• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Individu

Responden dalam penelitian ini adalah warga Desa Sukadamai yang telah terdaftar sebagai petani plasma dalam SK Bupati setempat. Secara umum hampir semua petani plasma di Desa Sukadamai adalah peserta transmigrasi pada tahun 1980. Karakteristik individu pada penelitian ini digolongkan dalam beberapa karakteristik yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

Karakteristik Individu Menurut Umur

Umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia yang diukur dengan menghitung selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilakukan penelitian. Umur responden juga digolongkan menjadi 5 kategori berdasarkan usia produktif.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur

Tabel 7 menyatakan bahwa cukup banyak responden yang berumur antara 45-54 tahun dan juga responden di atas 55 tahun. Banyaknya responden yang berumur di atas 45 tahun ini karena mereka merupakan penerima asli dari program transmigrasi. Kemudian, responden yang umurnya di bawah 35 tahun biasanya adalah pecahan KK (kepala keluarga). Pecahan KK dalam hal ini berarti anak dari penerima asli atau dengan kata lain mereka menerima lahan kebun kelapa sawit dari orang tua mereka.

Karakteristik Individu Menurut Jenis Kelamin

Responden pada penelitian ini didominasi oleh laki-laki. Seperti pada Tabel 8 yang dengan jelas menyatakan bahwa 80% dari total responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini karena, penerima plasma di atas namakan oleh kepala keluarga sehingga secara otomatis responden kebanyakan adalah laki-laki. Adapun calon responden perempuan umumnya menolak untuk diwawancarai karena merasa tidak mengerti dengan kemitraan PIR. Responden perempuan yang telah diwawancarai umumnya adalah seorang kepala keluarga (janda) dan ibu rumah tangga yang merasa cukup mengetahui kemitraan PIR. Berikut dapat dilihat tabel yang menunjukkan jumlah dan persentase responden.

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

15-22 0 0 25-34 11 18.3 35-44 11 18.3 45-54 18 30.0 ≥ 55 20 33.4 Total 60 100.0

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik Individu Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh responden. Jika dilihat dalam tabel, lebih dari separuh responden memiliki pendidikan terakhir di sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 68.33%. Hal ini karena dulu di Desa Sukadamai hanya terdapat 1 sekolah dasar, sehingga masyarakat sulit untuk bersekolah. Selain itu keadaan ekonomi memakasa mereka untuk tidak melanjutkan sekolah. Walaupun demikian telah terdapat beberapa responden yang bersekolah di jenjang yang lebih tinggi. Berikut dapat dilihat rincian jumlah dan persentase karakteristik individu menurut tingkat pendidikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Karakteristik Individu Menurut Jenis Pekerjaan Utama

Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden sebagai sumber mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian besar warga Desa Sukadamai masih bekerja di sektor pertanian. Hal itulah yang menyebabkan sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai petani atau buruh tani. Responden yang tidak memiliki sawah padi akan bekerja sebagi buruh tani di sawah tetangga mereka, atau sawah milik warga desa yang berada di luar desa Sukadamai.

Selain sawah padi, dan perkebunan sawit di Desa Sukadamai juga terdapat perkebunan karet. Responden memiliki kebun karet pribadi yang menunjang kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Walaupun perawatan kabun karet lebih intensif karena harus disadap setiap pagi. Masyarakat berpendapat bahwa kebun karet lebih menguntungkan bagi mereka dibandingkan dengan kebun kelapa sawit plasma. Selain berbentuk kebun karet, beberapa responden juga memiliki pembibitan karet di halaman rumah mereka.

Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 48 80

Perempuan 12 20

Total 60 100

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tidak sekolah 2 3.3 SD 41 68.4 SMP 6 10.0 SMA 8 13.3 Perguruan tinggi 3 5.0 Total 60 100.0

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan utama

Karakteritik Individu Menurut Kepemilikan Luas Lahan

Sebagian dari total responden memiliki lahan pangan atau kebun di luar lahan plasma sawit. Sebagiannya lagi hanya memiliki lahan perumahan seluas 0.25 ha dan kebun plasma sawit saja. Lahan pangan dan kebun tersebut dikategorikan menjadi kebun karet, sawah padi dan kebun sawit non-plasma. Terdapat juga responden yang memiliki dua jenis lahan sekaligus. Terdapat masing-masing 1 responden yang memiliki lahan sawah seluas 3 ha dan 4 ha. Selain itu, untuk lahan sawit terdapat 3 responden yang memiliki lahan seluas 2 ha.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas dan jenis kepemilikan lahan

Luas lahan (ha)

Jenis kepemilikan lahan

Karet Sawah Sawit (non-plasma)

n (%) n % n % 0.25 3 20.00 3 16.66 0 0.00 0.5 4 26.66 4 22.22 2 33.33 1 3 20.00 4 22.22 4 66.67 1.25 1 6.67 2 11.11 0 0.00 1.5 1 6.67 1 5.56 0 0.00 2 3 20.00 2 11.11 0 0.00 3 0 0.00 1 5.56 0 0.00 4 0 0.00 1 5.56 0 0.00 Total 15 100.00 18 100.00 6 100.00

Karakteristik Petani Plasma Sawit Luas Kebun Plasma Kelapa Sawit

Petani plasma yang berada di Desa Sukadamai umumnya memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 12, lebih dari separuh responden memiliki lahan seluas 2 Ha. Lahan seluas 2 ha ini adalah lahan yang memang diperuntukkan untuk pertanian dari program transmigrasi. Jenis pekerjaan utama Jumlah (orang) Persentase (%)

Tani 49 81.66 Wiraswasta 6 10.00 Pedagang 1 1.67 Guru 2 3.33 IRT 1 1.67 Pengangguran 1 1.67 Total 60 100.00

Mulanya, lahan tersebut digunakan sebagai sawah dan merupakan lahan bersertifikat. Tetapi kemudian lahan tersebut tidak dapat digunakan sebagai sawah dan menjadi lahan tidur. Setelah itu lahan tersebut diagunkan ke bank oleh pemilik untuk dijadikan kebun plasma sawit. Terdapat beberapa responden yang memiliki lahan seluas 1 ha, hal ini karena sisa 1 ha lahan mereka telah dijual atau diwariskan kepada anaknya. Kemudian, untuk responden yang memiliki lahan lebih dari 2 ha adalah responden yang telah membeli lahan milik warga transmigran lainnya.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas lahan kebun kelapa sawit plasma

Luas kebun sawit plasma Jumlah (orang) Persentase (%)

1 ha 15 25.0

2 ha 35 58.3

>2 ha 10 16.7

Total 60 100

Status Kepemilikan KebunPlasma Kelapa Sawit

Status kepemilikan lahan kebun kelapa sawit berkaitan dengan luas lahan kebun kelapa sawit. Seperti yang sudah disebutkan pada subbab di atas, status kepemilikan lahan kebun kelapa sawit digolongkan menjadi 4 kategori. Berikut Tabel 13 yang menjabarkan status kepemilikan lahan kelapa sawit di Desa Sukadamai.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status kepemilikan lahan kebun kelapa sawit

Status kepemilikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Turun temurun 11 18.34

Membeli 5 8.33

Lahan transmigrasi 39 65.00

Membeli dan lahan transmigrasi 5 8.33

Total 60 100.00

Kategori status kepemilikan lahan tersebut adalah turun temurun (warisan), membeli, lahan transmigrasi, dan membeli sekaligus dari lahan transmigrasi. Status kepemilikan lahan kebun sawit terbesar adalah dari program transmigrasi. Status kepemilikan lahan dari program transmigrasi ini sangat dominan karena memang hampir seluruh kepala keluarga diberikan lahan oleh pemerintah saat program berlangsung. Status kepemilikan lahan dari transmigrasi sebanyak 65% tersebut belum ditambah dengan status kepemilikan dari kategori membeli dan transmigrasi. Kemudian, lahan yang bersumber dari warisan atau turun temurun menjadi status kepemilikan terbanyak setelah kategori transmigran. Lahan turun

temurun ini juga awalnya adalah dari program transmigrasi yang diberikan kepada orang tua mereka.

