• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGGUNA FACEBOOK, KARAKTERISTIK MEDIA SOSIAL FACEBOOK, DAN PERILAKU

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN EFEKTIVITAS PROMOSI Hubungan Karakteristik Pengguna Facebook dengan Efektivitas Promosi

Karakteristik responden yang merupakan pengguna media sosial facebook “Chocofaza” terdiri atas lima variabel diantaranya, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Kelima variabel tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu, variabel dengan pengukuran nominal dan variabel dengan pengukuran ordinal. Variabel dengan pengukuran nominal yaitu jenis kelamin dan jenis pekerjaan yang kemudian data hasil penelitian diolah dengan menggunakan Chi-square untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin dan jenis pekerjaan terhadap efektivitas promosi melalui facebook. Sedangkan tiga variabel lainnya, yaitu usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan diukur secara ordinal yang data hasil penelitiannya kemudian diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk dilihat korelasi atau hubungannya dengan efektivitas promosi yang terdiri atas empat tahap AIDA (attention, interest, deseire, action). Hasil uji hubungan karakteristik responden dengan efektivitas promosi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara karakteristik pengguna media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA)

Karakteristik Pengguna Media Sosial Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Signifikansi Usia Attention Interest Desire Action 0.154 -0.021 0.293 0.201 0.287 0.902 0.238 0.511

Tingkat Pendidikan Attention

Interest Desire Action 0.064 -0.176 -0.037 -0.220 0.658 0.304 0.885 0.471

Tingkat Pendapatan Attention

Interest Desire Action -0.120 -0.256 0.179 0.365 0.406 0.132 0.476 0.221 Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman pada SPSS, untuk variabel usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan ternyata tidak memiliki hubungan (tidak berkorelasi) yang nyata dan signifikan terhadap efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui fanpage facebook. Hal tersebut menggambarkan bahwa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan tidak menentukan tingginya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui facebook sehingga hipotesis uji antar variabel (variable X1 terhadap variable Y) ditolak.

Sama halnya dengan ketiga variabel lainnya, pada uji perbedaan jenis kelamin dan perbedaan jenis perkerjaan juga tidak memiliki hubungan yang nyata

dengan efektivitas promosi. Hal tersebut dikarenakan nilai signifikansi dari pengolahan data menunjukkan angka yang lebih besar dari α (0.05). Hasil uji perbedaan jenis kelamin dan jenis pekerjaan dengan efektivitas promosi minuman coklat “Chocofaza” menggunakan Chi-Square dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Nilai koefisiensi Chi-Square dan signifikansi antara karakteristik pengguna media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA)

Karakteristik Pengguna Media Sosial

Efektivitas Promosi

Koefisien Korelasi Chi- Square

Signifikansi

Jenis Kelamin Attention

Interest Desire Action 0.019 5.944 1.469 0.124 0.891 0.051 0.480 0.725

Jensi Pekerjaan Attention

Interest Desire Action 1.192 2.208 2.031 2.438 0.755 0.900 0.730 0.296 Penggunaan Rank Spearman dan Chi-Square dengan α sebesar 0.05 menghasilkan data dengan nilai dan koefisien korelasi yang tidak berhubungan nyata. Oleh sebab itu, karakteristik pengguna media sosial facebook sebagai responden yang terdiri atas usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, perbedaan jenis kelamin dan jenis pekerjaan tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui keempat tahapan AIDA (attention, interest, desire, action). Atau dengan kata lain karakteristik responden tidak menggambarkan keefektivitasan promosi yang dilakukan pihak “Chocofaza” melalui media sosial facebook.

Hubungan Karakteristik Media Sosial Facebook dengan Efektivitas Promosi Hubungan karakteristik media sosial facebook dengan efektivitas promosi adalah hubungan frekuensi penyampaian pesan, frekuensi feedback pesan, daya tarik pesan dan kejelasan dalam penyampaian informasi yang digunakan dalam menyebarkan informasi mengenai produk minuman coklat “Chocofaza” dengan efektivitas promosi yang dilihat dari attention, interest, desire, dan action. Keempat variabel dari karakteristik media sosial facebook menggunakan pengukuran ordinal dan diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan dari kelima variabel tersebut dengan efektivitas promosi melalui tahapan AIDA (attention, interest, desire, dan action).

