• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PENGGUNA FACEBOOK, MEDIA SOSIAL FACEBOOK, DAN PERILAKU PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Karakteristik Pengguna Facebook

Responden dalam penelitian ini adalah pengguna media social facebook yang pernah melakukan like pada fanpage facebook “Chocofaza” dan mengisi kuesioner online yang dilakukan sejak 20 April 2016 sampai dengan 7 Mei 2016. Karakteristik pengguna media sosial facebook dapat dilihat dari segi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan. Pengguna media sosial tersebut diasumsikan sudah pernah melakukan like pada fanpage facebook “Chocofaza” dan menyadari adanya pemberian informasi yang merupakan promosi melalui facebook sebagai media promosinya. Karakteristik pengguna media sosial facebook lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik pengguna facebook Karakteristik Pengguna Facebook Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Usia Muda (<20 tahun) 3 6

Sedang (20-25 tahun) 43 86

Dewasa (>25 tahun) 4 8

Jenis Kelamin Laki-laki 15 30

Perempuan 35 70

Tingkat Pendidikan Rendah (SMP/MTS/Sederajat) 0 0

Sedang (SMA/SMK/MAN) 26 52

Tinggi

(Sarjana/Magister/Doktor)

24 48

Tingkat Pendapatan Rendah (<520000) 3 6

Sedang (520000 – 3200000) 41 82 Tinggi (>3200000) 6 12 Jenis Pekerjaan PNS 2 4 Pegawai Swasta 7 14 Wiraswasta 3 6 IRT/Pelajar/Mahasiswa 38 76 Usia

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pengguna media sosial facebook yang paling dominan berada di kategori usia sedang (20-25 tahun). Hal ini disebabkan karena saat ini kalangan yang berada di kategori usia sedang merupakan kalangan yang aktif dalam menggunakan media sosial terutama facebook. Hal ini juga sesuai dengan hasil survei APJII tahun 2014 yang menyatakan bahwa pengguna media sosial yang dominan saat ini berada dikisaran usia 18-25 tahun. Artinya, dapat dikatakan bahwa segmen pengguna media sosial di Indonesia adalah mereka yang termasuk ke dalam kategori ‘digital natives’ (APJII 2014). Pada kategori usia muda terdapat 3 responden. Pada kategori usia

media sosial adalah seorang pelajar dan mahasiswa. Sementara itu, untuk kategori usia dewasa kebanyakan berasal dari PNS maupun wiraswasta.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan sifat fisik pengguna media sosial yang tercatat dalam kartu identitas, yaitu laki-laki atau perempuan. Berdasarkan tabel diperoleh data bahwa jenis kelamin pengguna media sosial facebook mayoritas adalah perempuan sebanyak 35 pengguna (70%) dan laki-laki sebanyak 15 pengguna (30%). Hal ini dikarenakan wanita cenderung lebih aktif dalam menggunakan media sosial dengan berbagai macam alasan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan merupakan kelompok konsumen yang mudah tertarik, mudah terbujuk iklan, dan impulsif (Triyaningsih 2011).

Menurut survei yang dilakukan oleh APJII tahun 2014 terlihat bahwa pengguna internet khususnya media sosial berjenis kelamin perempuan dengan persentase 51% lebih banyak daripada pengguna internet yang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 49%. Menurut survei tersebut, kebanyakan dari pengguna media sosial ini merupakan individu yang tinggal di daerah urban. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna media sosial facebook tinggal di daerah Bogor dan sekitarnya yang merupakan daerah urban.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan merupakan kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan oleh pengguna media sosial untuk memperoleh pendapatan. Dalam penelitian ini, jenis pekerjaan dibedakan menjadi 1) PNS (TNI/ABRI/POLRI/Guru/Dosen/dll), 2) Pegawai swasta, 3) Wiraswasta, 4) Tidak bekerja (IRT/Pelajar/Mahasiswa). Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sebagian besar pengguna media sosial facebook adalah tidak bekerja yang mayoritasnya berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa yang berjumlah 38 orang dengan frekuensi 76%. Hal ini dikarenakan pelajar dan mahasiswa dianggap sudah “melek” teknologi sehingga responsif terhadap segala bentuk penggunaan internet terutama media sosial.

Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu (Sumarwan 2011). Dalam hal ini, perkerjaan seseorang akan menentukan pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut akan memengaruhi keputusan dan pola konsumsi seseorang.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh pengguna media sosial sampai dengan waktu penelitian dilaksanakan. Tingkat pendidikan tersebut terbagi menjadi lima jenjang, yaitu: SMP/MTS/Sederajat, SMA/SMK/MAN/Sederajat, Diploma, Sarjana/D4, Magister, dan Doktor. Berdasarkan table, terlihat bahwa sebagian besar pengguna media sosial memiliki pendidikan yang sedang, yaitu SMA/SMK/MAN/Sederajat dengan jumlah 26 orang (52%). Sedangkan 24 responden (48%) berada di tingkat pendidikan yang tinggi yaitu Sarjana/Magister/Doktor. Survei APJII juga menyatakan bahwa rata-rata pengguna internet di Indonesia memiliki tingkat pendidikan setara dengan SMA/SMU/sederajat dengan persentase 64,7%

mewakili seluruh pengguna internet di Indonesia. Hal ini didukung dengan pernyataan Sumarwan (2011) bahwa individu yang memiliki pendidikan lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi dan pendidikan juga akan mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan terbagi menjadi dua yaitu pendapatan untuk responden yang sudah bekerja dan pendapatan untuk responden yang belum bekerja (pelajar atau mahasiswa). Pendapatan untuk responden yang sudah bekerja merupakan pendapatan responden dalam jangka waktu tertentu sampai dengan waktu saat penelitian berlangsung. Sedangkan pendapatan untuk responden yang tidak bekerja (pelajara atau mahasiswa) adalah uang saku responden yang didapatkan dari orang tua.

Tingkat pendapatan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pendapatan rendah (<Rp.520000), pendapatan sedang (Rp.520 000 – Rp.3 200 000), dan pendapatan tinggi (>Rp.3200000). Berdasarkan tabel, mayoritas pendapatan pengguna media sosial facebook berada kategori sedang sebanyak 43 pengguna (86%). Hal ini dikarenakan kebanyakan dari responden berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa yang mendapatkan uang saku untuk keperluan sehari-harinya dari orang tua maupun usaha kecil-kecilan Pendapatan adalah sumberdaya yang sangat penting karena dengan pendapatan inilah individu bisa membiayai konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan daya beli seseorang. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk atau jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya (Sumarwan 2011).

Karakteristik Media Sosial Facebook

Karakteristik media sosial facebook adalah ciri khusus dari suatu media sosial untuk dapat mengkomunikasikan suatu pesan agar pengguna media sosial lainnya dapat mengetahui ataupun memahami pesan-pesan yang disampaikan. Media sosial tidak hanya dijadikan sebagai media untuk mendapatkan informasi atau menambah relasi, melainkan juga dapat diandalkan sebagai media promosi suatu produk. Dalam penggunaannya sebagai media promosi, pelaku usaha dituntut untuk kreatif dalam menciptakan pesan yang sesuai dengan kalangan masyarakat pengguna media sosial terutama facebook.

Kegiatan promosi merupakan salah satu faktor penting dalam pemasaran produk karena melalui promosi inilah pelaku usaha dapat melakukan komunikasi dengan konsumen melalui media sosial sebagai perantaranya. Selain itu, kegiatan promosi melalui media sosial ini juga tidak membutuhkan modal yang tinggi sehingga banyak dipilih oleh pelaku usaha dengan modal yang berkecukupan. Promosi yang dilakukan lewat media sosial dirancang untuk menstimulasi terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh konsumen terhadap suatu produk atau jasja (Kotler 2003). Aktivitas promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha ini nantinya akan dilihat oleh pengguna media sosial lainnya sehingga menimbulkan perubahan sikap dari tidak menyadari keberadaan suatu produk hingga benar-benar tertarik pada produk tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektivitas media sosial facebook “Chocofaza” dalam mempromosikan produk minuman coklat ‘Chocofaza” yang dilihat dari perubahan sikap konsumen yang merupakan pengguna media sosial facebook yang melakukan like pada fanpage facebook “Chocofaza”. Aktivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” ini dilakukan oleh admin dengan melakukan posting informasi terkait dengan produk “Chocofaza” yang dilengkapi dengan penjelasan promosi, foto-foto produk, aktivitas membalas komentar dari pengguna media sosial yang merupakan calon konsumen di fanpage facebook “Chocofaza” dalam upaya merubah sikap pengguna media sosial sampai dengan terjadinya pembelian produk.

