• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUDA BUGEL JEPARA

Dalam dokumen TASAWUF DAN PENDIDIKAN KARAKTER (Halaman 95-101)

Mengenal MA Matholiul Huda Bugel Jepara

A Matholi’ul Huda merupakan salah satu dari 64 MA se-Kabupaten Jepara, dan 7 SLTA se-Kecamatan Kedung. Lembaga ini berdiri mulai tahun 1943, kemudia secara riil beroperasi menerima murid pada tahun 1965. Madrasah ini berlokasi di Jl. Raya Desa Bugel, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, jarak dari kota Jepara kurang lebih berjarak 5 km arah selatan kota Jepara.

Menurut Ka TU madrasah Abd. Hamid (40 tahun), bahwa madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel ini memiliki 49 orang tenaga pendidik , 11 orang pegawai dan 3 tenaga orang keamanan. Sedangkan ruang untuk kegiatan pembelajaran sejumlah 28 ruang, 1 ruang Laborat IPA. 1 Ruang Perpustakaan, 1 Ruang Kepala, 1 Ruang Tata Usaha, 2 Ruang Guru, 1 Ruang Wakil Kepala, BP, 1 ruang IPNU, 1 ruang IPPNU, 1 Musholla, dan Pondok Pesantren. Jumlah murid, baik putra maupun putri dengan rincian : kelas X ada 401, untuk kelas XI sejumlah 355, sedangkan untuk XII ada 410, kemudian total akhir sejumlah 1110 peserta didik, (Wawancara, tanggal 28 November 2018).

H. Sarwadi (48 th) selaku kepala madrasah mengatakan bahwa madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel Jepara memiliki visi dan misi jelas yaitu: “Terwujudnya siswa yang unggul dalam prestasi, santun dalam berbudi, ihlas dalam mengabdi dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam suni”. Visi tersebut dijabarkan dalam misi Madrasah sebagai berikut: Menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama dan umum untuk mengahsilkan sumber daya manusia yang kompetitif; Mengelola lembaga pendidikan dengan baik dan melaksanakan prinsip-prinsip ajaran islam suni. Menjaga prinsip-prinsip-prinsip-prinsip lama yang baik dan mengambil prinsip-prinsip baru yang lebih baik (Wawancara, tanggal 29 November 2018). Salah satu karakteristik madrasah ini adalah pembelajaran siswa putra dan putri ruangnya terpisah. Siswa putra memakai kopyah baju berlengan panjang, sedangkan anak putri berjilbab. Materi muatan lokalnya

menggunakan kajian kitab kuning dengan memberi makna gandul dengan tulisan Arab pegon.

Implementasi Pendidikan Karakter Sufistik Syaikh Amin Al-Kurdi di MA Matholi’ul Huda Bugel Jepara

Dalam mewujudkan anak yang shalih dan akram mutlak dibutuhkan pendidikan karakter di madrasah, sebagaimana dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, bahwa: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan zaman (Agung, 2011: 70). Dalam konteks pendidikan karakter sufistik menurut Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitab Tanwĩrul Qulûb juga disebutkan bahwa hendaknya seorang murid perlu memperkuat diri dengan akhlak al-mahmudah, yang sejalan dengan program pendidikan karakter di MA Mathali’ul Huda Bugel Jepara.

Dari hasil wawancara dilapangan, penulis menemukan beberapa karakter di MA Matholi’ul Huda Bugel Jepara antara lain:

1) Karakter religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

2) Karakter peduli sosial. 3) Karakter bersahabat dan

4) Karakter cinta damai. Nilai ini terinternalisasi di MA Matholi’ul Huda Bugel sebagaimana pernyataan Ahmad Mudlofar (43 tahun) selaku wakil kepala bidang kesiswaan bahwa:

“Madrasah aliyah Bugel ini memprogramkan berdoa’ setiap hari pada jam awal sebelum pembelajaran dimulai dan sebelum pulang pada jam akhir. Kegiatan berdo’a tersebut dipimpin ketua kelas masing-masing, dengan didahului tawasulan dengan hadrah kepada Nabi Saw., para auliya’ dan ulama pendidir madrasah. Selain do’a dalam kelas, juga dijadwalkan khataman al-Qur’an mulai kelas X, XI dan XII rata-rata 3 hataman dalam satu majelis dengan aturan anak putra dan putri dipisah. Kegiatan hataman al-Qur’an ini dipimpin oleh pengurus yayasan, salah satunya adalah KH. Ahmad Mawardi. Di madrasah ini juga setiap hari dilaksanakan salat dhuha dan jamaah alat dhuhur, dilanjutkn wiridan yaitu membaca asatghfirullah 3 kali, Allahumma Antassalam 1 kali, Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali, ditutup dengan berdoa.” (Wawancara: tanggal 25 Oktober 2018).

