• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DESA SUKADAMAI, KECAMATAN TANJUNG LAGO, KABAUPATEN BANYUASIN

Gambaran Umum Desa

Secara astronomis Desa Sukadamai terletak pada 104o 43’ 52.7’’ BT dan 02o43’ 16.1” LS dengan luas total 1600 ha. Secara administratif, Desa Sukadamai merupakan salah satu desa yang berada pada Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan. Desa ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Tabel 1 Batas wilayah Desa Sukadamai, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin tahun 2013

Batas wilayah desa Desa

Sebelah utara Desa Banyu Urip

Sebelah selatan Desa Sukatani

Sebelah barat Desa Tanjung Lago

Sebelah timur Desa Sukatani

Sumber: Data Monografi Kantor Desa Sukadamai, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, 2013.

Desa Sukadamai berjarak sekitar 35 km dari pusat Kota Palembang dan dapat ditempuh dalam waktu 2 jam dengan menggunakan kendaran bermotor. Jarak tempuh dari desa ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan non-bermotor sekitar 12 jam. Jarak desa ini ke ibu kota kecamatan sekitar 3 km dan dapat ditempuh dengan waktu 15 menit dengan sepeda motor. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non-bermotor sekitar 1 jam. Jarak desa ke ibu kota kabupaten lebih jauh daripada jarak ke ibu kota provinsi yaitu, sekitar 97 km dan dapat ditempuh dalam waktu 3 jam dengan kendaraan bermotor. Apabila dengan berjalan kaki dapat ditempuh dalam waktu 24 jam. Kualitas jalan menuju Desa Sukadamai dapat dikatakan kurang baik, karena terdapat banyak lubang yang cukup besar. Lubang-lubang yang berada hampir di sepanjang jalan Kecamatan Tanjung Lago ini cukup mengganggu dan menghambat pengguna jalan. Hal ini juga mengakibatkan waktu tempuh menuju desa semakin lama.

Desa Sukadamai berbentuk persegi dengan luasan 4 km x 4 km atau setara dengan 1600 ha. Lokasi pemukiman penduduk menyebar teratur dan berselang- seling dengan perkebunan kelapa sawit. Jarak antara setiap rumah cukup berjauhan dan diselingi dengan pekarangan yang berupa kebun-kebun kecil milik warga. Walaupun terdapat rumah yang berdampingan, atau berada dalam satu lokal hal ini karena pemilik rumah tersebut masih dalam satu keluarga. Satu lokal perumahan biasanya dapat terdiri dari satu sampai empat kepala keluarga. Satu lokal lokasi perumahan memiliki luas 0.25 ha yang terdiri dari rumah dan pekarangan. Penggunaan lahan yang terdapat di Desa Sukadamai cukup beragam, di antaranya pemukiman, pasar, sawah padi dan palawija, kebun sayur, kebun buah, kebun karet dan kebun kelapa sawit. Rincian penggunaan lahan di Desa Sukadamai dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Luas dan persentase jenis penggunaan lahan di Desa Sukadamai secara umum

Jenis penggunaan lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 266.00 16.63 Pertanian 1105.50 69.09 Perkantoran pemerintah 1.25 0.08 Sekolah 6.00 0.38 Pasar 0.25 0.02 Pertokoan 2.00 0.13 Pemakaman umum 4.00 0.25

Kebun karet. jalan dll 215.00 13.44

Total 1600.00 100.00

Sumber: Data diolah dari monografi Desa Sukadamai tahun 2013 dan buku profil desa tahun 2007

Mata pencaharian yang dominan di desa adalah pada bidang pertanian dan perkebunan. Hal ini dapat dilihat dari luas penggunaan lahan di sektor pertanian yang mencapai hampir 70%. Sektor pertanian di desa ini cukup beragam. seperti padi. sayur dan palawija. Berikut rincian penggunaan lahan berdasarkan komoditas pertanian di Desa Sukadamai.

