialah harus ada dua pihak yang saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok/pas satu sama lain.

3. Mengikatkan dirinya, maksudnya ialah orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.38

Pada umumnya Perjanjian terdapat tiga unsur yaitu:

a. Unsur esensialia, maksudnya ialah merupakan sifat yang menentukan atau menyebabkan perjanjian itu tercipta (constructieve oordel), unsur tersebut harus ada dalam suatu perjanjian karena unsur tersebut berkaitan dengan isi dari perjanjian merupakan salah satu dari syarat sah perjanjian yaitu hal tertentu. Tanpa adanya unsur ini maka suatu perjanjian menjadi batal demi hukum.

b. Unsur Naturalia merupakan sifat bawaan (natuur) perjanjian, maksudnya ialah secara diam-diam melekat pada perjanjian, seperti menjamin tidak ada cacat dalam benda yang dijual (vrijwaring)

c. Unsur aksidentalia, maksudnya ialah merupakan sifat yang melekat pada perjanjian dalam hal secara tegas diperjanjikan oleh para pihak, seperti ketentuan-ketentuan mengenai domisili para pihak, dan juga pilihan penyelesaian sengketa.39

Istilah Perikatan berasal dari belanda (Verbintenis), perikatan diartikan suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih di mana antara kreditur (orang yang berhak atas prestasi) dan debitur (orang yang wajib berprestasi). hubungan hukum ini merupakan suatu akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum yang menimbulkan perikatan. Pada dasarnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak secara tegas memberikan definisi dari perikatan, tetapi pendekatan pengertian perikatan dapat diketahui dari pengertian perjanjian. didalam Kitab Undang-Undang

38 Salim H.,S dkk, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), (Jakarta: PT.Sinar Grafika, 2007), hal.124.

39R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, (Bandung : PT.Bina Cipta, 1987), hal.50.

Hukum Perdata definisi dari perikatan tidak secara tegas dipaparkan, akan tetapi dalam pasal 1233 KUHPer ditegaskan bahwa “tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena suatu persetujuan atau karena undang-undang”. Perikatan diatur dalam buku III KUHPer yang mengandung sifat terbuka, maksudnya perjanjian dapat dilakukan oleh siapa saja asal tidak bertentangan dengan undang- undang, bersifat mengatur maksudnya karena sifat hukum perdata bukan memaksa tetapi disepakati oleh kedua belah pihak serta bersifat melengkapi maksudnya boleh menambah atau mengurangi isi perjanjian karena tergantung pada kesepakatan.

Pada umumnya Perikatan terdapat 4 (empat) unsur yaitu:

a. Hubungan hukum, hubungan Hukum merupakan hubungan yang menimbulkan akibat hukum, akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.

b. Adanya subjek Hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban. dengan kata lain Pihak yang berhak atas prestasi (kreditur) dan yang wajib memenuhi prestasi (Debitur).

c. Prestasi, Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Didalam pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

d. Harta kekayaan. maksudnya adalah untuk menilai bahwa suatu hubungan hukum dibidang harta kekayaan, yang dapat dinilai dengan uang, ukuran penilaian tersebut didasarkan pada rasa keadilan masyarakat.40

Perikatan bersumber dari dua hal, yaitu :

1. Perikatan yang lahir dari perjanjian. Perikatan tersebut lahir karena adanya perjanjian di antara para pihak yang membuatnya seperti diatur didalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. mengenai perjanjian tersebut merupakan hak dan kewajiban yang bersifat relatif, dikatakan relatif karena

40 Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : PT. Sinar Grafika, 2008), hal. 27.

hubungan hukum tersebut hanya dapat dipertahankan terhadap para pihak yang terkait dalam perjanjian.

2. Perikatan yang lahir karena undang-undang. Perikatan yang lahir dari undang-undang. Didalam Pasal 1338 KUHPer “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Perikatan yang dari undang-undang dapat dibedakan menjadi dua jenis : a. Perikatan yang lahir dari undang-undang saja. Perikatan yang timbul oleh

hubungan kekeluarga, yaitu mengenai kewajiban seorang anak yang mampu untuk memberikan nafkah pada orang tuanya yang berada dalam keadaan kemiskinan.41

b. Perikatan yang lahir dari undang-undang yang berhubungan dengan perbuatan orang. Perikatan yang lahir yang berhubungan dengan perbuatan orang dapat dibedakan menjadi dua jenis :42

a) Suatu perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan yang diperbolehkan (zaakwarneming) diatur dalam Pasal 1354 KUHPer, berbunyi:

Jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain, dengan atau tanpa pengetahuan orang itu, maka ia secara diam-diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan itu, hingga orang yang ia wakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Ia memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya,

41Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet 31, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003), hal.132

42J.Satrio, Hukum Perikatan (perikatan yang lahir dari undang-undang), Bagian I, (Bandung:

PT.Citra aditya Bakti, 1993), Hal.32.

seandainya ia dikuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas.

Misalnya: orang sedang berpergian dengan memelihara kebunnya orang lain, dari perbuatan orang yang melakukan pengurusan kepentingan orang lain itu terbitlah kewajiban bagi orang yang melakukan pengurusan sampai orang yang berkepentingan kembali ketempatnya, jika pengurusan ini dilakukan dengan baik orang ini wajib mengembalikan segala biaya yang telah dikeluarkan.

b) Perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan seseorang yang melanggar hukum (onrechtmatige daad), Didalam Pasal 1365KUHPer “Tiap perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad), yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut”.

Misalnya : seseorang yang membujuk seorang buruh dari perusahaan untuk memberikan keterangan-keterangan perihal cara kerja yang bersifat rahasia dalam perusahan terebut dapat dianggap telah melakukan kerugaian, sipembuat telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Perbuatan yang melanggar hukum mewajibkan

orang yang melakukan perbuatan itu, jika karena kesalahannya telah timbul kerugian untuk membayar kerugian itu.43

Menurut C.S.T kansil dalam judul buku Hukum Perdata, cetakan Pradnya Paramita menyatakan bahwa Hubungan antara perikatan dan perjanjian bahwa perjanjian menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perjanjian merupakan suatu hal yang kongkrit atau suatu peristiwa.

perjanjian dapat kita lihat atau baca ataupun mendengarkan perkataan-perkataannya.

Perikatan lahir karena dua hal, yaitu karena persetujuan (perjanjian) atau karena undang-undang. Perikatan tidak dapat kita lihat dengan mata kepala kita sendiri sedangkan suatu Perikatan yang lahir dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian. Apabila dua orang atau dua pihak mengadakan suatu perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu perikatan hukum, karena janji yang telah mereka berikan. Perikatan tersebut baru berakhir kalau janji atau prestasi sudah dipenuhi.44

Dalam dokumen HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN (Halaman 43-48)