• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum internasionaldipandang sebagai sebuah sistem persetujuan di antara aktor-aktor internasional yang mendefenisikan bagaimana hubungan para aktor tersebut (Paap, 1997:430). Material hukum internasional bersumber dari kebiasaan, traktat, keputusan pengadilan, karya-karya hukum, dan keputusan atau penetapan organ-organ lembaga internasional.

4. Keputusan-keputusan yudisial dan opini-opini hukum, sebagai alat tambahan bagi penetapan kaidah hukum. (Starke, 2000:65)

Hak-hak dasar negara sebagai subjek hukum internasional yang paling sering ditekankan adalah mengenai hak kemerdekaan dan persamaan antar negara, yuridiksi teritorial, dan hak untuk membela atau mempertahan-kan diri. Kewajiban-kewajiban dasar yang ditekankan, antara lain, kewajiban untuk tidak mengambil jalan kekerasan (perang), kewajiban untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban traktat dengan itikad baik, dan tidak mencampuri urusan negara lain.

Kedaulatan teritorial menurut Max Huber adalah kedaulatan dalam lingkungan hubungan antara negara-negara menandakan kemerdekaan. Kemerdekaan berkaitan dengan suatu bagian dari muka bumi adalah hak untuk melaksanakan didalamnya, terlepas dari negara lain, fungsi-fungsi untuk negara. Lima cara tradisional dan yang pada umumnya diakui untuk memperoleh kedaulatan teritorial adalah:okupasi, aneksasi, penambahan wilayah{accretion),preskripsi{prescription),dan penyerahan{cession).

Hukum Laut Menurut Rezim yang Dibentuk oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 10 Desemberl982:

a. Laut Teritorial dan Zona Tambahan

Kedaulatan negara pantai selain di wilayah daratan dan perairan pedalamannya, namun juga meliputi laut teritorial, ruang udara di atasnya dan dasar laut serta lapisan tanah di bawahnya. Batas laut teritorial tidak melebihi 12 mil laut diukur dari garis pangkal. Garis pangkal biasa (normal) adalah marka pasang surut seperti terlihat pada petaskala besaryang secara resmi diakui oleh negara pantai.mboleh diterapkan apabila lain dari laut atau dari Zona Ekonomi Ekslusif.

Hak lintas damai diberikan kepada kapal-kapal semua negara, baik negara pantai maupun negara tidak berpantai. Pengertian "iintas" adalah pelayaran yang harus terus-menerus berlangsung dan secepat mungkin, tetapi diperbolehkan untuk berhenti dan buang sauh hanya sepanjang hal tersebut berkaitan dengan pelayaran yang lazim atau perlu dilakukan karena

force major (yaitu hal-hal di luar jangkauan manusia), atau mengalami kesulitan, atau untuk tujuan memberikan pertolongan kepada orang, kapal atau pesawat udara yang sedang dalam bahaya atau mengalami kesulitan. Untuk dianggap sebagai "damai"{inncocent),maka kegiatan lintas tersebut tidak boleh merugikan bagi perdamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai, tidak meianggar konvensi atau keamanan negara pantai, juga tidak boleh meianggar konvensi atau ketentuan-ketentuan hukum internasioanal lainnya. Kapal-kapal selam dan kendaraan bawah air lainnya, diharuskan melakukan pelayaran di atas permukaan air dan menunjukan benderanya.