97 Pada kesempatan lain, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala madrasah H. Sarwadi (48 th) sebagai berikut:

“Madrasah kami pada setiap hari kamis sesudah KBM, anak-anak melakukan mujahadah dan istighasah, khususnya siswa – siswi yang duduk di kelas XII karena mereka akan menghadapi ujian nasional. Kegiatan mujahadah dan istighasah ini merupakan realisasi sikap dan perilaku taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah itu, agar anak-anak kami diberikan kemudahan dalam menghadapi pelaksanaan ujian tersebut, dan orang tua mereka diberi tambahan kesehatan dan rizki dari Allah. Tradisi madrasah kami ini, juga membiasakan bersalaman baik anak-anak kepada para guru, maupun antar anak-anak itu sendiri, antar para guru.” (Wawancara: tanggal 29 Oktober 2018).

Pembiasaan yang bersifat keagamaan ini juga dilakukan di madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel, sebagaimana wawancara dengan bapak Eko (45 th) selaku guru pembantu wakil kepala bidang kesiswaan:

“Setiap hari sabtu, madrasah kami memberlakukan program “gemar berinfaq”. Kegiatan ini sudah berjalan 5 tahun. Dalam satu putaran rata-rata memperoleh dana kurang lebih 800 ribu sampai dengan 1 juta rupiah. Kegunaannya untuk memberikan santunan kepada peserta didik yang sakit, lebih-lebih yang rawat inap”. (wawancara: tanggal 29 Oktober 2018).

Sesudah penulis melakukan wawancara seperti di atas, kemudian dilanjutkan observasi, dari data observasi, penulis menemukan adanya pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan anak-anak dilingkungan madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel seperti berdo’a awal dan akhir pelajaran, salat dhuha, salat berjamaah, setelah salam kemudian bersalaman satu dengan lainnya dan dilanjutkan membaca wirid ma’tsur secara lengkap. Disamping menemukan kegiatan tersebut, penulis juga menemukan pembiasaan siswa melakukan mujahadah dan istighasah, termasuk pembiasaan gemar infaq dan shodaqah serta gemar membaca al-Qur’an. Hal demikian bisa dipahami bahwa dilingkungan madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel Jepara telah mempraktikkan nilai-nilai karakter Islmai seperti al-mujăhadah (mujahadah), mahabatullah (cinta Allah), memuji kepada Allah, muhăsabatun nafs (evaluasi diri), husnul amal (berperilaku baik), pemurah, ifsyăussalam

(menebar kedamaian) dan tafaquh filqur’an (memperdalam al-Qur’an) sebagaimana konsep Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitab Tanwĩrul Qulûb. Pembiasaan peserta didik seperti diatas juga merupakan praktik yang diilhami oleh nilai-nilai pendidikan karakter bangsa Indonesia sebagai wujud dari nilai karakter seperti karakter relegius, peduli sosial, bersahabat dan cinta damai.

Dalam konteks mewujudkan nilai peduli sosial, siswa dan siswi dilingkungan madrasah Aliyah Matholi’ul Huda Bugel berkeinginan memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan dari hasil infaq dan shadaqah yang dikumpulkan setiap hari sabtu tersebut.

Terkait dengan mempraktikkan nilai karakter bersahabat, diwujudkan dalam tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Melaui karakter bersalam-salaman antar sesama peserta didik dilingkungan madrasah, maka akan muncul sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan satu dengan lainnya merasa senang dan aman atas kehadiran mereka.

5) Karakter disiplin, yaitu tindakan anak didik dilingkungan madrasah yang menunjukkan perilaku tertib, patuh pada berbagai ketentuan dan aturan. Seperti yang dituturkan Mahmudah (45 th) guru sekaligus staf kesiswaan sebagai berikut:

“Madrasah madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel memberlakukan tiga pakaian seragam, yaitu hari sabtu dan ahad: berpakaian pramuka; hari senin dan selasa: berpakaian putih dan abu-abu; sedangkan hari rabo dan kamis: berseragam batik madrasah. Selama hari hari ketentuan seragam tersebut, kok ada anak yang tidak seragam dikenakan teguran-teguran. Teguran pertama, teguran kedua dan ke-3, jika dilapangan kok anak masih belum sadar akan seragam yang telah ditentukan, maka anak tersebut diminta untuk pulang. Di madarasah kami ini ketertiban dan kedisiplinan terkait dengan pakaian seragam sangat bagus. Lazimnya tradisi MA Matholi’ul Huda Bugel Jepara pada awal tahun pelajaran, kepala madrasah telah mensosialisasikan tata tertib madarasah kepada seluruh peserta didik, hal tersebut merupakan “janji setia” antara siswa dengan madrasah, dalam seluruh aspek kegiatan, salah satunya menyangkut tentang ketaatan siswa dalam proses pembelajaran yang ruangannya terpisah antara anak putra dan puti, berseragam, berpkopyah, berjilbab”.(Wawancara, 3 November 2018).

