• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP MASYARAKAT PADA KEMITRAAN PIR

Komponen Kognitif

Komponen ini berisi kepercayaan dan persepsi masyarakat tentang kemitraan PIR. Kepercayaan dan persepsi tersebut dapat bersumber dari pengalaman dan apa yang mereka ketahui dari orang lain atau sumber lainnya. Kepercayaan masyarakat tentang kemitraan PIR dapat berupa keyakinan masyarakat tentang apa dan bagaimana kemitraan PIR seharusnya dilaksanakan. Persepsi masyarakat tentang kemitraan PIR yang dimaksud dapat berupa suatu pandangan responden terhadap kemitraan PIR. Suatu proses yang melibatkan pengetahuan responden terhadap kemitraan sehingga menghasilkan suatu pendapat dan kepercayaan terhadap kemitraan PIR. Komponen kognitif ini akan dillihat dengan mengetahui apa saja yang masyarakat ketahui tentang kemitraan PIR. Pengetahuan responden terhadap kemitraan PIR dibagi ke dalam beberapa pertanyaan yaitu, pengertian, tujuan, dan penerima manfaat. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan dapat dilihat bagaimana kepercayaan dan persepsi petani plasma terhadap kemitraan PIR.

Pengetahuan Petani Plasma Sawit tentang Kemitraan PIR

Berdasarkan hasil wawancara, hampir seluruh responden tidak mengetahui istilah PIR. Responden umunya menyebut kemitraan tersebut sebagai kemitraan plasma sawit, walaupun dengan jelas dituliskan kemitraan PIR pada surat perjanjian. Oleh karena itu, selama proses wawancara dan penyebaran kuesioner, penulis mengganti istilah PIR dengan istilah plasma sawit. Responden juga tidak mengetahui jenis-jenis kemitraan PIR seperti PIR-BUN, PIR-TRANS dan PIR- KKPA. Kemitraan PIR diketahui pertama kali oleh masyarakat langsung dari pemerintah desa dan pihak perusahaan. Akan tetapi penjelasan tentang kemitraan PIR ke masyarakat masih kurang, sehingga menyebabkan hal-hal tersebut.

Tabel 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang pengertian kemitraan PIR

No. Pengertian Kemitraan PIR Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. Program pemerintah untuk mendukung program transmigrasi 0 0

2. Kewajiban perusahaan perkebunan untuk menyediakan kebun

plasma bagi masyarakat

1 1.67

3. Pola kemitraan yang menjadikan perusahaan perkebunan

sebagai inti dan perkebunan rakyat sebagai plasma

12 20.00

4. Pola kemitraan yang saling menguntungkan antara perusahaan

perkebunan sebagai inti dan perkebunan rakyat sebagai plasma

22 36.67

5. Perkebunan yang dikelola perusahaan dari awal sampai lunas

selama 10 tahun

1 1.67

6. Tidak tahu 24 40.00

Berdasarkan data pada Tabel 23 dapat dilihat pengertian kemitraan PIR yang paling banyak diketahui oleh responden adalah kemitraan PIR pada nomor 4 (36.67%). Masyarakat menyakini seharusnya kemitraan tersebut bersifat saling menguntungkan antara perusahaan perkebunan dan petani plasma. Tetapi, secara langsung beberapa responden menyatakan kembali bahwa mereka sama sekali merasa tidak diuntungkan dalam menjalankan kemitraan PIR. Selain itu, cukup banyak juga responden yang menyatakan mereka sama sekali tidak mengerti apa sebenarnya kemitraan tersebut dan menolak untuk menjawab lebih lanjut.

Tabel 24 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang tujuan kemitraan PIR

No. Tujuan Kemitraan PIR Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Membantu meningkatkan pendapatan

perusahaan 0 0.0

2. Membantu meningkatkan pendapatan

masyarakat (petani kecil) 42 70.0

3. Membantu meningkatkan

pengembangan wilayah desa 2 3.3

4. Membantu menunjang keberhasilan

program transmigrasi 0 0.0

5. Memanfaatkan lahan tidur yang banyak

terdapat di desa 8 13.3

6. Tidak tahu 8 13.3

Total 60 100.00

Cukup banyak responden yang telah mengetahui tujuan diadakannya kemitraan PIR seperti yang terdapat pada Tabel 24. Tetapi mereka secara terbuka juga mengatakan bahwa tujuan tersebut tidak berjalan. Hal ini karena responden merasa penghasilan mereka tidak bertambah dari adanya kemitraan. Seperti yang diungkapkan salah satu responden berikut.

