• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Puasa Nazar

Setelah mengamati gambar-gambar tersebut, berikan tanggapanmu dan komunikasikan kepada guru dan teman-temanmu!

B. MACAM-MACAM PUASA Aktifitas Siswa: Aktifitas Siswa:

2) Hukum Puasa Nazar

Berdasarkan ayat di atas, dan karena puasa nazar merupakan puasa yang telah dijanjikan oleh yang bersangkutan untuk dilaksanakan maka hukumnya wajib.

Dengan demikian, jika yang bernazar tidak melaksanakan puasa maka ia akan

Artinya:"Dari Aisyah ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa bernazar akan mentaati Allah maka hendaklah ia mentaati-Nya dan barang siapa bernadzar akan bermaksiat kepada Allah, maka janganlah ia melakukannya”. (HR.

Al-Bukhari dan Muslim).

Puasa nazar terjadi karena seseorang telah berjanji akan berpuasa jika ia mendapatkan sesuatu yang menggembirakan (kebaikan). Misalnya, jika saya naik kelas maka saya akan berpuasa selama tiga hari. Pada dasarnya puasa ini bukan puasa wajib, tetapi karena sudah dinazarkan maka menunaikannya adalah wajib.

c. Puasa Kafarat

1. Pengertian Puasa Kafarat

Kafarat menurut bahasa berarti denda atau tebusan. Dengan demikian, puasa kafarat adalah puasa yang dilakukan dengan maksud untuk memenuhi denda atau tebusan.Melaksanakan puasa kafarat hukumnya wajib.

2. Macam-Macam Puasa Kafarat

Ada beberapa macam puasa kafarat, di antaranya sebagai berikut:

a) Puasa yang dilaksanakan karena melanggar larangan haji, yaitu bagi orang yang melaksanakan ibadah haji dengan cara tamatu` atau qiran wajib membayar denda berupa menyembelih 1 ekor kambing/domba. Apabila tidak mampu, dia wajib berpuasa selama 3 hari ketika masih di tanah suci dan tujuh hari setelah

Artinya: “… Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. siksaan-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 196)

b) Puasa kafarat karena melanggar sumpah atau janji

Apabila seseorag berjanji untuk melaksanakan sesuatu tetapi dia tidak memenuhi, maka dia wajib membayar kafarat yaitu puasa tiga hari, ketika tidak mampu memberi makan sepuluh orang miskin. Firman Allah:

ُتَرا َّف َك ف ۖ َنا َمْي َ َ ْ

Artinya: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-hukum-hukum-Nya). (QS. Al-Maidah: 89)

c) Puasa kafarat karena sumpah Zihar

Ziaar adalah seorang suami yang menyerupakan istrinya sama dengan punggung ibunya. Jika dia ingin berdamai, maka dia wajib membayar kafarat, yaitu puasa dua bulan berturut-turut, sesuai dengan firman Allah:

َّم ُ

Artinya: “Orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur.” (QS. Al-Mujaadilah: 3-4)

UJI PUBLIK

d) Puasa kafarat karena pembunuhan tanpa sengaja, yaitu puasa dua bulan berturut-turut.

e) Puasa kafarat karena hubungan suami sitri di bulan Ramadhan dengan sengaja pada saat puasa, yaitu puasa dua bulan berturut-turut.

Allah Swt. hanya melarang umatnya bersetubuh disiang hari pada bulan Ramadhan, sedangkan pada malam hari diperbolehkan. Jadi, barang siapa melakukan hubungan suami istri di siang hari maka ia wajib membayar kafarat atau denda.

Kafarat bagi orang yang melakukan pelanggaran ini ada tiga tingkatkan, yaitu : 1. Membebaskan budak belian.

2. Bila tidak mampu membebaskan hamba sahaya, harus berpuasa dua bulan berturut-turut.

3. Bila berpuasa selama dua bulan juga tidak kuat, harus memberikan sedekah kepada fakir miskin dengan makanan pokok yang mengenyangkan. Jumlah fakir miskin yang harus disedekahi 60 orang dan masing-masing 3/4 liter perhari.

Puasa Sunah

Puasa Sunah adalah puasa yang apabila dilaksanakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa.

Adapun macam-macam puasa Sunah adalah sebagai berikut:

a. Puasa 6 hari pada bulan Syawal Hadits Nabi :

ِالله َلْو ُسَر َّن َ

ا يِراَص ْنَلاْا َبْوُّيَا ى ِب ا ْن َع َ َمَّل َس َو ِهْي لَع ُالله ى َّل َص َ

َلاَق َنا َض َمَر َما َص ْن َم :

َّم ث ُ َعَبْت ا َ اًّت ِس ُه

ِر ْه َّدلا ِماَي ِصَك َناَك ، ٍلاَّو َش ْنِم )ملسم هاور(

.