99 Terkait dengan perilaku taat dan ketertiban anak di MA Matholi’ul Huda Bugel Jepara, penulis juga melakukan wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum Bp. Ngizuddin (42 tahun) menyatakan bahwa:

“Anak-anak madrasah ini, baik putra maupun putri, dalam hal kebersihan sangat baik dan tertib. Artinya, anak sudah terbiasa membuang sampah pada bak-bak yang sudah disiapkan madrasah. Ada bak sampah khusus plastik basah dan kering. Ada bak sampah khusus kertas, dan dedaunan, dalam membuang sampah tidak boleh sembarangan bak. Jika ada sampah klihatan tercecer dalam ruang kelas, teras madrasah, halam madrasah, secara sepontan anak sesegera mungkin untuk memasukkan pada bak-bak yang sudah disediakan pada titik-titik tertentu. Bahkan, untuk menunjukkan tingkat ketaatan terhadap ajaran Islam, ketertiban dan kebersihan, lembaga madrasah kami menyediakan “truk dam” untuk angkutan pembuangan sampah” (Wawancara, tanggal 3 November 2018).

Dari data tersebut diatas, penulis melakukan observasi, hasilnya menemukan adanya pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan para siswa dilingkungan madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel terkait dengan ketertiban siswa, yaitu tertib dalam berpakaian seragam, tertib berpeci dan berkerudung, tertib membuang sampah dan menepati janji berupa kepatuhan menjalankan tata tertib. Bisa artikan bahwa guru dan peserta didik, serta tenaga kependidikan lainnya dilingkungan madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel Jepara telah mempraktikkan nilai-nilai karakter Islmai seperti al-wafa’ (menepati janji), dan husnul amal (berperilaku baik) sebagaimana konsep Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub. Dari sudut pandang pendidikan karakter bangsa mereka juga telah mempraktikkan pilar-pilar nilai karakter disiplin. Artinya tindakan para guru dan peserta didik dilingkungan madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel menunjukkan perilaku tertib dalam berseragam, berpeci dan berjilbab, pembuangan sampah dan patuh terhadap tata tertib madrasah.

BAB VI

PENUTUP

yaikh Muhammad Amin Al-Kurdi sebagai seorang cendekiawan muslim banyak menghasilkan karya, diantaranya adalah kitab Tanwĩrul Qulûb. Kitab tersebut mengajarkan tentang sufisme (tasawuf) dan akhlak. Ada sekitar 34 nilai-nilai sufistik dalam kitab Tanwĩrul Qulûb yang telah diimplementasikan dalam proses belajar mengajar di MA Matholiul Huda Bugel Jepara. Nilai-nilai sufistik tersebut selaras dengan pendidikan karakter yang digalakkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2017.

Adapun bentuk implemantasi dari ajaran sufistik Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi di MA Matholiul Huda Bugel Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, pendidikan karakter relegius. Artinya, anak didik di lingkungan madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel telah meng-implementasikan nilai-nilai karakter Islami dari konsep Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi seperti: al-mujăhadah (mujahadah), mahabatullah (cinta Allah), memuji kepada Allah, muhăsabatun nafs (evaluasi diri), dan tafaquh filqur’an (memperdalam al-Qur’an) yang memiliki keselarasan dengan pengembangan karakter bangsa seperti: karakter relegius, peduli sosial, bersahabat dan cinta damai.

Kedua, pendidikan karakter kepribadian diri. Bisa diartikan bahwa, anak-anak yang ada dilingkungan madrasah aliyah Matholi’ul Huda Bugel telah mengimplementasikan nilai-nilai karakter Islami dari konsep Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi seperti: al-wafa’ (menepati janji), dan husnul amal (berperilaku baik) yang memiliki keselarasan denga nilai-nilai pendidikan karakter bangsa yaitu karakter disiplin.

Ketiga, pendidikan karakter sosial. Bisa diartikan anak-anak di MA Matholi’ul Huda Bugel Jepara telah mengimplementasikan atau mempraktikkan konsep karakter sufistik Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi yaitu husnul amal (berperilaku baik), pemurah, ifsyăussalam (menebar kedamaian) yang mempiliki keselarasan dengan karakter kepedulian sosial, karakter ini tampak dalam kegiatan “gemar berinfaq-shodaqh”, bersalam-salaman dalam kehidupan sehari-hari dimadrasah.

101

Dalam dokumen TASAWUF DAN PENDIDIKAN KARAKTER (Halaman 95-101)