• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SIKAP DENGAN POTENSI KONFLIK DALAM KEMITRAAN PIR

Bab ini menjelaskan hubungan antara variabel sikap petani dengan variabel potensi konflik dalam kemitraan PIR. Terdapat 3 komponen yang juga dilihat hubungannya yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif. Kemudian sikap secara umum juga dihubungkan langsung dengan perilaku berpotensi konflik di Desa Sukadamai. Hubungan kedua variabel ini dianalisis menggunakan tabulasi silang dan uji Chi-Square. Berikut hasil uji statistik hubungan kedua variabel menggunakan SPSS.

Tabel 61 Nilai uji Chi-Square dan signifikansi hubungan antara variabel sikap dan potensi konflik

Hubungan sikap dengan potensi konflik Nilai Chi- Square Asymp. Sig. (2- sided) Komponen kognitif 5.406a 0.020 Komponen afektif 0.000a 1.000 Komponen konatif 2.069a 0.150 Sikap 3.270a 0.071

Hubungan Komponen Kognitif dan Potensi Konflik

Berdasarkan komponen kognitif dapat dilihat bahwa dominan responden yang memiliki pengetahuan tepat dan kurang tepat memiliki potensi konflik yang cukup berbeda. Terdapat lebih banyak responden yang memiliki potensi konflik rendah pada kategori pengetahuan kurang tepat dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya tepat tentang kemitran PIR. Kemudian, dominan responden yang potensi konfliknya tinggi adalah responden yang memiliki pengetahuan tepat tentang kemitraan PIR. Hal ini menunjukkan semakin tepat pengetahuan responden tentang kemitraan PIR maka semakin tinggi potensi konflik. Sedangkan semakin kurang tepat pengetahuan responden tentang kemitraan PIR maka semakin rendah potensi konflik pada responden.

Tabel 62 Jumlah dan persentase responden pada pengetahuan tentang kemitraan PIR berdasarkan potensi konflik

Potensi konflik

Pengetahuan

Total Pengetahuan

kurang tepat Pengetahuan tepat

n % n % n %

Potensi konflik rendah 20 64.5 10 34.5 30 50

Potensi konflik tinggi 11 35.5 19 65.5 30 50

Berdasarakan hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapat hasil ρ sebesar 0.020. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa nilai ρ < 0.05, sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan responden tentang kemitraan PIR dengan perilaku potensi konflik yang dilakukan petani. Hubungan yang terdapat pada kedua variabel tersebut, dimungkinkan karena responden yang memiliki pengetahuan tepat lebih paham apa saja hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan sebagai penyelenggara kemitraan. Sedangkan hal-hal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh perusahaan. Seperti pengertian kemitraan yang seharusnya menguntungkan kedua belah pihak. Serta tujuan kemitraan yang seharusnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Kedua hal tersebut adalah hal-hal yang dipercayai oleh responden, tetapi tidak terlaksana. Berdasarkan hal tersebut, didapat kesimpulan bahwa pengetahuan responden tentang kemitraan PIR cukup memberikan perbedaan pada potensi konflik pada responden.

Hubungan Komponen Afektif dan Potensi Konflik

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan jumlah persentase antara kedua kategori perasaan responden tentang kemitraan PIR. Responden yang memiliki potensi konflik rendah terbagi dua sempurna, 50% merasakan kemitraan PIR kurang sinergis dan 50% merasakan kemitraan sinergis. Begitu pula dengan responden yang memiliki potensi konflik memiliki jumlah dan persentase yang sama persis dengan responden yang memiliki potensi konflik rendah. Tidak terdapatnya perbedaan antara kedua kategori penggolongan ini jelas menunjukkan bahwa perasaan responden tentang kemitraan PIR tidak mempengaruhi potensi konflik yang timbul pada diri responden terhadap kemitraan PIR. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square juga menunjukkan hal yang sama yaitu, tidak terdapatnya hubungan antara perasaan responden tentang kemitraan PIR dengan potensi konflik. Hasil uji Chi-Square menghasilkan nilai ρ yang jauh lebih besar dari 0.05 (ρ = 1.000).

Tabel 63 Jumlah dan persentase responden pada perasaan responden tentang kemitraan PIR berdasarkan potensi konflik

Potensi konflik Perasaan Total Kemitraan kurang sinergis Kemitraan sinergis n % n % n %

Potensi konflik rendah 24 050 06 050 30 050 Potensi konflik tinggi 24 050 06 050 30 050

Total 48 100 12 100 60 100

Persamaan jumlah dan persentase ini mungkin disebabkan karena selain responden merasakan kemitraan PIR kurang sesuai, tetapi mereka masih merasakan adanya manfaat pada kemitraan PIR. Sehingga sebagian besar responden masih merasakan sedikit keuntungan dalam mengikuti kemitraan PIR.

Responden yang masih merasakan adanya keuntungan tersebut melakukan timbal balik, seperti yang dikutip dari Kerr dan Kaufman-Gilliand, 1994 oleh Baron dan Bryne (2004). Ketika orang lain bekerjasama dengan kita dan mengesampingkan kepentingan pribadinya, biasanya kita akan melakukan hal yang sama sebagai balasannya. Perusahaan dinilai telah memberikan sedikit manfaat pada masyarakat dengan masuknya kemitraan PIR, sehingga responden membalasnya dengan tidak mengusulkan untuk melakukan protes.