Efektivitas media sosial facebook kemudian dilihat melalui empat tahapan dari unsur AIDA, yaitu attention (perhatian), interest (ketertarikan), desire (keinginan), dan action (tindakan). Aktivitas promosi melalui media sosial facebook yang dilakukan oleh produk minuman coklat “Chocofaza” diukur dengan menggunakan empat karakteristik dari media sosial, meliputi frekuensi penyampaian pesan, frekuensi feedback pesan, daya tarik pesan, dan kejelasan informasi. Berikut ini adalah Tabel 4 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan karakteristik media sosial facebook “Chocofaza”.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan karakteristik media sosial facebook

Karakteristik Media Sosial

Penilaian Responden

Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % N % Frekuensi penyampaian pesan 7 14 20 40 23 46 50 100 Frekuensi feedback pesan 3 6 16 32 31 62 50 100

Tingkat daya tarik pesan 0 0 14 28 36 72 50 100 Tingkat kejelasan penyampaian informasi 1 2 23 46 26 52 50 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa semua variabel dari karakteristik media sosial berada pada kategori tinggi. Frekuensi penyampaian pesan tergolong intens karena penilaian responden yang menganggap penyampaian pesan selalu terlihat di beranda facebook masing-masing responden. Sedangkan untuk penilaian frekuensi feedback juga tergolong intens karena menurut sebagian besar responden, admin akun facebook “Chocofaza” selalu menanggapi komentar dari calon konsumen dengan cepat dan baik. Hasil penilaian responden terhadap dua variabel tersebut didukung oleh pernyataan dari tim marketing “Chocofaza” yang sekaligus menjadi informan pada penelitian ini.

“…Update info kita minimal 1 hari sekali ya kalo aku dan digital

sekali update kita bisa kasih 1 sampai 2 info yang di update. Terus sebisa mungkin hp dan paket data harus on jadi kalo ada yang komentar, review atau apapun bisa langsung dibales. Kalo kelamaan

dibales nanti lupa..” (NNT, Marketing“Chocofaza”)

Variabel berikutnya meliputi tingkat daya tarik pesan dan tingkat kejelasan informasi produk minuman coklat “Chocofaza” dinilai responden tinggi. Responden menilai bahwa penyampain pesan melalui postingan sudah menarik dan mudah diingat. Sementara itu, pada variabel tingkat kejelasan informasi responden menilai pesan yang disampaikan melalui postingan jelas dan mudah dipahami serta sesuai dengan kondisi atau informasi yang nyata. Kedua variabel tersebut merupakan hal yang sangat diperhatikan dan penting bagi pengguna media sosial facebook dan bagi konsumen minuman coklat “Chocofaza”, dibandingkan dengan rutinnya pemberian informasi.

Frekuensi Penyampaian Informasi

Frekuensi penyampaian informasi terbaru adalah banyaknya update informasi-informasi terbaru mengenai produk yang dilakukan oleh “Chocofaza” sehingga konsumen mendapatkan informasi secara terus-menerus. Frekuensi penyampaian pesan merupakan salah satu bagian dari aktivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza”. Menurut Yang (2014), frekuensi penyampaian pesan harus sering dilakukan oleh pelaku usaha dan diimbangi dengan membuat strategi dalam merancang pesan yang akan disampaikan guna memberikan kesadaran kepada para pengguna facebook akan adanya suatu produk.