“ ... ya saya tidak tahu kalau yang lain gimana pendapatnya, tapi kalo saya sih ngerasa gak ada untungnya, malah rugi. Sebulan cuma dapet seratus sampe dua ratus ribu aja. Kalau dibandingkan dengan yang punya sendiri (kebun sawit non-plasma) sebulan bisa dapat lebih dari dua juta perhektar.” (Ddh, 35 tahun)

Kebanyakan responden menyatakan hal yang sama dengan pernyataan di atas. Masyarakat kurang puas dengan penghasilan perbulan dari kemitraan PIR. Menurut mereka kemitraan kurang meningkatakan pendapatan masyarakat. Hal ini karena berdasarkan pengalaman masyarakat, hasil kebun kelapa sawit dalam 1 ha setiap tahunnya bisa mencapai 2 juta rupiah. Tetapi, pada kemitraan PIR responden hanya mendapat penghasilan sebesar maksimal Rp300 000 setiap bulannya. Masyarakat yang sebelumnya memiliki harapan besar dengan adanya kemitraan PIR ini menjadi cukup kecewa dengan keadaan saat ini. Berikut tabel mengenai persepsi terhadap tujuan kemitraan.

Beberapa responden juga menyatakan salah satu tujuan kemitraan PIR adalah untuk memanfaatkan lahan tidur yang banyak terdapat di desa. Awalnya sebagian besar responden menjawab memanfaatkan lahan tidur adalah tujuan dari kemitraan PIR. Kemudian ketika disebutkan tujuan lainnya, hampir semua responden juga beralih menjawab “Membantu meningkatkan pendapatan masyarakat (petani kecil)”.

Responden juga mengetahui bahwa penerima manfaat utama dari adanya kemitraan PIR adalah masyarakat desa. Jawaban tersebut juga menjadi jawaban yang dominan dari responden. Selain masyarakat sebagai penerima manfaat, sebagian responden juga menjawab perusahaan sebagai penerima manfaat dari adanya kemitraan PIR. Sebagian besar responden hanya menjawab 1 pilihan jawaban. Hanya terdapat 4 responden yang menjawab 2 pilihan jawaban, 1 responden yang menjawab 3 pilihan jawaban, 1 responden menjawab 4 pilihan jawaban dan 2 responden yang menjawab tidak tahu. Hal ini sekaligus dapat menunjukkan bahwa responden sebenarnya tidak cukup mengetahui mengenai siapa saja yang dapat menerima manfaat dari adanya kemitraan PIR. Data lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 25 di bawah ini.

Tabel 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang siapa penerima manfaat kemitraan PIR

No. Penerima manfaat Kemitraan PIR Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Masyarakat desa 38 63.3

2. Petani penggarap/ petani mitra 8 13.3

3. Pekerja kebun 4 6.7

4. Pemerintah desa 3 5.0

5. Perusahaan 30 50.0

Walaupun responden menyadari terdapat manfaat yang dirasakan dengan adanya kemitraan PIR. Tetapi, manfaat tersebut tidak dirasakan secara langsung oleh responden. Beberapa manfaat yang dapat dirasakan adalah, dengan masuknya perkebunan kelapa sawit, akses jalan di Desa Sukadamai menjadi lebih baik dan sekarang desa mengalami kemajuan dalam hal perdanganan.

Tabel 26 Jumlah dan persentase jawaban responden berdasarkan pengetahuan tentang siapa peserta penerima kemitraan PIR

No

. Peserta penerima Kemitraan PIR

Jumlah (orang) Persentase ( %) 1. Transmigran 33 55.0 2. Petani miskin 2 3.3

3. Penduduk setempat (petani) yang tanahnya

terkena proyek 22 36.7

4. Petani (peladang) berpindah yang ditetapkan

pemerintah 1 1.7

5. Masyarakat yang memiliki lahan tidur 9 15.0

6. Tidak tahu 2 3.3

Berdasarkan Tabel 26, lebih dari setengah jumlah responden memilih jawaban peserta penerima kemitraan PIR adalah transmigran. Kemudian responden juga menjawab bahwa perserta kemitraan PIR adalah penduduk setempat. Selain itu, responden juga menyebutkan bahwa yang bisa ikut dalam kemitraan PIR adalah warga yang memiliki lahan saja. Sebagian besar responden hanya menjawab 1 pilihan jawaban. Terdapat 6 responden yang menjawab 2 pilihan jawaban, 4 responden yang menjawab 3 pilihan jawaban, dan masing- masing 1 responden yang menjawab 4 dan 5 pilihan jawaban.