Status Pengelolaan Lahan Kebun Plasma Kelapa Sawit

Kemitraan PIR di desa ini dimulai pada tahun 2004, sehingga seluruh responden menjawab bahwa mereka telah bermitra selama 10 tahun. Adapun untuk status pengelolaan lahan plasma, kebanyakan responden menjawab bahwa mereka tidak mengolah lahan plasmanya sendiri. Hal ini jelas dapat dilihat dalam Tabel 14 bahwa sebagian besar responden lahannya dikelola langsung oleh perusahaan, seperti ungkap salah seorang responden:

“...di sini mba, tidak ada warga yang kerja di kebun plasmanya,

karena yang mengelola kebun plasmanya ya cuma perusahaan. Kita tinggal tunggu hasil bulanan itu aja. Itu pun perbulannya sedikit,

tidak cukup buat makan....” (Shy, 31thn)

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status pengelolaan lahan kebun plasma

Status pengelolaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Dikelola sendiri 11 18.33

Dikelola perusahaan 49 81.67

Total 60 100.00

Sedikit berbeda dengan pernyataan Shy, terdapat 18.33% responden yang menyatakan bahwa mereka telah dua tahun mengelola lahannya sendiri. Hal ini karena mereka telah berpindah dari KUD MTJ ke KSU Al-Barokah. Seperti yang dinyatakan oleh salah satu informan, yaitu sebagai berikut:

“ ...ya anggota koperasi kami (KSU Al-Barokah) sedikit beda mba dengan yang ikut perusahaan, kalo di sini kita maunya kebun plasma, kita yang rawat sendiri, supaya kita tau gimana keadaannya. Kalo di perusahaankan (KUD MTJ) kita gak tau apa-apa, liat aja kebun yang

disana ndak terawat...” (Tmj, 64 tahun, Pengurus KSU Al-Barokah)

Responden yang menjadi anggota KSU Al-Barokah memang telah 2 tahun mengelola lahan kebun sawit plasma mereka sendiri. Pengelolaan ini dilakukan karena mereka sedang dalam upaya untuk lepas dari kemitraan dengan perusahaan. Selain mengelola kebun secara pribadi, pengangkutan kelapa sawit juga telah diusahakan menggunakan truk yang mereka beli dari uang koperasi. Berbeda dengan KUD MTJ yang pengangkutannya masih menggunakan truk milik perusahaan. Pengangkutan menggunakan truk sendiri ini dilakukan oleh KSU Al-Barokah untuk mengurangi biaya pengangkutan dari perusahaan.

Keterlibatan Petani dalam Kelompok atau Organisasi

Karakteristik petani lainnya adalah keterlibatan mereka dalam organisasi. Organisasi yang difokuskan di sini adalah organisasi yang berkaitan dengan kemitraan PIR. Terdapat satu jenis organisasi yang berkaitan dengan PIR yaitu koperasi mitra.

Keikutsertaan dalam Koperasi

Desa Sukadamai memiliki dua koperasi yang berbeda pengelolaan yaitu, Koperasi Unit Desa Mekar Tani Jaya (KUD MTJ) dan Koperasi Serba Usaha Al- Barokah (KSU Al-Barokah). Kedua koperasi ini bermula dari satu koperasi yang sama dengan satu kepengurusan. Kemudian koperasi ini akhirnya terbagi menjadi dua, baik kepengurusan dan juga anggotanya. Berikut rincian pembagian anggota berdasarkan responden.

