• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Australia Mengenai Perbatasan Laut dengan Indonesia

Sadan iegislatif masing-masing negara bagian Australia memiiik' kekuasaan untuk mengatur penyelenggaraan perdamaian, ketertiban, dar

pemerintahan yang baik. Kekuasaan ini mencakup puia bagian-bagian laut yang berdekatan dengan negara bagian yang bersangkutan, asalkan terdapat keterkaitan yang erat antara negara bagian dengan kegiatan-kegiatan yang memerlukan pengaturan pada bagian-bagian laut tersebut. Oleh karena itu dalam pengaturan masalah kelautan terdapat banyak kemungkinan untuk terjadinya tumpang tindih wewenang antara pemerintah federal dengan pemerintah negara-negara bagian. Apabila hal demikian sempat terjadi maka pengaturan yang dibuat oleh pemerintah federal-lah yang akan diberlakukan.

Tumpang tindih wewenang antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian mengenai wewenang atas bagian-bagian laut yang berbatasan dengan pantai telah mendorong lahirnya Offshore Constitutional Settlement (OCS) pada tahun 1983. Berdasarkan OCS pemerintah negara-negara bagian dan Nonthern Territory mempunyai hak atas dasar laut di bawah laut teritorial yang lebarnya 3 mil, termasuk wewenang untuk mengatur tanpa harus memperhatikan lagi ada atau tidak' adanya keterkaitan yang erat antara negara bagian dengan kegiatan-kegiatan' yang memerlukan pengaturan pada bagian-bagian laut yang berdekatan* dengan pantaitersebut.

Pengaturan perbatasan laut Australia dengan Indonesia akan lebih difokuskan pada pengaturan batas-batas perikanan. Hal ini dikarenakan masalah-masalah yang sering terjadi di daerah perbatasan dengan Indonesia adalah masalah penangkapan ikan secara ilegal dan kemudian penangkapan nelayan tradisional Indonesia. Batas-batas perikanan menurut peraturan perundangan Australia adalah sebagai berikut:

(1) Fisheries Act of 1952

Berdasarkan peraturan ini Australia pada tahun 1979 mengumum-kan suatu zona perikanan selebar 200 mil. Sebagai akibat dari pengumuman ini Australia memiliki tambahan yurisdiksi atas daerah perikanan seluas 8,6juta km persegi.

(2) The Seas and Submerged Lands Act ofl 973

Pasal 7 ayat (1) dari peraturan ini menyatakan bahwa Gubernur Jendral Australia dapat mengumumkan penetapan, baik seluruhnya maupun sebagian, dari garis dasar serta lebar laut wilayah Australia. Penetapan ini mengacu pada Bagian n Bab I Konvensi Jenewa 1958 tentang Laut Wilayah dan Jalur Tambahan. Berdasarkan peraturan ini Australia menetapkan garis dasar untuk mengukur laut teritorialnya di sekeliling

benua Australia pada bulan Februari tahun 1983. Kemudian berdasarkan peraturan ini pula bulan November 1990 Australia mengumumkan lebar laut wilayah selebar 12mil. Hal ini merupakan suatu pelebaran secara unilateral dari laut wilavah yang lebar sebelumnya hanya 3 mil. Australia juga mengklaim landas kontinen berdasarkan pengertian landas kontinen menurut Konvensi Jenewa 1958 tentang landas kontinen. (3) Proclamation of 5 February 1983

Proklamasi ini berisi ketetapan garis pangkal yang digunakan untuk mengukur laut teritorial Australia. Garis pangkal lurus untuk menetapkan lebar laut wilayah yang mengelilingi Benua Australia terbentuk dengan cara menghubungkan sebanyak 297 buah titik pangkal. Titik-titik pangkal yang digunakan untuk mengukur laut wilayah yang mengeVilingi Tasmania berjumlah 50 buah. Sedangkan titik pangkai yang digunakan untuk mengukur laut wilayah yang mengelilingi Northern Territory berjumlah 46 buah. Berdasarkan garis-garis pangkal tersebutlah zona perikanandanZonaEkonomi Eksklusif Australia diukur. (4) Fisheries Management Act of 1991

Pada tahun 1991 Australia mengumumkan suatu paket pengaturan tentang zona maritimnya yang baru dan beberapa amandemen terhadap peraturan-peraturan yang ada. Paket ini terdiri dari 7 buahAct

yang kini menjadi dasar hukum bagi kegiatan perikanan di zona perikanan Australia.