Berdasarkan hasil jawaban responden, peserta kemitraan PIR di desa ini memang diprioritaskan untuk penduduk setempat yang memiliki lahan yang bersertifikat hak milik. Umumnya warga transmigran telah memiliki sertifikat lahan ketika transmigrasi dilaksanakan. Tetapi, selain warga desa setempat, terdapat juga petani plasma yang bukan berasal dari desa dan pekerjaan utamanya bukanlah petani. Kasus seperti itu, biasanya terjadi apabila salah satu petani plasma menjual lahan plasmanya ke pihak lain. Menurut beberapa responden, terdapat pula lahan yang tidak lagi dimiliki oleh warga setempat dan dimiliki oleh salah satu dosen pertanian. Hal ini adalah fenomena yang sering terjadi di berbagai daerah. Seperti di Desa Budi Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Sumatera Selatan yang 85% petani plasmanya adalah warga luar desa dan tersebar di berbagai pulau di Indonesia.

Tabel 27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengetahuan tentang kemitraan PIR

No. Pengetahuan tentang Kemitraan PIR Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Kurang tepat 31 51.7

2. Tepat 29 48.3

Total 60 100

Berdasarkan hasil penjumlahan dari jawaban-jawaban responden pada 4 pertanyaan di atas dapat dijabarkan hasil seperti pada Tabel 27. Terdapat cukup banyak responden yang belum tepat dalam memberikan jawaban tentang kemitraan PIR. Hal ini yang menyebabkan pengetahuan responden tentang kemitraan PIR kurang tepat. Walaupun demikian masih terdapat cukup banyak responden yang dapat dengan tepat memberikan jawaban mengenai kemitraan PIR.

Komponen Afektif

Komponen afektif ini terdiri dari perasaan individu terhadap sesuatu, dalam hal ini perasaan petani plasma terhadap kemitraan PIR. Perasaan tersebut didapat dari kepercayaan atau keyakinan masyarakat tentang kemitraan PIR. Komponen afektif ini dinilai sebagai akar dari pembentukan sikap petani plasma. Komponen ini dinilai dari 3 hal yaitu apa yang petani rasakan dari, kesesuaian, manfaat dan keterbukaan kemitraan PIR.

Kesesuaian Kemitraan PIR

Kesesuaian dalam Kemitraan PIR adalah pendapat dan perasaan petani plasma mengenai kemitraan PIR yang mereka jalani saat ini. Untuk menilai kesesuaian ini terdapat 5 pernyataan yang telah diajukan kepada responden. Selain itu terdapat 5 jenis jawaban yaitu STS (sangat tidak sesuai), TS (tidak sesuai), N (netral), S (sesuai) dan SS (sangat sesuai).