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keikutsertaan dalam koperasi mitra

Nama koperasi mitra Jumlah (orang) Persentase (%)

KSU Al-Barokah 11 18.33

KUD Mekar Tani Jaya 47 78.34

Tidak ikut koperasi 2 3.33

Total 60 100.00

Jika dilihat dari banyaknya, anggota KUD MTJ lah yang lebih banyak menjadi responden. Responden pada penelitian ini didominasi oleh anggota dari koperasi ini. Hal ini karena, lebih dari setengah petani plasma tergabung dalam KUD MTJ. Selain itu, awalnya semua petani plasma dari KSU Al-Barokah juga merupakan anggota KUD MTJ. Tetapi, terdapat pula beberapa responden yang tidak ikut dalam koperasi. Responden mengaku kalau mereka menolak untuk menjadi anggota koperasi, berikut pernyataan salah satu responden.

“ ... saya memang dari awal tidak berminat mau ikut plasma sawit mba, saya juga dibujuk-bujuk supaya ikut, tapi saya tetep ndak mau. Eh, lahan saya malah ikut dibuka dan digarap sama PT. Jadinya, saya jadi petani plasma juga, tapi saya ndak mau ikut kumpulan- kumpulan koperasi, saya netral aja.” (Syk, 72 tahun).

Keaktifan dan Manfaat yang dirasakan dari Koperasi

Keaktifan responden dalam koperasi yang dimaksud adalah kehadiran responden, kemampuan responden untuk bertanya, memberikan ide serta gagasan ketika diadakan kumpul koperasi. Ketika ditanyakan mengenai keaktifan, cukup banyak responden menjawab ya. Artinya responden yang menjawab ya menganggap dirinya aktif hadir, bertanya dan memberikan ide ketika kumpul koperasi. Lebih dari setengah jumlah responden lainnya hanya aktif hadir ketika diundang dan tidak dapat secara langsung memberikan ide atau juga pertanyaan. Umumnya responden mengaku sering datang ketika ada perkumpulan koperasi.

Selain itu, cukup banyak pula responden yang sering memberikan usul dan pertanyaan. Tetapi, masih ada pula responden yang hanya hadir seperti pernyataan salah satu responden sebagai berikut.

“... kalau saya sih hanya ikut datang kalau diundang, tapi jarang

bertanya. Maklum orang bodoh ya, saya juga males nanya-nanya biar orang-orang yang pengurus saja yang ngomong dengan orang

PT.”(Srj, 75 tahun).

Adapula pernyataan lain dari salah satu responden yang menyatakan kalau dirinya tidak pernah sama sekali ikut kumpul koperasi.

“...kalau kumpulan bapak tidak pernah ikut lagi neng. Sekarang

bapak sudah ndak pernah diundang lagi, kalau dulu pas bapak masih

lebih muda sih sering dapet undangan.” (Mhm, 86 tahun)

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keaktifan responden dan manfaat yang responden rasakan dalam kelompok atau organisasi

No. Keaktifan responden dan manfaat yang

dirasakan Jawaban

Jumlah Total

n % %

1. Responden hadir, memberikan ide atau pertanyaan dalam organisasi

Ya 26 43.3 100 Tidak 34 56.7 2. Responden dapat berdialog dengan pihak

perusahaan perkebunan

Ya 26 43.3 100 Tidak 34 56.7 3. Setelah mengikuti organisasi tersebut

responden mendapat pengetahuan tentang kemitraan PIR

Ya 29 48.3 100 Tidak 31 51.7 4. Setelah mengikuti organisasi tersebut

responden mendapat manfaat dalam peningkatan usaha perkebunan

Ya 21 35.0 100 Tidak 39 65.0

Selain keaktifan, responden juga ditanyakan mengenai kemungkinan mereka dapat berdialog atau berbincang langsung dengan pihak perusahaan ketika sedang mengadakan kumpul koperasi. Lebih dari setengah responden mengatakan bahwa mereka tidak dapat berdiskusi langsung dengan pihak perusahaan perkebunan. Mereka mengaku segan dan menyatakan bahwa pihak koperasi yang biasanya dapat lebih leluasa dalam berdiskusi. Rasa segan yang dimiliki oleh responden dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka yang rendah. Selain itu juga karena status sosial mereka yang lebih rendah dari pengurus koperasi, pemerintah desa dan pihak perusahaan sendiri.