Adapun ketujuh aturan tersebut adalah: a. Fisheries Administration Act 1991. b. Fisheries Agreement (Payment) Act 1991.

c. Fisheries Legislation {Consequential Provisions) Act 1991.

d. Fisheries Management Act 1991.

e. Fishing Levy Act 1991.

f. Foreign Fishing Licences Levy Act 1991.

g. Statutory Fishing Right Charge Act 1991.

Melalui paket ini Australia menetapkan Zona Ekonomi Eksklusifnya selebar 200 mil, sekaligus mengakui definisi iandas kontinen menurut Konvensi 1982.

Paket peraturan tersebut kini menjadi dasar hukum bagi kegiatan perikanan di Zona Perikanan Australia. Menurut Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan 7 zona Perikanan Australia adalah perairan yang batas dalamnya adalah garis-garis pangkal yang digunakan untuk mengukur wilayah dan batas luarnya adalah selebar 200 mil diukur dari garis pangkal tersebut. Perairan pantai atau perairan yang berada di dalam batas suatu negara bagian tidak termasuk Zona Perikanan Australia, Demikian pu!a dengan perairan yang dikecualikan atau perairan yang berdasarkan persetuju-an dengan negara lain diakui berada di bawah yurisdiksi negara lain tersebut.

Perlu diketahui bahwa sampai dengan tahun 1993 peraturan perun-dangan Australia mengenai sumber kekayaan alam yang terdapat pada bagian-bagian lautyang berbatasan dengan lautteritorialnya masih mengacu pada Konvensi Landas Kontinen dan Konvensi Perikanan dan Perlindungan Sumber Kekayaan Hayati di Laut Lepas, yang dikenal sebagai bagian dari Konvensi Jenewa 1958 tentang Hukum Laut. Namun Australia sudah mulai menyelaraskan peraturan perundangannya di sektor kelautan yang terlihat sejak dikeluarkannyaMaritime Legislation Amandement Actpada tahun 1994. Amandemen ini merubah berbagai pengertian yuridis dalam hukum laut (seperti:countiguous zone continental shelf,danfisheries zone)pada peraturan perundangan yang berlaku, untuk kemudian menyelaraskannya

dengan pengertian-pengertian yuridis menurut Konvensi Hukum Laut 1982. Secara singkatnya Undang-Undang lain tersebut berisikan:

• Rencana pengelolaan perikanan untuk setiap daerah perikanan; • Cara-cara penangkapan dan kapasitas kapal-kapal ikan;

• Badan yang berwenang untuk melaksanakan rencana pengelolan, yaitu Australian Fisheries Management Agency (AFM A);

• Fungsi dan tugas AFMA yang meiiputi; mengatur kegiatan perikanan sesuai rencana pengelolaan yang ditetapkan, termasuk perikanan sedenter dan pelagis, serta mengatur wewenang

pengendalian

terhadap kapal-kapal ikan Australia di seluruh dunia;

• Memperkenankan kapal ikan asing beroperasi di Zona Perikanan Australia dengan persyaratan untuk mentaati rencana pengelolaan persetujuanyof’nfventure,persetujuan bilateral/multilateral;

• Tiga bentuk konsesi perikanan, yaitu:statutory fishing permit, fishing permit dan foreign fishing license.

• Larangan penggunaandriftnetdan cara-cara yang merusak sumber perikanan iainnya.

Pengaturan Batas-Batas Perikanan Berdasarkan Persetujuan Antara