Tabel 28 Jumlah persentase responden berdasarkan kesesuaian kemitraan PIR

No

Kesesuaian Kemitraan PIR

Jumlah Skor

rata-rata

STS TS N S SS

n % n % n % n % n %

1. Kemitraan PIR sesuai

dengan harapan Anda

19 31.7 35 58.3 4 6.7 2 3.3 0 0 1.82

2. Kemitraan PIR sesuai

dengan kebutuhan Anda

17 28.3 38 63.3 2 3.3 3 5.0 0 0 1.85

3. Kemitraan PIR sesuai

dengan keinginan Anda

17 28.3 39 65.0 2 3.3 2 3.3 0 0 1.82

4. Bagi hasil dalam kemitraan

sesuai dengan keinginan Anda

21 35.0 35 58.3 1 1.7 2 3.3 1 1.7 1.78

5. Perjanjian kemitraan PIR

sesuai dengan keinginan Anda

12 20.0 33 55.0 5 8.3 9 15.0 1 1.7 2.23

Total skor rata-rata 1.9

Tabel 28 menunjukkan, persentase jawaban dan skor rata-rata jawaban yang diberikan responden. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa responden merasa bahwa kemitraan PIR tidak sesuai. Hal ini dapat dilihat dari total skor rata-rata yang tidak melebihi 2.34 (1.9). Kemudian, berdasarkan data pada Tabel 28, sangat jelas bahwa responden merasakan adanya ketidaksesuaian dalam kemitraan PIR. Hal ini dapat dijelaskan dengan tingginya persentase jawaban TS (tidak sesuai) hampir di setiap pernyataan. Hanya terdapat 2 pernyataan yang memiliki jawaban SS (sangat sesuai). Walaupun demikian, persentase jawaban (SS) di kedua pernyataan tersebut juga sangat rendah.

Skor rata-rata responden pada pernyataan nomor 1, 2 dan 3, masing-masing adalah 1.82, 1.85, dan 1.82 yang menyatakan bahwa kemitraan PIR tidak sesuai dengan harapan, kebutuhan, dan keinginan responden. Masyarakat sebelumnya telah memiliki harapan yang besar dengan masuknya kemitraan PIR di Desa Sukadamai. Salah satu responden menyatakan harapannya sebagai berikut:

“kita sih ya, dulu mikirnya nanti uang dari kelapa sawit bisa buat nyekolahin anak tinggi-tinggi ya... malah boro-boro buat biaya sekolah. Buat makan hari-hari aja gak cukup neng...”(Nsy, 50 tahun)

Begitu pula dengan pernyataan nomor 4 dan 5. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa bagi hasil dan perjanjian dalam kemitraan PIR tidak sesuai dengan keinginan responden. Masyarakat hanya mengetahui pembagian hasil dari kemitraan PIR dibagi 3 antara perusahaan, petani dan cicilan

kepada bank. Tapi, ternyata pembagian itu tidak seperti yang dipikirkan oleh petani. Banyak potongan-potongan yang diberikan perusahaan kepada petani. Selain itu juga didengar kabar bahwa cicilan hutang petani ke bank tidak dibayarkan oleh pihak perusahaan.

Bagi hasil dalam kemitraan PIR dirasakan masih sangat tidak sesuai dengan keinginan petani plasma. Terlihat pada pernyataan ini persentase jawaban STS cukup tinggi, paling tinggi dibandingkan dengan 4 pernyataan lainnya. Beberapa responden menyatakan bahwa potongan yang diberikan oleh perusahaan terlalu besar, sehingga petani hanya bisa mendapatkan Rp70 000–Rp200 000 tiap bulannya. Hal ini didukung oleh keterangan salah satu informan sebagai berikut.

“...potongan hasil TBS awalnya tidak boleh lebih dari 5%, tapi

nyatanya pernah dipotong sampai 29%” (Tmj, 64 tahun, Pengurus KSU Al-Barokah).

Potongan TBS ini dilakukan karena terdapat sawit dengan kualitas durah sebanyak 20% dari total TBS yang dijual ke perusahaan. Hal ini sangat tidak adil bagi petani, karena perusahaanlah yang menanam bibit sawit dengan kualitas durah. Oleh karena itu, tidak sesuai jika potongan diberikan kepada petani. Sistem bagi hasil yang dijanjikan di awal perjanjian adalah 1/3 bagian untuk setiap stakeholder. Perusahaan 1/3 bagian, bank selaku pemberi pinjaman modal 1/3 bagian dan petani 1/3 bagian. Tetapi, menurut salah satu informan, 1/3 bagian yang seharusnya dibayarkan ke bank untuk mencicil pinjaman modal mereka tidak pernah dibayarkan oleh pihak perusahaan.

Manfaat Kemitraan PIR

Manfaat kemitraan PIR yang dimaksud adalah sesuatu manfaat yang dirasakan oleh petani. Manfaat tersebut berupa fasilitas sosial dan finansial yang diperoleh setelah mengikuti kemitraan PIR. Terdapat 3 pernyataan mengenai manfaat sosial ekonomi dari kemiitraan PIR. Untuk menanggapi pernyataan- pernyataan tersebut terdapat 5 jenis jawaban yaitu, STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), N (netral), S (setuju), dan SS (sangat setuju). Berikut adalah pernyataan mengenai manfaat sosial dan ekonomi beserta persentase jawaban responden.