Responden juga kurang merasakan adanya pertambahan pengetahuan tentang kemitraan PIR setelah mengikuti koperasi. Mereka berpendapat bahwa ketika kumpul anggota koperasi, biasanya pembicaraan hanya seputar pembagian hasil bulanan dan perdebatan masalah dan tuntutan mereka dengan perusahaan. Perusahaan atau koperasi tidak pernah memberikan penjelasan tentang pengertian PIR sebenarnya, tujuan umum diadakannya kemitraan, manfaat dan keuntungan apa yang mereka bisa dapatkan dari kemitraan. Peraturan dan isi perjanjian

kerjasama dengan perusahaan juga tidak pernah dijelaskan mendetail kepada petani plasma. Hal ini yang meyebabkan lebih dari setengah responden menjawab tidak mendapat pengetahuan tentang kemitraan PIR. Selain cukup banyak responden yang merasa kurang mendapat pengetahuan tentang kemitraan PIR. Lebih dari setengah jumlah responden juga menyatakan bahwa kurang mendapatkan manfaat untuk peningkatan usaha perkebunan kelapa sawit mereka. Responden bahkan menjawab dengan sinis ketika ditanyai hal ini. Hal ini karena, dari awal kemitraan PIR berlangsung tidak terdapat hasil yang benar-benar menguntungkan petani plasma. Bahkan beberapa kebun plasma warga hingga saat pengambilan data ada yang belum disulam (tanam ulang karena diserang hama saat pembibitan).

Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keterlibatan petani dalam kelompok

Keterlibatan petani dalam kelompok Jumlah (orang) Persentase (%)

Kurang terlibat 19 31.7

Terlibat 41 68.3

Total 60 100.00

Setelah dilakukan penjumlahan dari setiap pertanyaan pada variabel keterlibatan petani dalam kelompok, didapatlah hasil sebagaimana Tabel 17. Berdasarkan tabel, terdapat beberapa petani yang kurang terlibat aktif dalam kelompok. Hal ini karena petani tidak punya peranan dan hanya datang tanpa mengerti apa topik pembicaraan. Seperti salah satu responden yang pernah menyatakan bahwa mereka pernah diberi selembaran yang berisi laporan keuangan koperasi. Tetapi responden mengaku tidak mengerti isi dari selembaran tersebut. Walaupun demikian cukup banyak responden yang dapat dikatakan terlibat aktif dalam koperasi.

Intensitas Komunikasi

Intensitas komunikasi merupakan hasil dari tingkat pertemuan dan tingkat interaksi antara responden dengan pihak perusahaan. Tingkat pertemuan dapat diketahui dari seberapa sering responden bertemu dengan pihak perusahaan. Pertemuan yang dimaksud adalah pada kumpul koperasi ataupun aktifitas sehari- hari, begitu pula dengan tingkat interaksi. Tingkat interaksi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sering petani plasma dapat berdiskusi atau berbincang dengan pihak perusahaan. Kemudian seperti apa tanggapan yang diberikan pihak perusahaan kepada petani. Selain dengan pihak perusahaan, interaksi antar petani plasma dan juga pemerintah dapat diketahui.