Tabel 3 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai berdasarkan jenis penggunaan lahan pertanian

Jenis penggunaan lahan pertanian Luas (Ha) Persentase (%)

Sawah padi 232.0 20.99 Kelapa sawit 812.0 73.45 Jagung 25.0 2.26 Kacang panjang 2.0 0.18 Padi ladang 25.0 2.26 Ubi kayu 2.0 0.18 Cabai 0.5 0.05

Tanaman tumpang sari 2.5 0.23

Sayuran 2.0 0.18

Semangka 2.5 0.23

Total 1105.5 100.00

Sumber: Data diolah dari monografi Desa Sukadamai tahun 2013 dan buku profil desa tahun 2007

Data pada Tabel 3 di atas menunjukkan dengan jelas bahwa dominan lahan pertanian adalah kebun kelapa sawit. Kebun kelapa sawit tersebutlah yang diolah dalam kemitraan PIR. Selain itu desa ini juga masih memiliki sawah padi seluas 232 ha.

Desa Sukadamai. Kecamatan Tanjung Lago. Kabupaten Banyuasin memiliki bentukan lahan yang hampir sama. Kemiringan lahan di desa ini hampir seluruhnya datar. hanya beberapa saja yang memiliki bagian dengan kemiringan lereng yang landai. Hampir sebagian besar jalan di desa ini masih berupa jalan tanah merah sehingga akan sedikit mengalami kesulitan untuk dilalui ketika

hujan. Hanya sekitar 2 km jalan yang telah diaspal dan 4 km yang diberi pengerasan berupa koral. Desa ini dilewati oleh beberapa aliran sungai kecil dan parit-parit sehingga terdapat 22 jembatan yang difungsikan sebagai penghubung parit-parit di desa ini. Jalan poros desa ini terletak di sebelah selatan desa dan merupakan jalan yang telah diberi aspal dan pengerasan sepanjang 4 km. Selain jalan poros. terdapat dua jalur jalan yang dapat dikatakan sebagai jalan utama desa. Jalan ini menghubungkan jalan poros ke setiap dusun. namun jalan ini tidak sebagus jalan poros karena hanya sebagian saja yang diberi pengerasan. Desa ini juga memiliki banyak fasilitas umum yang cukup baik. seperti fasilitas keagamaan. pendidikan dan kesehatan.

Tabel 4 Jumlah fasilitas yang dimiliki Desa Sukadamai

Fasilitas Jumlah (unit)

Keagamaan 15

Pendidikan 6

Kesehatan 3

Olahraga dan Seni 12

Sumber: Data diolah dari monografi Desa Sukadamai tahun 2013

Desa Sukadamai memiliki cukup banyak fasilitas keagamaan seperti masjid. mushola dan gereja. Fasilitas kesehatan yang dimiliki desa ini berupa 1 unit puskesmas dan 2 bangunan klinik bersalin. Sekarang desa ini juga telah memiliki bangunan sekolah dari PAUD hingga SMA. Desa Sukadamai memiliki sarana olah raga berupa lapangan voli atau tenis dan lapangan sepak bola sejumlah 10 buah. Selain itu terdapat pula sarana kesenian dan budaya 2 buah. Desa ini juga memiliki dua buah bangunan koperasi yang keduanya digunakan sebagai mitra perkebunan kelapa sawit dan sebuah bangunan kantor desa yang sederhana.

Demografi dan Kependudukan

Menurut data monografi Desa Sukadamai tahun 2013. Desa Sukadamai terdiri dari 4 Dusun dan 19 RT. Desa ini memiliki 846 KK yang hampir keseluruhannya merupakan transmigran dari pulau jawa sehingga bahasa yang umum digunakan di desa ini adalah Bahasa Jawa. Menurut data kependudukan yang dijabarkan di Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk perempuan di desa ini lebih banyak dibanding dengan penduduk laki-lakinya.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Sukadamai berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 1987 49.51

Perempuan 2026 50.49

Total 4013 100.00

Sebagian besar wilayah Desa Sukadamai digunakan sebagai daerah pertanian dan perkebunan. Oleh karena itu sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Berikut rincian mata pencaharian penduduk di Desa Sukadamai.

Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Sukadamai berdasarkan mata pencaharian

Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

PNS 38 0.95

Pengrajin industri 10 0.25

Pedagang 140 3.49

Bidan dan perawat 3 0.07

Pembantu rumah tangga 32 0.80

Tni/polri 2 0.05

Karyawan 114 2.84

Tani dan buruh tani 361 9.00

Bidang jasa 21 0.52

Ibu rumah tangga, pekerja serabutan dan

pengangguran 3292 82.03

Total 4013 100.00

Sumber: Diolah dari data monografi Desa Sukadamai tahun 2013 dan buku profil desa tahun 2007

Sejarah Kemitraan PIR dan Koperasi Mitra di Desa Sukadamai Sejarah Kemitraan PIR

Kemitraan PIR lebih dikenal sebagai kemitraan plasma sawit oleh masyarakat setempat. Kemitraan PIR di desa ini dapat digolongkan menjadi kemitraan PIR-KKPA yaitu pola PIR yang mendapat fasilitas kredit kepada koperasi primer untuk anggota. Kemitraan PIR di desa ini adalah sebuah program “ayah angkat” yang ditujukan untuk mengelola lahan tidur yang dulu banyak di desa ini. Dikatakan sebagai program “ayah angkat”, karena pemerintah desa mencari perusahaan perkebunan yang mau untuk memberi bantuan dalam pengelolaan atau perawatan lahan tidur. Pemerintah desa telah beberapa kali mencari perusahaan untuk dijadikan ayah angkat. Hal ini karena, mulanya beberapa perangkat desa memiliki keinginan untuk kembali memanfaatkan lahan tidur yang dulu digunakan sebagai sawah pada awal transmigrasi. Lahan tidur tersebut tidak lagi dapat ditanami padi setelah terjadi kebakaran besar pada tahun 1992 dan saat ini cocok untuk kelapa sawit. Kemudian, terjadilah kerjasama dengan salah satu perusahaan perkebunan sawit pada tahun 2004.

Kebanyakan warga di Desa Sukadamai adalah petani plasma. Hanya sekitar 47% kepala keluarga yang tidak mengikuti kemitraan. Rata-rata petani plasma sawit di Desa Sukadamai adalah peserta transmigrasi yang didatangkan dari pulau Jawa, baik itu dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa dari Jawa Barat. Mereka dipindahkan ke Desa Sukadamai pada tahun 1980, sehingga mereka

sudah 35 tahun berada di lokasi tersebut. Ketika dipindahkan, masyarakat telah diberikan lahan seluas 2 ha untuk lahan pertanian dan 0.25 ha untuk perumahan dan pekarangan, sehingga masing-masing KK (kepala keluraga) memiliki lahan seluas 2.25 ha.

Program transmigrasi yang ada di desa ini secara tidak langsung membuat kemitraan PIR di sini sedikit berbeda dengan kemitraan PIR di lokasi lain. Kemitraan PIR di lokasi lain biasanya memberikan, membukakan lahan serta membantu dalam pembuatan sertifikat tanah untuk petani plasmanya. Akan tetapi, Kemitraan PIR di desa ini mengharuskan setiap anggotanya sudah memiliki sertifikat tanah untuk dapat diagunkan ke bank. Umumnya perusahaan perkebunan di lokasi lain memberikan lahan mulai dari 0.5 ha hingga 2 ha untuk diolah, sedangkan di desa ini petani diharuskan memiliki lahan sebesar minimal 1 ha untuk dijadikan kebun plasma.

Kemitraan PIR di Desa Sukadamai telah berlangsung hampir 10 tahun dan seharusnya kontrak kemitraan ini akan segera berakhir. Akan tetapi, karena perusahaan perkebunan yang menjadi “ayah angkat” telah berganti kepemilikan sebanyak 3 kali, kontrak perjanjian kerjasama kemitraan PIR diperbaharui dan ditambah jangka waktunya. Pergantian kepemilikan ini terjadi tanpa diketahui oleh pihak koperasi ataupun pemerintah desa. Perjanjian ulang dengan perusahaan dilakukan pada tahun 2008 dan akan berakhir dalam jangka waktu 10 tahun yang artinya kemitraan akan berakhir tahun 2018 mendatang.