Berdasarkan skor rata-rata responden yang terdapat pada Tabel 29, responden merasakan bahwa kemitraan PIR cukup bermanfaat. Hal tersebut dapat dilihat dari total skor rata-rata responden sebesar 2.79 atau berada di rentang 2.34- 3.67. Selain itu, pada setiap pernyataan skor rata-rata jawaban responden juga berada pada rentang yang sama. Pada pernyataan nomor 1, dapat dinyatakan bahwa kemitraan PIR cukup memberikan peningkatan pendapatan pada responden, walaupun hal ini tidak sepenuhnya dapat dikatakan cukup. Hal ini karena skor rata-rata pada pernyataan ini hanya berada sedikit di atas rentang yaitu 2.37. Kemudian dapat dilihat juga dari tingginya persentase (41.67%) responden yang menjawab TS (tidak setuju). Pendapat mengenai manfaat meningkatkan pendapatan ini masih berkaitan dengan subvariabel kesesuaian bagi hasil pada sub bab sebelumnya.

Tabel 29 Jumlah persentase responden berdasarkan manfaat sosial ekonomi dari kemitraan PIR

No Manfaat sosial ekonomi

Kemitraan PIR Jumlah Skor rata- rata STS TS N S SS n % N % n % n % n % 1. Kemitraan PIR meningkatkan pendapatan/ penghasilan Anda 11 18.3 25 41.7 15 25.0 9 15.0 0 0 2.37 2. Kemitraan PIR memberikan lapangan pekerjaan baru 3 5.0 9 15.0 32 53.3 15 25.0 1 1.7 3.03 3. Kemitraan PIR membantu meningkatkan fasilitas sosial (listrik, jalan, sekolah, rumah ibadah, dll)

1 1.7 8 13.3 42 70.0 9 15.0 0 0 2.98

Total skor rata-rata 2.79

Hasil perhitungan jawaban responden menunjukkan bahwa kemitraan PIR dirasa cukup bermanfaat karena responden cukup merasakan adanya kemajuan dalam akses masuk desa setelah adanya kemitraan PIR. Setelah dibukanya lahan perkebunan sawit jalur masuk ke desa menjadi lebih mudah, desa menjadi lebih ramai, masyarakat yang tidak mengikuti kemitraan juga dapat membuka sawah dan perkebunan lagi. Walaupun demikian masyarakat masih belum benar-benar merasakan secara langsung manfaat tersebut, seperti pernyataan salah satu responden berikut.

“ Ya, gimana yah... emang jalan desa jadi lebih bagus setelah dibuka

kebun sawit. Tapi itulah, hanya jalan utama saja yang dikasih aspal sama perkerasan, jalan kampungnya sih masih becek. Jadi, kalau hujan juga sama saja kadang kelapa sawit yang sudah dipanen busuk gara-gara ndak bisa keluar.” (Jjr, 38 tahun).

Persentase jawaban pada penyataan ketiga cukup mendukung pernyataan tersebut. Sebanyak 70% dari responden menjawab N (netral) dan 15% menjawab S (setuju). Hal ini berarti masyarakat cukup merasakan manfaat fasilitas sosial. Sebaliknya, pada pernyataan manfaat dalam meningkatkan pendapatan persentase responden yang setuju dengan pernyataan tersebut masih rendah.

Keterbukaan Kemitraan PIR

Keterbukaan yang dimaksud dalam kemitraan PIR adalah penilaian petani tentang kecendrungan perusahaan perkebunan dalam memberikan informasi mengenai perkembangan kemitraan. Keterbukaan ini dinyatakan ke dalam 4 pernyataan yang harus jawab oleh responden. Jawaban dari pernyataan-pernyataan tersebut adalah STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), N (netral), S (setuju), dan SS (sangat setuju).

Cukup terbukanya pembiayaan dan alokasi dana kemitraan PIR yang dirasakan responden disebabkan cukup seimbangnya persentase jawaban yang

diberikan. Persentase jawaban TS (tidak setuju) dan S (setuju) masing-masing sebesar 35% dan 31.67%. Tetapi, masih terdapat 16.67% responden yang menyatakan STS (sangat tidak setuju) sehingga, menunjukkan bahwa tidak semua responden diberitahu secara terbuka tentang pembiayaan dan alokasi dana kemitraan PIR. Fakta tersebut berdasarkan kutipan yang berbeda dari 2 responden berikut.