Frekuensi penyampaian pesan mencakup intensitas fanpage faecbook “Chocofaza” dalam memposting pesan terkait dengan produk, gambar, atau informasi lainnya yang berkenaan dengan produk minuman coklat “Chocofaza”. Pengukuran frekuensi pesan dilihat dari banyaknya postingan pesan yang diposting oleh admin dalam satu minggu. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa sering informasi maupun promosi yang diposting oleh admin dalam satu minggu. Berikut ini Tabel 5 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi pesan yang di-posting oleh “Chocofaza”.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi pesan melalui fanpage facebook “Chocofaza”

Frekuensi Kemunculan Pesan Dalam Satu Minggu

Jumlah (n) Persentase (%) Rendah 7 14 Sedang 20 40 Tinggi 23 46 Total 50 100

Seperti yang telah diuraikan pada Tabel 5, frekuensi penyampaian pesan yang dilakukan oleh fanpage facebook “Chocofaza” dapat diukur melalui banyaknya postingan yang di-posting oleh admin dalam kurun waktu satu minggu. Sebanyak 23 responden (46%) menjawab bahwa fanpage facebook “Chocofaza”

mem-posting pesan baik promosi maupun informasi produk lebih dari empat kali dalam satu minggu. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi penyampaian informasi yang dilakukan oleh admin fanpage facebook “Chocofaza” sangat intens karena penilaian responden menunjukkan frekuensi penyampaian pesan masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan salah satu responden dalam penelitian ini.

“…Karena suka buka fb kapan aja, dan udah ngelike fanpage

Chocofaza nya juga jadi otomatis setiap ada info dari Chocofaza ya suka liat aja di beranda fb aku. Terus kan suka ada yang share biasanya juga masuk ke beranda, jadi sering banget liat update-an

info nya…”(DNF, 37 tahun)

Selain itu, tingginya intensitas update informasi yang dilakukan admin fanpage facebook “Chocofaza” karena adanya penyesuaian waktu update di mana banyak orang melakukan akses ke facebook. Seperti pada hasil penelitian Wulandari (2015), kebanyakan orang akan mengakses media sosial pada saat prime time (sekitar jam 7-10 malam) sehingga aka nada peluang terbacanya update-an informasi yang dilakukan oleh admin suatu media sosial.

Gambar 6 Posting-an informasi produk minuman coklat “Chocofaza”

Frekuensi Feedback Pesan

Promosi melalui media sosial dilakukan untuk membangun jembatan komunikasi dua arah antara pelaku usaha dengan calon konsumen (Divya dan Regi 2014). Frekuensi feedback adalah banyak dan rutinnya admin dalam memberikan respon kepada konsumen yang berhubungan dengan informasi produk dan promosi produk “Chocoofaza”. Kecepatan umpan balik pesan (feedback) merupakan bagian dari aktivitas promosi yang terdapat di fanpage

facebook “Chocofaza”. Feedback pesan diukur melalui seringnya admin dalam melakukan balas komentar yang diberikan oleh konsumen. Selain itu, pemberian like pada komentar yang di-posting oleh konsumen juga dijadikan sebagai pengukuran. Kecepatan admin dalam membalas komentar yang masuk dari konsumen juga menjadi salah satu indicator yang diukur dalam frekuensi feedback pesan. Berikut ini merupakan jumlah dan penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi feedback pesan yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa 36 responden (72%) menilai bahwa fanpage facebook “Chocofaza” selalu membalas komentar yang masuk dari konsumen dan masuk dalam kategori tinggi. Membalas komentar konsumen merupakan salah satu cara dari pelaku usaha untuk berkomunikasi langsung dengan calon konsumen agar menciptakan hubungan yang lebih dekat dari kedua belah pihak serta memberikan kenyamanan kepada calon konsumen. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Sukma (2012) yang menyatakan bahwa hal-hal yang mendukung kualitas dalam pelayanan (quality of service) termasuk didalamnya membangun komunikasi antara pelaku usaha dan konsumen diperlukan karena akan meningkatkan penjualan.

Tabel 6 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi feedback pesan melalui fanpage facebook “Chocofaza”

Indikator Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

Admin selalu melakukan

balas komentar 0 0 14 28 36 72 50 100

Admin memberikan like pada setiap komentar yang masuk

0 0 27 54 23 46 50 100

Respon dalam membalas

komentar sangat cepat 0 0 17 34 33 66 50 100

Gambar 7 “Chocofaza” membalas komentar

Indikator berikutnya yang dimasukkan dalam pengukuran frekuensi feedback pesan adalah seringnya admin dalam memberikan like pada komentar konsumen yang masuk. Sebanyak 27 responden (54%) termasuk ke dalam kategori sedang dan menyatakan bahwa admin tidak selalu memberikan like pada

komentar. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari tim marketing “Chocofaza”.