Koperasi Unit Desa Mekar Tani Jaya (KUD MTJ)

Koperasi Unit Desa Mekar Tani Jaya (KUD MTJ) merupakan salah satu koperasi yang ada di Desa Sukadamai. Koperasi ini merupakan sebuah badan hukum yang bernomor 002821a/BH/VI/Tgl.25 Agustus 1997. Awalnya koperasi ini dioperasikan sebagai koperasi induk untuk Kecamatan Tanjung Lago. Setelah adanya kerjasama dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit pada tahun 2004, koperasi ini kemudian dijadikan sebagai koperasi mitra. Keputusan digantinya fungsi utama koperasi ini terjadi atas keinginan pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit dan masyarakat.

KUD MTJ pada awal kerjasama mewakili semua petani plasma dari tiga desa yang ada di Kecamatan Tanjung Lago. Ketiga desa ini memiliki jarak yang cukup dekat dengan ciri-ciri kependudukan yang hampir sama, desa tersebut adalah desa Sukadamai, Sukatani dan Kota Terpadu Mandiri. Setelah berlangsungnya kerjasama, tiap-tiap desa di Kecamatan Tanjung Lago mulai memisahkan diri dan membuat koperasi sendiri.

Setelah berpisah dengan desa-desa lainnya, koperasi ini dikhususkan membawahi petani plasma sawit yang berada di Desa Sukadamai. Luas kebun kelapa sawit yang ditangani oleh koperasi ini awalnya adalah 812 ha. Luas ini berkurang, karena pada tahun 2012 terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat antara pengurus koperasi dengan beberapa anggota. Perselisiah tersebut membuat anggota yang berselisih memisahkan diri dari KUD MTJ dan membuat koperasi sendiri bernama Koperasi Serba Usaha Al-Barokah (akan dibahas di sub bab selanjutnya). Hal tersebut menjadikan luasan kebun kelapa sawit yang dikelola oleh KUD MTJ berkurang menjadi 522 ha dengan 297 anggota.

KUD Mekar Tani Jaya melakukan perjanjian dengan PT. X pada September 2004. Setiap anggota KUD yang terdaftar sebagai petani plasma diwajibkan melakukan pinjaman dana ke pihak bank. Pinjaman tersebut berupa kredit sejumlah Rp29 048 177 untuk pembangunan kebun sawit. Jangka waktu peminjaman ini adalah selama 10 tahun dengan menjaminkan Sertifikat Hak Milik atas lahan. Kemudian karena terjadi pergantian pemilik perusahaan perkebunan pada tahun 2008, maka perjanjian dengan koperasi diperbaharui. Perjanjian ditandatangani pada tanggal 4 Februari 2009 oleh direktur perusahaan, ketua KUD MTJ dan sekertaris KUD MTJ. Perjanjian ini juga disaksikan oleh Kepala Dinas Koperasi Perindag UKM dan PM Kabupaten Banyuasin, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyuasin dan diketahui oleh Bupati Banyuasin. Oleh karena pembaharuan perjanjian ini pula petani plasma diharuskan untuk kembali meminta kredit kepada bank sejumlah kurang lebih 17 juta rupiah. Selain itu jangka waktu perjanjian juga ikut diperbaharui menjadi 10 tahun setelah perjanjian kedua, yang membuat kemitraan ini berakhir pada tahun 2019.

Kemitraan PIR yang dikelola oleh KUD MTJ memiliki sistem bagi hasil “tanggung renteng”. Sisa hasil usaha yang diterima oleh KUD dibagi dengan luas hektar yang dikelola KUD MTJ. Sistem ini menjadikan setiap petani plasma anggotanya mendapatkan hasil yang sama setiap hektar per bulannya. Sistem ini juga memungkinkan petani yang lahan sawitnya tidak menghasilkan buah, tetap mendapatkan hasil setiap bulannya. Perawatan pada lahan plasma sawit yang dikelola oleh KUD MTJ sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan perkebunan. Petani plasma murni hanya menerima hasil setiap bulannya, sedangkan pengawasan perawatan kebun dilakukan oleh koperasi.