Hubungan Frekuensi Penyampaian Informasi dengan Efektivitas Promosi Komunikasi yang persuasif adalah bentuk komunikasi yang dibutuhkan dalam dalam suatu komunikasi bisnis. Menurut Kusumastuti (2009), komunikator harus benar-benar merancang pesan yang disampaikan agar menjadi pesan persuasif yang mampu memengaruhi sikap orang lain. Frekuensi penyampaian informasi harus dilakukan dan diimbangi dengan membuat strategi dalam merancang pesan yang akan disampaikan guna memberikan kesadaran kepada para pengguna facebook akan adanya suatu produk (Yang 2014). Selain rancangan

pesan, frekuensi penyampaian pesan yang akan disampaikan oleh pelaku usaha memiliki peranan penting dalam menjalankan sebuah promosi di media sosial facebook. Penyampaian pesan harus direncanakan dan disampaikan pada waktu tertentu di mana banyak pengguna facebook mengakses media sosial tersebut. Hubungan frekuensi penyampaian informasi dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas promosi (AIDA)

Karakteristik Media Sosial Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Signifikansi Frekuensi Penyampaian Informasi Attention Interest Desire Action 0.560 0.487 -0.097 -0.101 0.000** 0.003** 0.702 0.742 Keterangan: ** signifikan pada selang kepercayaan 99%

Berdasarkan hasil data hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas promosi dapat dilihat signifikansi pada aspek attention dan interest memiliki nilai lebih kecil dari nilai α (0.05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi penyampaian pesan memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan efektivitas promosi hanya pada aspek attention dan interest. Hubungan antara frekuensi penyampaian informasi dengan attention dan interest didorong oleh banyaknya update-an pesan yang berisi informasi produk maupun informasi lainnya seputar produk. Seringnya admin fanpage facebook dalam meng-update informasi seputar produk telah memberikan dampak pada responden, yaitu responden menyadari dan memperhatikan (tahap attention) keberadaan produk “Chocofaza” di beranda facebook milik responden. Menurut Riyanto et al. (2010), stimulus yang menerpa seseorang secara berulang-ulang pda akhirnya akan membangkitkan perhatian. Hal tersebut juga didukung hasil penelitian Wulandari (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi pesan maka semakin tinggi tingkat perhatian responden.

Frekuensi penyampaian informasi juga berhubungan nyata positif dan signifikan dengan aspek interest (ketertarikan). Informasi yang disampaikan secara terus-menerus dan intens lambat laun akan membuat responden tertarik untuk membuka lebih lanjut akun fanpage facebook “Chocofaza”. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu semakin tinggi frekuensi pesan maka semakin tinggi tingkat ketertarikan responden. Pelaku usaha juga harus memperhatikan waktu untuk meng-update informasi pada waktu-waktu tertentu di mana banyak pengguna facebook mengakses media sosial. Hal ini dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dikenali oleh banyak pengguna facebook lainnya untuk meningkatkan popularitas dari suatu produk sehingga para pengguna media sosial tertarik untuk mengunjungi laman media sosial produk yang ditawarkan (Rahadi dan Abdillah 2013).

Sementara itu, frekuensi penyampaian pesan tidak memiliki hubungan nyata dan tidak signifikan dengan aspek desire dan action. Hal ini menunjukkan bahwa seringnya pelaku usaha dalam meng-update informasi seputar produknya

tidak memberikan dampak apapun terhadap keinginan untuk membeli maupun tindakan membeli produk minuman coklat “Chocofaza” dari responden.

Melihat uraian hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas promosi melalui tahapan AIDA dapat disimpulkan bahwa uji kedua variabel tersebut dapat diterima hanya pada aspek attention dan interest. Sedangkan hipotesis uji kedua variabel tidak dapat diterima atau ditolak pada aspek desire dan action. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi penyampaian pesan tidak menentukan tinggi rendahnya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui facebook pada aspek desire dan action.