“Kalau setiap kumpulan sih kita dikasih tau dapetnya berapa per hektarnya, kita juga sering dikasih selembaran. Tapi ya kitanya gak ngerti bacanya. Kalau mau tau hutang kita tinggal berapa di bank ya,

harus nanya langsung, kalau gak nanya ya kita ndak tau.” (Syk, 72

tahun, ketua kelompok plasma)

Tabel 30 Jumlah persentase responden berdasarkan keterbukaan kemitraan PIR

No Keterbukaan Kemitraan PIR Jumlah Skor rata- rata STS TS N S SS n % n % n % n % n %

1. Pembiayaan dan alokasi

dana untuk kemitraan PIR diberitahukan secara terbuka

10 16.7 21 35.0 9 15.0 19 31.7 1 1.7 2.67

2. Prosedur pengajuan

kemitraan PIR mudah

0 0 1 1.7 3 5.0 42 70.0 14 23.3 4.15

3. Penjualan hasil kebun

ke perusahaan perkebunan mudah

0 0 0 0 0 0 52 86.7 8 13.3 4.13

4. Harga jual sawit

disepakati bersama

1 1.7 0 0 2 3.3 56 93.3 1 1.7 3.93

Total skor rata-rata 3.72

Kutipan sebelumnya adalah pernyataan dari responden yang merasa setuju dengan pernyataan keterbukaan pembiayaan dan alokasi dana. Berikut pernyataan responden yang tidak setuju.

“Gak pernah ada itu perusahaan ngasih-ngasih tau uang kita kemana aja dipakenya, paling ya yang tau orang-orang koperasi aja. Kalau ke

petani sih jarang dikasih tau.”(Skn, 45 tahun)

Pernyataan di atas sekaligus menjelaskan bahwa keterbukaan perusahaan dalam pembiayaan dan alokasi dana hanya terbatas pada pihak koperasi. Selanjutnya hal ini tergantung pada bagaimana ketua kelompok yang berhubungan langsung dengan koperasi menjelaskan mengenai alokasi dana kepada setiap petani plasma anggotanya.

Prosedur pengajuan kemitraan PIR pada awalnya sangat mudah. Saat itu pihak desa sedang mencari bapak angkat untuk mengolah lahan tidur di Desa Sukadamai. Kemudian salah satu warga di Desa Sukadamai adalah petinggi yang bekerja di perusahaan perkebunan tersebut, sehingga kerjasama antara kedua belah pihak menjadi cukup mudah.

Penjualan hasil kebun ke perusahaan juga sangat mudah, karena hal tersebut terdapat dalam perjanjian antara kedua belah pihak. Harga sawit memang telah jadi kesepakan bersama, khusunya antara perusahaan dan koperasi yang mewakili petani. Umumnya petani tidak secara langsung mengetahui harga TBS, karena harga ditentukan oleh pasar. Adanya harga pasar yang ditentukan secara nasional ini menjadikan petani tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan harga. Petani atau koperasi hanya bisa mengikuti harga yang telah ditentukan. Biasanya juga petani mengetahui harga jual CPO ketika dibagikannya hasil bulanan.

Tabel 31 Jumlah dan persentase responden berdasarkan perasaan responden tentang kemitraan PIR

Perasaan responden tentang kemitraan PIR

Jumlah (orang) Persentase (%)

Kemitraan kurang sinergis 48 80

Kemitraan sinergis 12 20

Total 60 100

Apabila dilihat secara keseluruhan dari semua total pernyataan untuk variabel komponen afektif, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden merasakan kemitraan PIR kurang sinergis. Hal ini karena masyarakat masih merasa bahwa kemitraan PIR ini tidak sesuai dengan keinginian mereka. Hasil yang dibayangkan oleh masyarakat berbeda jauh dengan yang mereka dapatkan. Walaupun secara umum masyarakat menyadari adanya manfaat yang secara tidak langsung mereka dapat dari kemitraan, hal itu masih belum dapat mengubah pendapat mereka tentang kemitraan PIR. Hanya terdapat beberapa orang responden yang merasakan bahwa kemitraan PIR ini sinergis.