Pokok permasalahan yang rumit menyangkut pelaksanaan yurisdiksi kriminal dan perdata di atas kapal asing, baik kapal dagang maupun kapal pemerintah yang beroperasi secara komersial dalam lintasnya melalui laut teritorial. Yurisdiksi kriminal dari negara pantai tidak boleh dilaksanakan di atas kapal asing yang melintas laut teritorial untuk menangkap siapa pun atau untuk melakukan penyidikan yang berkaitan dengan kejahatan apapun yang dilakukan di atas kapal selama kapal tersebut melakukan lintas, kecuali dalam hal-hal yang berikut:

a. Apabila akibat kejahatan itu dirasakan di negara pantai yang terkait. b. Apabila kejahatan itu termasuk jenis yang mengganggu kedamaian

negara tersebut atau ketertiban laut teritorial.

pulau, perairan di antara pulau-pulau tersebut dan wujud-wujud alamiah lainnya yang wujud alamiahnya satu sama lain demikian eratnya sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan geografis, ekonomi dan politik yang hakiki, atau yang secara historis dianggap sebagai demikian (penekanan ditambahkan pada kata-kata "hakiki" (intrinsic) dan "secara historis" (historically). "Negara kepulauan" didefinisikan sebagai "suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan yang dapat mencakup pulau-pulau lain".

Metode garis pangkal lurus dipakai sebagai suatu solusi untuk masalah perairan kepulauan. Suatu negara kepulauan yang menarik garis pangkal lurus kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau dan karang kering dari kepulauan itu, dengan akibat bahwa kedaulatan negara kepulauan meluas hingga ke perairan yang tertutup karena penarikan garis pangkal lurus demikian, sampai ke ruang udara yang ada di atasnya, dasar laut dari tanah di bawahnya serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Syarat-syarat penetapan garis pangkal lurus:

1. Garis pangkal lurus mencakup pulau-pulau utama dari suatu daerah di mana perbandingan antara perairan dan daratan adalah 1:1 dan 9:1. 2. Panjang garis pangkal tidak boleh melebihi 100 mil laut, kecuali hingga

3% dari jumlah keseluruhan garis pangkal dapat melebihi kepanjangan tersebut hingga pada suatu kepanjangan maksimum 125 mil laut. 3. Garis pangkal tidak boleh menyimpang terlalu jauh dari konfigurasi

umum kepulauan tersebut.

4. Garis pangkal tersebut tidak boleh ditarik dari dan ke elevasi surut (lihat di atas), kecuali jika di atasnya telah dibangun mercusuar atau instalasi serupa atau apabila elevasi surut tersebut terletak seluruhnya atau sebagian pada suatu jarak yang tidak melebihi lebar laut teritorial. 5. Garis pangkal tidak boleh diterapkan dengan cara sedemikian rupa

penutup untuk kepulauan ini, negara kepulauan dapat menarik garis-garis penutup untuk keperluan penetapan batas perairan pedalaman, sesuai dengan Pasal 9-11 (mulut-mulut sungai, teluk-teluk, dan instalasi pelabuhanterluar).

Konvensi hukum laut ini juga menentukan mengenai dihormatinya oleh negara kepulauan perjanjian-perjanjian yang ada, hak-hak perikanan tradisional dan kabel-kabel laut yang seluruhnya terpasang di bawah air, mengenai hak lintas damai, seperti telah dikemukakan di atas, oleh kapal-kapal asing, melalui perairan kepulauan, mengenai penetapan-penetapan dan mengenai alur-alur laut dan rute-rute udara oleh negara kepulauan, dan mengenai kewajiban-kewajiban yang sama yang harus di perhatikan oleh kapal dan pesawat udara asing, dan oleh negara kepulauan.

c. Zona Ekonomi Eksklusif

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) didefenisikan sebagai suatu wilayah di luar dan berdampingan dengan laut teritorial, yang tidak melebihi jarak 200 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur (yaitu, 200 mil laut yang tidak diukur dari batas laut terluar dari laut teritorial. Dalamzona ini, negara pantai yang berdampingan tidak mempunyai kedudukan yang sama dengan kedaulatan teritorial, tetapi hak-hak berdaulat untuk tujuan-tujuan eksplorasi, eksploitasi, pelestarian dan pengolahan sumber-sumber kekayaan ZEE, dan yuridiksi, dengan mengingat hak-hak negara-negara lain, berkenaan dengan pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan serta bangunan-bangunan, penelitian ilmiah kelautan, perlindungan dan pelestarian lingkungan. Secara umum, di ZEE, kebebasan-kebebasan tradisional di laut lepas, misalnya, pelayaran, penerbangan, dan peletakan kabel-kabel dan pipa-pipa tidak terpengaruh, tetapi dalam hal konflik-konflik mengenai hak-hak dan yurisdiksi, harus diselesaikan atas dasar keadilan dan dengan mempertimbangkan segala keadaan yang relevan.