Hubungan Frekuensi Feedback Pesan dengan Efektivitas Promosi

Promosi melalui media sosial dilakukan untuk membangun jembatan komunikasi dua arah antara pelaku usaha dengan calon konsumen (Divya dan Regi 2014). Adanya feedback antara pelaku usaha dan calon konsumen akan menimbulkan keintiman hubungan antara kedua belah pihak (Kurniawan 2015). Promosi melalui media sosial facebook dapat dilakukan dengan selalu membalas komentar dan memberikan like pada setiap komentar yang datang dari calon konsumen terkait dengan informasi yang berhubungan dengan produk minuman coklat “Chocofaza”. Hubungan frekuensi feedback pesan dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara frekuensi feedback pesan dengan efektivitas promosi (AIDA)

Karakteristik Media Sosial Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Signifikansi Frekuensi Feedback Informasi Attention Interest Desire Action 0.403 0.515 0.160 0.228 0.004** 0.001** 0.527 0.453 Keterangan: **Signifikan pada selang kepercayaan 99%

Indikator untuk mengukur frekuensi feedback pesan adalah admin selalu membalas komentar, admin memberikan like pada setiap komentar, dan respon admin dalam membalas komentar. Admin facebook melakukan interaksi dengan calon konsumen lainnya dengan cara menanggapi komentar yang dikirimkan oleh calon konsumen yang dalam penelitian ini adalah responden. Bentuk atensi yang dilakukan responden adalah dengan melihat komentar-komentar balasan yang dilakukan oleh admin. Menurut Yang (2014), frekuensi feedback atau membalas komentar dalam facebook mempengaruhi frekuensi seseorang untuk mengakses facebook lebih sering dan mengakses media sosial tersebut dalam jangka waku yang panjang.

Frekuensi feedback informasi memiliki hubungan yang nyata positif dan signifikan dengan tahap interest. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan sikap yang ditandai dengan ketertarikan responden setelah melihat komentar balasan yang dikirimkan oleh admin facebook “Chocofaza”. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dan didukung oleh hasil penelitian dari Wulandari (2015), yaitu semakin tinggi frekuensi feedback pesan maka semakin tinggi tingkat

ketertarikan responden. Salah satu responden menyatakan dengan adanya komentar balasan yang dikirim oleh admin facebook membuat responden semakin penasaran untuk membuka dan melihat-lihat lebih lanjut akun fanpage facebook “Chocofaza” untuk sekedar memenuhi rasa penasaran tentang apa itu produk “Chocofaza”.

Sementara itu, frekuensi feedback informasi dalam penelitian ini tidak memiliki hubungan nyata dan tidak signifikan dengan tahap desire dan action. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa sering atau jarangnya feedback yang dilakukan oleh admin facebook “Chocofaza” tidak menentukan responden dalam memiliki keinginan untuk membeli produk dan tindakan pembelian produk. Salah satu responden mengatakan bahwa adanya frekuensi feedback yang dilakukan oleh admin hanya sebagai informasi tambahan terkait produk sehingga tidak menimbulkan rasa keinginan untuk membeli apalagi tindakan pembelian. Selain itu, ketertarikan untuk membeli dengan tindakan pembelian hanya akan dilakukan jika mereka merasa benar-benar ingin mencoba produk tersebut dan bergantung pada mood masing-masing responden.

Melihat uraian hubungan antara frekuensi feedback pesan dengan efektivitas promosi dapat disimpulkan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima hanya sampai dengan tahap interest. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi feedback informasi efektif dalam menarik perhatian dan menimbulkan ketertarikan untuk mencari tahu informasi lebih lanjut tentang produk minuman coklat “Chocofaza”.

Hubungan Daya Tarik Pesan dengan Efektivitas Promosi

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah pesan persuasif, salah satunya adalah daya tarik (Kusumastuti 2009). Daya tarik diperlukan untuk memberikan kesan yang dapat menarik perhatian calon konsumen terhadap suatu produk. Menurut Yang (2014), daya tarik yang dapat dibentuk dalam melakukan promosi melalui facebook adalah dengan memperhatikan profile picture, tagline produk, desain logo produk, caption, dan video. Dalam penelitian ini, profile picture, tagline produk, dan desain logo produk menjadi fokus utama dalam membentuk daya tarik produk minuman coklat “Chocofaza”. Hubungan daya tarik pesan dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara daya tarik pesan dengan efektivitas promosi (AIDA)

Karakteristik Media Sosial Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Signifikansi Daya Tarik Pesan

Attention Interest Desire Action 0.405 0.423 0.160 0.228 0.004** 0.010* 0.527 0.453 Keterangan: **Signifikan pada selang kepercayaan 99%