Koperasi Serba Usaha Al-Barokah (KSU Al-Barokah)

Koperasi ini awalnya merupakan koperasi khusus yang anggotanya memiliki keterikatan hubungan darah (keluarga besar). KSU Al-Barokah didirikan atas keinginan pribadi pemilik, bukan atas pertimbangan dari pihak perusahaan perkebunan. Setelah terjadinya perselisihan dengan koperasi lama, akhirnya pada bulan Agustus 2012 koperasi ini dibuka untuk umum. Kemudian, mulai banyak tetangga yang bergabung dalam koperasi ini karena berbagai pertimbangan.

Koperasi ini akhirnya menangani 252 ha lahan kebun kelapa sawit dan beranggotakan 145 orang. Terdapat 4 blok hamparan kelapa sawit di Desa Sukadamai, Blok A, Blok B, Blok C dan Blok D. KSU Al-Barokah menangani 76 ha lahan sawit di Blok A, 147 ha di Blok B, 16 ha di Blok C, dan 13 ha di Blok D. Pada awal pembukaannya koperasi memiliki 150 anggota. Tetapi, 5 orang anggota keluar dari koperasi dan kembali bergabung ke KUD MTJ.

Secara umum sistem kerja dan pembagian hasil atas lahan perkebunan kelapa sawit KSU Al-Barokah berbeda dengan KUD MTJ. KSU Al-Barokah memiliki pembagian hasil yang disesuaikan dengan produksi masing-masing lahan kebun kelapa sawit pemiliknya. Sehinga apabila produktifitas kelapa sawit sebuah lahan tinggi maka hasil yang diperoleh petani pemilik lahan juga tinggi. Sebaliknya jika produktifitas sebuah lahan rendah maka hasil yang akan diperoleh petani pemilik lahan juga rendah. Perawatan pada lahan plasma sawit yang dikelola oleh KSU AL-Barokah dilakukan oleh perusahaan perkebunan dan petani

plasma pemilik lahan. Petani plasma merawat, menyemprot pestisida, memupuk, dan membersihkan kebun dari gulma. Untuk mendapatkan pupuk biasanya pihak KSU akan meminta langsung kepada pihak perusahaan ketika sudah waktunya pemupukan. Kemudian untuk pemanenan barulah karyawan dari perusahaan perkebunan yang melakukan.

Salah satu pengurus KSU Al-Barokah menyatakan bahwa koperasi ini sedang memproses pelepasan 252 ha lahan plasma untuk dikelola sendiri. KSU Al-Barokah akan berhenti dari kemitraan dengan perusahaan perkebunan. Oleh karena itu, anggota KSU Al-Barokah diminta untuk meminjam dana lagi ke bank lain untuk menebus sertifikat tanah yang sebelumnya diagunkan ke bank X. Pemisahan ini dilakukan karena petani plasma yang tergabung dalam koperasi ini merasa tidak puas dengan perilaku pihak perusahaan perkebunan. Sistem bagi hasil “tanggung renteng” dianggap merugikan petani yang memiliki produktifitas sawit yang tinggi. Pengurus koperasi juga mengaku kurang puas dengan pembagian hasil yang kurang transparan dari perusahaan. Menurut pengurus koperasi petani merasa di dzolimi karena sulit untuk mendapatkan haknya. Saat ini KSU Al-Barokah sedang mengurus surat pengantar TBS agar koperasi lebih mudah untuk menjual TBS sendiri. Selain itu, koperasi menuntut transparansi dari pihak perusahaan perkebunan karena sistem sortasi TBS yang kurang memuaskan. Koperasi Al-Barokah juga merasa dianak tirikan oleh perusahaan setelah memisahkan diri dari KUD MTJ.

Dokumen terkait