“…Kita sih kadang-kadang aja kasih like ke komentar yang masuk.

Tapi lebih seringnya ya cuma balas komentar aja soalnya komentar lebih penting buat dijawab secara langsung. Nanti kalau ga dijawab kan bisa bikin kesel konsumen. Kalau masalah kasih like ke komentar konsumen mah ya ga terlalu sering. Pasti hp aku harus terus on biar kalo ada notif komentar masuk bisa langsung balas

komentarnya…” (NNT, tim marketing “Chocofaza”)

Indikator terakhir dalam melihat frekuensi feedback pesan adalah dengan pernyataan respon admin dalam melakukan balas komentar sangat cepat. Sebanyak 33 responden (66%) menilai bahwa admin fanpage facebook “Chocofaza” selalu cepat dalam membalas komentar dan penilaian tersebut masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan tim marketing yang telah diuraikan di atas. Kecepatan dalam membalas komentar sangat diperlukan karena biasanya konsumen membutuhkan jawaban yang pasti dari admin. Jika admin tidak merespon secara cepat konsumen akan mencari pilihan produk lain dan akan mengurangi peluang terjadinya pembelian suatu produk (Yang 2014).

Daya Tarik Pesan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah pesan persuasif, salah satunya adalah daya tarik (Kusumastuti 2009). Daya tarik pesan merupakan salah satu karakteristik dalam aktivitas promosi yang terdapat pada pesan guna menarik minat konsumen akan suatu produk tertentu. Semakin menarik pesan yang disampaikan melalui facebook akan semakin menarik perhatian calon konsumen untuk melihat sampai dengan membeli produk yang ditawarkan. Seorang admin memegang peranan penting dalam merancang pesan yang akan disampaikan kepada konsumen. Biasanya, pesan yang disampaikan didampingi oleh beberapa foto yang dapat memberikan kejelasan yang mungkin akan menarik perhatian konsumen. Daya tarik pesan diukur melalui empat indikator yang meliputi tagline produk, profile picture produk di fanpage, desain logo produk, dan kualitas foto bersamaan dengan pesan yang di-posting. Berikut adalah Tabel 7 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator daya tarik pesan fanpage facebook “Chocofaza”.

Tabel 7 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator daya tarik pesan fanpage facebook “Chocofaza”

Indikator Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

Nama akun menarik 0 0 14 28 36 72 50 100

Tagline produk menarik 0 0 17 34 33 66 50 100

Profile picture menarik 0 0 24 48 26 52 50 100

Caption pesan menarik 0 0 26 52 24 48 50 100

Kualitas foto sangat jelas 0 0 8 16 42 84 50 100 Berdasarkan Tabel 7, nama akun “Chocofaza” termasuk kategori tinggi dan dinilai menarik oleh sebagian besar responden. Pemberian nama yang unik untuk akun media sosial yang digunakan sebagai media promosi suatu produk harus diperhatikan dan sebisa mungkin bisa menimbulkan perhatian dari responden (Divya dan Regi 2014). Tagline produk “Chocofaza” dinilai menarik yang termasuk ke dalam kategori tinggi. Pemberian tagline “Coklatnya gak

Bercanda” dirasa menarik karena dengan tagline tersebut dapat memberikan gambaran tentang rasa dari produk minuman coklat “Chocofaza”.