Berdasarkan hasil data pada Tabel 22, tingkat daya tarik pesan memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan attention (perhatian). Tagline, profile picture, nama akun,desain logo dan kualitas foto yang jelas, menarik dan mudah diingat dapat meningkatkan perhatian responden dalam menyadari dan melihat setiap informasi yang dibagikan. Selain itu, tingkat daya tarik pesan memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan interest (ketertarikan). Salah satu responden mengatakan bahwa saat informasi muncul di beranda facebook miliknya, yang pertama kali dilihat adalah nama produk, profile picture dan foto karena responden lebih tertarik kedua indikator tersebut lalu pada akhirnya akan membaca informasi yang ada. Menurut Yang (2014), ciri khas yang melekat pada akun suatu produk yang dipasarkan melalui facebook akan membuat pengguna media sosial merasa penasaran terhadap akun tersebut. Hal ini akan memunculkan rasa keingintahuan dari pengguna untuk membuka akun fanpage tersebutuntuk mencari tahu lebih dalam.

Melihat uraian hubungan antara daya tarik pesan dengan efektivitas promosi dapat disimpulkan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima hanya sampai pada tahap interest. Hal ini mengindikasikan bahwa daya tarik pesan menentukan tinggi rendahnya efektivitas promosi produk melalui facebook sampai pada tahap interest saja dan tidak efektif dalam meningkatkan keinginan responden untuk membeli. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian dari Wulandari (2015) yang menyatakan bahwa semakin menarik pesan yang dikemas pada suatu media sosial maka semakin tinggi pula efektivitas promosi yang dihasilkan.

Hubungan Kejelasan Penyampaian Informasi dengan Efektivitas Promosi Kejelasan dalam penyampaian informasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan aktivitas promosi. Semakin jelas informasi yang disampaikan maka akan semakin menarik perhatian calon konsumen (Wulandari 2015). Konsumen tidak akan melakukan pembelian tanpa adanya kejelasan dan jaminan yang memadai karena jika konsumen merasa tidak adanya kejelasan dan jaminan akan memunculkan kekhawatiran pada konsumen tersebut (Sukma 2012). Hubungan antara kejelasan penyampaian informasi dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara kejelasan penyampaian informasi dengan efektivitas promosi (AIDA)

Karakteristik Media Sosial Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Signifikansi Kejelasan Penyampaian Informasi Attention Interest Desire Action 0.445 0.439 -0.097 -0.101 0.001** 0.007** 0.702 0.742 Keterangan: **Signifikan pada selang kepercayaan 99%

Berdasarkan hasil data pada Tabel 23, tingkat kejelasan informasi memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan tahap attention (perhatian). Menarik perhatian pengguna media sosial dapat dilakukan dengan

menyajikan konten dan persiapan matang dalam membuat rancangan pesan yang akan disampaikan. Menurut Helianthusonfri (2014) seperti dikutip dalam Wulandari (2015) menyatakan bahwa konten yang berkualitas dan terencana merupakan inti pemasaran melalui media sosial. Konten berkualitas tersebut salah satunya adalah kejelasan dalam penyampaian informasi melalui facebook. Hal tersebut sesuai dengan hasil pada penelitian ini yaitu semakin tinggi (jelas) kejelasan dalam penyampaian informasi maka semakin tinggi tingkat perhatian pengguna facebook selaku responden.

Tingkat kejelasan penyampaian informasi juga memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan tahap interest (ketertarikan). Tanggapan mengenai kejelasan penyampaian informasi menurut responden adalah mereka merasa tertarik dengan informasi yang disampaikan karena sangat jelas dan detail serta dilengkapi dengan foto yang kualitas nya jelas sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami. Hal ini mengindikasikan bahwa kejelasan penyampaian informasi yang dilakukan oleh admin fanpage facebook “Chocofaza” mampu meningkatkan ketertarikan responden terhadap post-ingan informasi yang di-post- ing oleh admin fanpage facebook “Chocofaza”.

Sementara itu, tingkat kejelasan penyampaian informasi tidak memiliki hubungan nyata dan signifikan dengan efektivitas promosi pada tahap desire dan action. Variabel kejelasan dalam penyampaian informasi yang dilakukan oleh “Chocofaza” berdasarkan hasil penilaian responden tergolong tinggi, namun tidak menunjukkan korelasi dengan tahap desire dan action. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kejelasan penyampaian informasi yang diberikan “Chocofaza” hanya mampu menarik perhatian dan ketertarikan responden namun tidak membangkitkan keinginan untuk membeli maupun tindakan membeli. Dalam hal ini, hipotesis uji kedua variabel dapat diterima hanya sampai pada tahap interest.