dalam daerah ini kebijaksanaan yang luas dan umum dalam melaksanakan kekuasaan mereka di ZEE diserahkan kepada negara-negara pantai.

Penetapan batas batas ZEE antara negara-negara yang pantainya berhadapan atau berdampingan hams diadakan dengan "perjanjian atas dasar hukum internasional, untuk mencapai suatu jalan keluar yang adil", tetapi apabila tidak dapat dicapai perjanjian dalam waktu yang layak, negara-negara terkait hams menggunakan prosedur-prosedur untuk penyelesaian sengketa yang ditentukan dalam Bagian XV Konvensi.

d. Landas Kontinen

Landas kontinen suatu negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah di wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepian kontinen. Dalam ayat 3 Pasal 76 tepian kontinen dilukiskan sebagai "kelanjutan bagian daratan negara pantai yang berada di bawah permukaan air", dan terdiri dari "dasar laut dan tanah di bawahnya dari landas kontinen, lereng kontinen, dan tanjakan kontinen", tetapi tidak meliputi "dasar samudera dalam dengan bukit-bukit samudera atau tanah di bawahnya". Dengan demikian, kriteria geologis, baik yang sifatnya teritorial maupunkelautan.telahdipakai.

Penentuan batas terluar baik landas kontinen maupun tepian kontinen apabila suatu landas kontinen melebihi 200 mil laut dari garis pangkal laut teritorial, negara pantai yang terkait hams menetapkan batas terluar landas kontinennya dengan cara menarik garis-garis lurus yang tidak melebihi 60 mil laut panjangnya, yang menghubungkan titik-

titik tetap yang ditetapkan dengan koordinat-koordinat lintang dan bujur. Menurut ayat 4 pasal yang sama, apabila tepian kontinen itu lebih lebar dari 200 mil laut dari garis pangkal laut teritorial, maka negara pantai yang

lereng kontinen, KaKi lereng Konnnen

titik perubahan maksimum dalam tanjakan pada kakinya.

Negara pantai mempunyai hak-hak berdaulat atas landas kontinen untuk tujuan mengekplorasi dan mengeksploitasi "kekayaan-kekayaan alamnya", hak-hak tersebut merupakan hak-hak eksklusif dalam arti bahwa apabila negara pantai itu tidak mengeksplorasi atau mengekspioitasi kekayaan-kekayaan alam landas kontinen tersebut, maka siapapun tidak dapat melakukan aktivitas-aktivitas tanpa persetujuan tegas dari negara pantai; pun tidak dapat melaksanakan hak-hak yang bergantung pada okupasi, bask secara efektif maupun tidak tetap{notional], atau atas dasar pemyataan tegas apapun. Istilah "sumber-sumber kekayaan alam" tersebut mencakup tidak hanya kekayaan-kekayaan alam mineral dan kekayaan alam non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya, tetapi juga organisme-organisme hidup yang tergolong jenis sedenter, yaitu organisme-organisme yang pada tingkat sudah dapat dipanen, baikyang tidak bergerak pada atau di bawah dasar laut ataupun yang tidak dapat berpindah kecuali jika berada dalam kontak fisik dengan dasar laut atau tanah di bawahnya. Dengan demikian ikan yang berenang bebas atau Crustacea yang bergerak bebas, dalam konteks ini, tidak termasuk dalam arti istilah "kekayaan-kekayaan alam".