Hubungan Komponen Konatif dan Potensi Konflik

Berdasarkan tabel di bawah, semua responden yang dikategorikan tidak ingin bekerjasama adalah responden yang memiliki potensi konflik rendah. Sedangkan responden yang memiliki keinginan bekerjasama, lebih banyak yang memiliki potensi konflik tinggi dibanding yang memiliki potensi konflik rendah. Hal ini tidak mencerminkan adanya persamaan sikap dan perilaku pada responden. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan metode Chi-Square

didapatkan nilai ρ sebesar 0.150. Nilai ρ yang lebih besar dari 0.05 mencerminkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.

Tabel 64 Jumlah dan persentase responden pada keinginan responden dalam kemitraan PIR berdasarkan potensi konflik

Potensi konflik Keinginan Total Ketidak inginan bekerjasama Keinginan berkejasama n % n % n %

Potensi konflik rendah 2 100 28 048.3 30 050 Potensi konflik tinggi 0 000 30 051.7 30 050

Total 2 100 58 100.0 60 100

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, responden yang memiliki ketidak inginan bekerjasama tidak menunjukkan adanya potensi konflik yang tinggi, seperti mengusulkan untuk demo atau mengikuti demo. Kedua responden yang tidak ingin bekerjasama tersebut, lebih menunjukkan ketidak inginannya dengan cara langsung tidak melanjutkan kemitraan PIR. Tindakan atau perilaku yang mereka lakukan adalah menjual lahan kelapa sawit dan tidak ingin menandatangai perjanjian lanjutan yang diusulkan perusahaan pada tahun 2008 lalu. Pada tahap ini kedua responden tersebut berada pada reaksi exit, seperti yang dijelaskan Carl Rusbult dalam Taylor et al. (2009). Rusbult menyebutkan bahwa terdapat empat reaksi utama terhadap ketidakpuasan yang disebutnya suara, loyalitas, pengabaian, dan keluar. Jika responden lainnya memiliki reaksi berupa suara atau usulan untuk protes dan sebagian responden lainnya melakukan pengabaian, kedua responden yang tidak ingin bekerjasama tersebut berada pada reaksi exit

Hubungan Sikap dan Potensi Konflik

Analisis deskriptif dengan tabulasi silang yang dilakukan pada kedua variabel menghasilkan tabel di bawah ini. Terlihat adanya perbedaan antara sikap dan perilaku responden di Desa Sukadamai. Responden yang kurang mendukung kemitraan PIR cenderung memiliki potensi konflik yang rendah. Sedangkan responden yang mendukung kemitraan PIR malah memiliki potensi konflik yang tinggi. Berdasarkan uji statistik menggunakan metode Chi-Square, didapat nilai ρ

sebesar 0.071. Nilai tersebut masih lebih besar dari 0.05, sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dan potensi konflik pada responden.

Tabel 65 Jumlah dan persentase responden pada sikap responden pada kemitraan PIR berdasarkan potensi konflik

Potensi konflik Sikap Total Kurang mendukung kemitraan Mendukung kemitraan n % n % n %

Potensi konflik rendah 18 62.1 12 38.7 30 50

Potensi konflik tinggi 11 37.9 19 61.3 30 50

Total 29 100.0 31 100.0 60 100

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku adalah pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilian terhadap objek. Tetapi kenyataannya tidak selalu demikian, tidak selamanya sikap akan menentukan tingkah laku kita (Baron dan Bryne 2004). Hal ini karena adanya ambivalensi sikap sebagaimana yang dikutip Baron dan Bryne (2004) dari Priester dan Petty (2001). Ambivalensi sikap merupakan tercampurnya evaluasi kita terhadap suatu objek menjadi dua reaksi positif dan negatif. Evaluasi tersebut tidak selamanya hanya positif atau hanya negatif tetapi dapat pula keduanya sekaligus. Masyarakat merasakan bahwa kemitraan PIR kurang sinergis, tetapi mereka tetap memiliki keinginan untuk bekerjasama yang cukup tinggi. Kemudian, petani dinilai cukup mendukung kemitraan PIR, dalam artian masih terus menjalankan perjanjian kemitraan. Responden yang mendukung kemitraan PIR tidak berarti hanya diam dan menerima adanya ketimpangan-ketimpangan yang terjadi. Tetapi, responden juga pernah mengusulkan untuk melakukan protes agar kemitraan yang dilaksanakan tetap berjalan lancar dan memberikan keuntungan yang cukup untuk petani. Artinya tindakan-tindakan berupa potensi konflik yang terjadi dapat pula dinilai sebagai tindakan agar kemitraan antara kedua belah pihak semakin baik.

Iktisar

Berdasarkan penjabaran di atas disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dan perilaku potensi konflik pada responden. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat Ambivalensi sikap yang membuat sikap responden tidak menentukan perilaku responden pada kemitraan PIR. Selain itu berdasarkan hasil

tabulasi silang dan uji Chi-Square hanya komponen kognitif berupa pengetahuan yang menunjukkan adanya hubungan dengan potensi konflik. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan semakin tepat pengetahuan responden tentang kemitraan PIR maka semakin tinggi potensi konflik. Sedangkan semakin kurang tepat pengetahuan responden tentang kemitraan PIR maka semakin rendah potensi konflik pada responden. Sedangkan komponen sikap lainnya tidak menunjukkan adanya keterkaitan.

Dokumen terkait