Komponen Konatif

Komponen konatif yang dimaksud adalah kecendrungan atau keinginan petani plasma untuk bertindak dalam kemitraan PIR. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan dan perkataan petani ketika diwawancarai. Komponen konatif ini terdiri dari keinginan petani untuk bekerjasama dalam menjalankan kemitraan PIR.

Keinginan Bekerjasama

Keinginan bekerjasama yang dimaksud adalah suatu keinginan untuk bertindak positif dan mendukung kemitraan sebagaimana isi perjanjian yang telah disetujui oleh peserta plasma Desa Sukadamai dalam kemitraan PIR. Keinginan bekerjasama ini dapat dinilai dari bagaimana masyarakat menjalani kemitraan PIR selama ini. Hal ini diwakili oleh jawaban-jawaban dan pernyataan responden dari beberapa pertanyaan yang diberikan ketika wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sebagian merupakan hak dan kewajiban perusahaan dan petani plasma yang harus dijalankan. Terdapat 7 buah pernyataan dan 2 pilihan jawaban, ya dan tidak untuk mengetahui keinginan petani untuk bekerjasama.

Data pada Tabel 32 di bawah menunjukkan bahwa dalam menjalankan kemitraan masyarakat masih memiliki keinginan perilaku yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jawaban yang diberikan adalah ya. Skor rata-rat responden dalam setiap jawaban juga dominan lebih dari 1.5 dan hanya terdapat 1 nomor yang memiliki nilai rata-rata jawaban 1.3. Hal tersebut cukup menjelaskan bahwa masyarakat masih bersedia melakukan kemitraan dengan perusahaan. Pada pernyataan ke-6 juga dapat dengan jelas dilihat bahwa cukup banyak responden yang masih bersedia melanjutkan kemitraan PIR.

“ya gimana yah... lanjutin ajalah neng tanggung, kalau bisa berenti sih dari dulu bapak udah berenti neng.” (Sdn, 50 tahun).

“ya, mau gimana lagi neng, mau gak mau ya kita harus lanjut. Kalau kita gak mau lanjut surat tanah kita harus kita tebus sendiri dong

neng. Bayar 52 juta ke bank”(Rpn, 50 tahun)

Tabel 32 Jumlah persentase responden berdasarkan keinginan bekerjasama dalam kemitraan PIR

No. Keinginan bekerjasama

Jumlah Skor

rata-rata

Ya Tidak

n % n %

1. Bersedia mengagunkan lahan Anda untuk dijadikan kebun plasma

60 100.0 0 0 2.0 2. Bersedia mengikuti pelatihan kerja jika

ada

36 60.0 24 40.0 1.6 3. Bersedia menjual seluruh hasil kebun ke

perusahaan perkebunan

60 100.0 0 0 2.0 4. Bersedia menjadi anggota koperasi 58 96.7 2 3.3 1.9 5. Bersedia menandatangani perjanjian

kerja dengan perkebunan

58 96.7 2 3.3 1.9 6. Bersedia melanjutkan Kemitraan PIR 46 76.7 14 23.3 1.7 7. Memiliki keinginan berhenti dari

Kemitraan PIR

40 66.7 20 33.3 1.3 Walaupun cukup banyak responden yang masih bersedia melanjutkan, berdasarkan pernyataan di atas terkesan bahwa responden terpaksa dalam melanjutkan kemitraan PIR. Kemudian masih terdapat 23.33% responden yang tidak bersedia untuk melanjutkan kemitraan. Salah satu dari mereka adalah seorang ibu yang tidak mau menyebutkan namanya.

“saya sih sudah gak mau lanjut mba, ini juga saya lagi proses untuk

jual kebun plasmanya, sudah ada yang mau beli. Jadi nanti yang jadi

petani plasma bukan saya lagi.” ( Ibu X, 40 tahun)

Tabel 32 juga memperlihatkan bahwa lebih dari setengah jumlah responden (66.67%) mengaku memiliki keinginan untuk berhenti dari kemitraan PIR. Responden sudah tidak ingin melanjutkan kemitraan dengan perusahaan lagi jika

Dokumen terkait