Tingkat Pertemuan

Tingkat pertemuan yang dimaksud adalah jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan oleh responden dengan pihak perusahaan dalam rentang waktu 1 bulan terakhir. Tingkat pertemuan dapat diketahui dari 4 pertanyaan yang diajukan. Responden memiliki 3 variasi jawaban yaitu tidak pernah, jarang dan

sering. Pertanyaan-pertanyaan beserta jumlah dan persentasenya, dirangkum ke dalam tabel berikut.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pertemuan petani dengan perusahaan dan pemerintah desa

No. Tingkat pertemuan Jawaban Jumlah Total

(%)

n %

1. Pihak perusahaan melakukan sosialisasi tentang Kemitraan PIR

Tidak pernah 40 66.7

100 Jarang 18 30.0

Sering 2 3.3 2. Pemerintah desa melakukan sosialisasi

tentang Kemitraan PIR

Tidak pernah 50 83.3

100 Jarang 9 15.0

Sering 1 1.7 3. 1 bulan belakangan pernah bertemu

dengan pihak perusahaan perkebunan

Tidak pernah 40 66.7

100 Jarang 13 21.6

Sering 7 11.7 4. 1 bulan belakangan pernah berbincang

dengan pihak perkebunan mengenai kemitraan PIR

Tidak pernah 45 75.0

100 Jarang 10 16.7

Sering 5 8.3

Berdasarkan Tabel 18, sebagian besar responden menyatakan bahwa selama 1 bulan terakhir pihak perusahaan tidak pernah melakukan sosialisasi. Beberapa responden juga menyatakan bahwa sosialisasi hanya sering dilakukan pada sebelum kemitraan berlangsung. Sosialisasi yang dilakukan perusahaan umumnya berupa perjanjian kerjasama yang nantinya akan dilakukan. Seperti pernyataan salah satu responden berikut.

“...sosialisasi sih pernah neng dulu-dulu, malah sering kalau awal- awal adalah 5 kali mungkin. Ngejelasin kalau nanti bagi hasilnya gini-gini... bagi tiga, petani, perusahaan sama bank.” (Smh, 62 tahun)

Berdasarakan tabel tersebut hampir seluruh responden menyatakan bahwa pemerintah desa juga tidak pernah melakukan sosialisasi tentang kemitraan PIR lagi. Sosialisasi tentang kemitraan PIR memang pernah dilakukan bersamaan dengan pihak perusahaan pada saat sebelum kemitraan berlangsung. Tetapi, sosialisasi tidak pernah dilakukan lagi. Hal ini karena sekarang pemerintah mulai memberikan kepercayaan penuh pada koperasi untuk menangani segala hal tentang kemitraan PIR. Saat ini pemerintah hanya sekedar mengawasi dan membiarkan koperasi sebagai wadah kemitraan PIR untuk menjalankan kemitraan mewakili petani.

Intensitas pertemuan petani dengan pihak perusahaan juga dikatakan lemah karena pertemuan dengan pihak perusahaan perkebunan hanya dilakukan 1 tahun sekali pada saat RAT. Hal ini yang menjadi alasan lebih dari setengah responden mengatakan tidak pernah bertemu dengan pihak perusahaan. Kemudian, bagi responden yang menjawab jarang dan sering bertemu biasanya adalah, responden yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan dan pengurus koperasi saja atau ketua kelompok. Beberapa responden yang menjawab pernah bertemu dengan

pihak perusahaan juga menjelaskan bahwa pihak perusahaan yang sering mereka temui adalah mandor dan karyawan yang tinggal di Desa. Banyaknya responden yang tidak pernah bertemu dengan pihak perusahaan, juga menjadi penyebab sebagian besar responden tidak pernah berbincang langsung dengan pihak perusahaan. Hal ini lah yang membuat tingkat pertemuan antara petani dan perusahaan rendah.

Tingkat Interaksi

Tingkat interasksi yang dimaksud adalah frekuensi dan substansi yang dibicarakan dalam percakapan antara individu dengan pihak perusahaan perkebunan. Interaksi ini dapat terjadi dalam kegiatan individu dan kelompok. Tingkat interaksi dapat diketahui dari 5 pertanyaan yang diajukan. Responden memiliki 3 variasi jawaban yaitu tidak pernah, jarang dan sering. Pertanyaan- pertanyaan beserta jumlah dan persentasenya, dapat dilihat pada Tabel 19, 20 dan 21.