Hubungan Perilaku Penggunaan Media Sosial dengan Efektivitas Promosi Perilaku penggunaan media sosial ini terdiri atas dua variabel, yaitu aktivitas penggunaan media sosial dan motivasi akses media sosial. Hubungan perilaku penggunaan media sosial dengan efektivitas adalah hubungan antara aktivitas penggunaan media sosial dan motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek AIDA, yaitu attention, interest, desire, dan action. Kedua variabel tersebut menggunakan pengukuran ordinal dan diolah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan kedua variabel dengan efektivitas promosi.

Hubungan Aktivitas Penggunaan Media Sosial dengan Efektivitas Promosi Aktivitas penggunaan media sosial dalam penelitian ini adalah intensitas responden dalam mengakses media sosial bukan hanya saja facebook, melainkan media sosial lainnya yang mereka miliki. Selain itu, aktivitas penggunaan media sosial melihat intensitas keseringan responden dalam mengakses media sosial sesuai waktu, apakah responden mengakses media sosial hanya pada waktu tertentu dengan tingkat kejarangan yang tinggi, pada waktu tertentu atau mengakses media sosial tersebut setiap saat. Aktivitas penggunaan media sosial seringkali menyebabkan hilangnya kepercayaan diri pada dunia nyata dan

menyebabkan ketergantungan pada media sosial (Soliha 2015). Hubungan antara aktivitas penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara aktivitas penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA)

Perilaku Penggunaan Media Sosial

Efektivitas Promosi

Koefisien Korelasi Signifikansi

Aktivitas Penggunaan Media Sosial Attention Interest Desire Action -0.002 -0.119 0.164 0.201 0.990 0.488 0.516 0.511 Berdasarkan hasil data pada Tabel 24, dapat dilihat hubungan antara aktivitas penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi dari semua aspek ternyata tidak memiliki hubungan nyata (hubungan negatif). Hal ini mengindikasikan bahwa indikator yang terdapat dalam variabel aktivitas penggunaan media sosial seperti media sosial yang dimiliki responden, media sosial yang aktif digunakan dan waktu akses media sosial tidak menentukan tinggi rendahnya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza”.

Menurut pernyataan salah satu responden, saat mereka mengakses media sosial mereka tidak hanya melihat satu informasi saja, melainkan melihat banyak informasi di media sosial yang mereka miliki. Selain itu, waktu dalam mengakses media sosial yang mereka miliki juga berbeda-beda, bergantung pada mood responden untuk memilih media sosial mana yang akan diakses terlebih dahulu. Responden tidak selalu terus mengakses facebook karena menurut mereka, media sosial yang sedang tren-lah yang akan mereka sering akses. Sementara itu, pada aspek action, aktivitas penggunaan media sosial memiliki hubungan nyata positif namun tidak signifikan dengan semua unsur dalam aspek action.

Hubungan Motivasi Akses Media Sosial dengan Efektivitas Promosi

Motivasi dalam mengakses media sosial merupakan keinginan atau kebutuhan yang datang dari dalam diri responden untuk mencari kepuasan dengan cara mengakses media sosial yang dalam hal ini adalah facebook. Menurut Luik (2011) motivasi setiap orang dalam mengakses media sosial berbeda-beda karena setiap diri masing-masing individu memiliki konstruksi diri yang berbeda-beda pula. Hubungan antara motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA)

Perilaku Penggunaan Media Sosial

Efektivitas Promosi

Koefisien Korelasi Signifikansi

Motivasi Akses Media Sosial

Attention Interest Desire Action -0.042 -0.397 0.061 0.188 0.772 0.076 0.811 0.538 Berdasarkan hasil data pada Tabel 25, dapat dilihat bahwa antara motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi dari seluruh aspek ternyata tidak memiliki hubungan yang nyata (hubungan negatif). Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi dalam mengakses media sosial tidak menentukan rendah tingginya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza”. Menurut pernyataan salah satu responden, mereka tidak memiliki motivasi yang pasti saat akan mengakses media sosial. Motivasi mereka sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan saat mengakses media sosial.

PENUTUP