“…Nama akunnya menarik dan beda menurutku, pertama liat ya

dari sharing postingan temen, buka-buka eh ternyata produk minuman coklat. Sampai saat ini sih belum pernah beli. Liat juga logo sama foto-fotonya, iseng-iseng liat kemasannya dan lucu. Beda

aja sama coklat yang lain..”. (SAM, 21 tahun)

Sebanyak 26 responden (52%) menilai bahwa profile picture fanpage facebook “Chocofaza” menarik dan termasuk ke dalam kategori tinggi. Profile picture yang digunakan oleh fanpage facebook “Chocofaza” adalah gambar kemasan produk “Chocofaza” yang diatur sedemikian rupa dan menarik lalu dijadikan sebagai “face” fanpage facebook “Chocofaza”. Responden menilai bahwa penggunaan profile picture memberikan gambaran kemasan produk minuman coklat “Chocofaza”. Menurut Yang (2014), pergantian profile picture secara berkala dapat menstimulasi perhatian konsumen dan disesuaikan dengan aktivitas promosi produk yang terbaru. Sedangkan untuk caption pesan yang berisi informasi seputar produk dinilai biasa saja dan masuk dalam kategori sedang. Penilaian responden terhadap caption yang dibuat oleh admin fanpage facebook “Chocofaza” menyatakan bahwa caption yang dibuat terlalu panjang sehingga kadang-kadang responden hanya membaca sebagaian pesan yang tampak di beranda facebook miliknya.

“…Menurut aku kadang captionnya terlalu panjang dan aku kadang

jadi suka males juga bacanya, paling liat fotonya aja. Tapi kadang- kadang kalo lagi mood ya dibaca, lumayan nambah pengetahuan juga. Soalnya ga cuma posting produk minuman coklatnya aja, tapi

info seputar coklatnya juga...” (MAA, 21 tahun)

Profile Picture

Gambar 8 Contoh Profile Picture “Chocofaza”

Indikator ketiga dari daya tarik pesan adalah desain logo dari “Chocofaza” sebagai ciri khas produk. Hasil penilaian responden pada indikator desain logo “Chocofaza” termasuk ke dalam kategori tinggi yang mengindikasikan bahwa desain logo “Chocofaza” sangat menarik. Hasil penelitian Kurniawan (2015) menyatakan bahwa logo adalah ciri pematenan produk dan didesain unik sehingga mudah diingat oleh konsumen. Logo “Chocofaza” memiliki banyak warna yang diterapkan dan disesuaikan dengan warna kemasan. Hal ini membuat logo tidak terlihat membosankan karena memiliki perpaduan warna yang unik. Indikator terakhir dari daya tarik pesan adalah kualitas foto yang di-posting oleh admin. Penilaian terhadap indikator ini termasuk ke dalam kategori tinggi yang mengindikasikan bahwa kualitas foto yang di-posting baik, tajam dan sangat jelas. Menurut Yang (2014) kualitas foto yang jelas dan baik memang lebih disukai oleh orang yang melihatnya terutama jika facebook tersebut memang memasarkan sebuah produk dengan mengedepankan foto produk untuk memberikan kesan yang baik di mata konsumen.

Kejelasan Penyampaian Informasi

Kejelasan dalam penyampaian informasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan aktivitas promosi. Semakin jelas informasi yang disampaikan maka akan semakin menarik perhatian calon konsumen (Wulandari 2015). Kejelasan dalam penyampaian informasi diukur dengan melihat beberapa indikator, yaitu informasi varian rasa, harga produk, contact person, tata cara pemesanan, tata cara menjadi agen/reseller, dan promo/event pembelian produk. Penilaian untuk indikator kejelasan informasi sudah dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan pilihan jawaban sangat tidak jelas, tidak jelas, kurang jelas, jelas, dan sangat jelas. Berikut ini merupakan Tabel 8 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden terkait dengan kejelasan informasi yang disampaikan oleh fanpage facebook “Chocofaza”. Tabel 8 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator

kejelasan informasi melalui fanpage facebook “Chocofaza”

Indikator Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % N %

Informasi varian rasa produk 0 0 9 18 41 82 50 100

Informasi harga produk 3 6 40 80 7 14 50 100

Informasi contact person 0 0 9 18 41 82 50 100

Informasi tata cara pemesanan 0 0 11 22 39 78 50 100

Informasi tata cara menjadi agen/reseller

0 0 14 28 36 72 50 100

Informasi promo/event pembelian 0 0 11 22 39 78 50 100

Berdasarkan Tabel 8, sebanyak 41 responden (82%) menilai bahwa informasi varian rasa produk “Chocofaza” sangat jelas sehingga mudah dipahami