Tabel 19 Jumlah dan persentase jawaban responden berdasarkan tingkat komunikasi petani dengan perusahaan

No. Tingkat komunikasi Jawaban Jumlah Total

(%)

n %

1. Pihak perkebunan membantu Anda dalam memecahkan permasalahan mengenai perkebunan

Tidak pernah 45 75.0

100 Jarang 14 23.3

Sering 1 1.7

2. Selain mengenai kemitraan PIR, Anda pernah berbincang dengan pihak perusahaan

Tidak pernah 53 88.4

100

Jarang 5 8.3

Sering 2 3.3

3. Pihak perkebunan menanggapi dengan baik jika sedang berdiskusi

Tidak pernah 36 60.0

100 Jarang 14 23.3

Sering 10 16.7

Cukup banyak responden menyatakan bahwa pihak perusahaan tidak pernah memecahkan permasalahan mengenai perkebunan. Salah satu informan bahkan menyebutkan bahwa terdapat 11 tuntutan petani kepada perusahaan. Tuntutan tersebut dibagi ke dalam 4 masalah umum yaitu, masalah pembagian hasil, pembangunan jalan dan jembatan, pemberian pupuk dan pembayaran cicilan ke bank. Konflik yang pernah pecah antara ketiga stakeholder sampai saat ini belum diselesaikan secara baik oleh perusahaan perkebunan. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah berbincang mengenai hal lain dengan pihak perusahaan. Diskusi yang terjadi di antara petani dan pihak perusahaan memang hanya seputar kemitraan PIR saja. Hal ini diduga karena peruhaan tidak terlalu memperhatikan kepentingan-kepentingan petani mitranya. Selain itu, sepertinya perusahaan perkebunan tersebut tidak memiliki program pengembangan masyarakat yang biasa dijalankan oleh bagian CSR atau

Kebanyakan responden tidak pernah berdiskusi secara langsung dengan pihak perusahaan, karena itu mereka tidak mempunyai pengalaman langsung dalam diskusi. Hal ini mengakibatkan beberapa responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah ditanggapi dengan baik saat berdiskusi dengan perusahaan. Salah satu alasan seorang responden menyatakan hal tersebut adalah, karena banyaknya tuntutan dari petani yang tidak ditanggapi untuk diselesaikan oleh perusahaan.

Tabel 20 Jumlah dan persentase jawaban responden berdasarkan tingkat komunikasi petani dengan petani lain

Tingkat komunikasi Jawaban Jumlah Total (%)

n %

Anda pernah berdiskusi dengan petani lain membahas Kemitraan PIR

Tidak pernah 33 55.0

100 Jarang 15 25.0

Sering 12 20.0

Selain tingkat interaksi petani dengan perusahaan yang rendah, ternyata tingkat interaksi sesama petani juga dapat dikatakan rendah. Hal ini dapat dilihat dari lebih dari setengah responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah berdiskusi dengan petani plasma lain mengenai kemitraan PIR. Hal ini terjadi baik di dalam forum formal seperti koperasi atau dalam aktifitas mereka sehari-hari. Petani sudah enggan mendiskusikan kemitraan PIR karena merasa kemitraan tidak akan membaik.

Tabel 21 Jumlah dan persentase jawaban responden berdasarkan tingkat komunikasi petani dengan pemerintah desa

Tingkat komunikasi Jawaban Jumlah Total

(%)

n %

Anda pernah berdiskusi dengan pemerintah desa membahas Kemitraan PIR

Tidak pernah 37 61.7

100 Jarang 15 25.0

Sering 8 13.3

Sama halnya dengan interaksi petani dengan perusahaan dan petani plasma lainnya, persentase petani yang tidak pernah berinteraksi dengan pemerintah juga cukup tinggi. Berdasarkan pada tabel, lebih dari setengah responden tidak pernah

Dokumen terkait