Artinya: “Dari Abu Ayyub Al-Anshariy, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda,

"Barangsiapa puasa Ramadlan lalu ia iringi dengan puasa enam hari dari Syawwal, adalah (pahalanya) itu seperti puasa setahun". (HR. Muslim)

Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari dibulan syawwal, maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)

2

UJI PUBLIK

b. Puasa Senin dan Kamis

Hadis Nabi yang diriwayatkan Aisyah ra.:

َع

Artinya: “Dari Jubair bin Nufair bahwa Aisyah ra. berkata, bahwa Nabi Saw. memilih berpuasa hari Senin dan Kamis". (HR. An-Nasa’i)

c. Puasa Dawud

Puasa Dawud adalah puasa yang dilaksanakan oleh Nabi Dawud As. Tata caranya adalah puasa berselang, maksunya satu hari puasa satu hari tidak puasa. Puasa ini merupakan puasa Sunah yang paling utama. Hadis Nabi :

َ ف ِماَي ِ صلا ُل َضْفَأ َوُه َو َدُواَد ُماَي ِص َكِلَذَف اًمْوَي ْر ِطْفَا َو اًمْوَي ْمُص :َلاَق وٍرَمُع ِنْب ِالله ِدْبَع ْنَع ُت ل ُق ْ

ىِ نِإ : . َكِل َذ ْنِم ُلَضْفَأ َلا :م ص ُّىِبَّنلا َلاَقَف . َكِلَذ ْنِم َلَضْفَأ ُقْيِطُأ

Artinya:"Dari Abdullah bin Amr, Nabi bersabda: Berpuasalah sehari dan berbukalah sehari. Itulah puasa Daud, dan itulah puasa yang paling utama". Abdullah berkata:

saya sanggup lebih dari itu" Nabi bersabda: "Tidak ada yang lebih utama dari itu".

(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Artinya: “Dari Abi Qatadah, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda:”Puasa hari

`Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR.

Muslim)

Puasa arafah tidak disunahkan bagi mereka yang sedang wukuf di Arafah dalam rangka menunaikan ibadah haji.

e. Puasa Asyura (10 Muharram) Nabi Saw. bersabda :

ءا ر ْﻮ ﺷا ﻋ مْﻮ ﻳ مْﻮ ﺻ ة ﻴ ﺿا ْلْا ة ﻨ َّﺴﻟا ر ﻔ ﻜ ﻳ

)ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور(

Artinya:”Puasa 'Asyura itu menutup dosa tahun yang telah lalu”(HR. Muslim) f. Puasa Muharram

Bulan muharram adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak berpuasa.

UJI PUBLIK

Hadits Nabi :

Artinya: "Dari Abi Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda,”Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan ialah puasa pada bulan Allah, Muharram". (HR.

Muslim)

g. Puasa tengah bulan pada setiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan Qomariah. Puasa ini biasa disebut juga puasa putih karena pada tanggal-tanggal tersebut bulan bersinar penuh, atau hampir penuh, tidak terhalangi oleh bayangan bumi, sehingga bumi menjadi terang.

Nabi Saw. bersabda kepada Abu Zar:

أ هاور( َةَر َش َع َس ْم َخ َو َةَر َش َع َعَبْر َ

hendaklah engkau puasa tanggal 13, 14, dan 15. " (Riwayat Ahmad dan Annasai).

Dalam hadits lain disebutkan

Artinya:"Rasulullah menyuruh kami berpuasa pada malam-malam putih, yaitu tanggal 11, 14, dan 15, dan beliau bersabda: Itulah puasa (yang sama dengan puasa) sepanjang tahun”.

h. Puasa pada pertengahan bulan Sya'ban (Nisfu Sya'ban).

ْو ُسَر ُتْي َ

ا َر ا َم : ْتل َ

اَق اَهْنَع ُالله َى ِ ضَر َة َشِئاَع ْنَع َنا َض َمَر َّلاإ ُّطَق ٍرْه َش َماَي ِص َلَمْكَت ِسا م ص ِالله َل

َناَبْع َش ى ِف ًاماَي ِص ُهْنِم َرَثْكَأ ٍرْه َش ىِف ُهُتْيَاَر اَمَو

Artinya: “Dari Aisyah ra. ia berkata, “Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan saya tidak melihat beliau berpuasa pada bulan-bulan lain sebanyak yang beliau lakukan pada bulan Sya'ban” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)