• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM PANDANGAN

C. Hukum dan syarat amar ma‟ruf nahi munkar

Amar ma‟ruf nahi munkar merupakan suatu hal yang wajib sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur‟an hadits dan ijma‟ ulama.23 Ahlul-ilmi bersepakat tentang wajibnya amar ma‟ruf nahi munkar baik fardu „ain maupun kifayah.24 Kebanyakan ulama berpendapat bahwa amar ma‟ruf nahi munkar hukumnya fardu kifayah dan sebagian lainnya berpendapat hukumnya fardu „ain. Perbedaan ini berawal dari penafsiran para ulama terhadap Qs. Ali-Imran : 104 Berikut akan dijelaskan.

ٰۤلوا َو ۗ ِرُ كْن ُمَ لا ِنْ َع َنْيَىْنَيَو ِفْوُرْعَمْلاِة َنْوُرُمأَي َو دْيَخْ لا ىْ َل ِا ن ْي ُع ْدَّي ٌث َّمَ ا ْمُ كْن ِ م ْنُ كَتُ ل َوْ ُم ُو َكِٕى

َ

ن ْي ُحِلف ُمْ لاْ 25

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang

22

Takdir Ali Mukti, Membangun Moralitas Bangsa. 64.

23 Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi

Dunia Modern. 81.

24 Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi

Dunia Modern. 88.

25

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur‟an Di Bawah Nuangan al-Qur‟an, Penerjemah As‟ad Yasin Dkk (Jakarta: Gema Insan, 2008).183

munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs.A<li-Imran[3]:104)

Mereka yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah fardu kifayah berdalil dengan lafaz| “minkum” yang terdapat pada ayat di atas yang artinya “sebagian”.

Sedangkan yang berpendapat fardu „ain mengartikan lafaz\| “minkum” sebagai bayan atau untuk menjelaskan.26

Apabila umat yang disebutkan dalam ayat tersebut, yaitu segolongan melaksanakan tugasnyan maka gugurlah yang lain. Akan tetapi dengan syarat golongan tersebut termasuk orang-orang yang mampu melaksanakan fardu kifayah dalam syi‟ar ini. Akan tetapi dalam beberapa keadaan, amar ma‟ruf nahi munkar menjadi fardu „ain dan disamping itu nahi munkar dengan hati dan benci terhadap kemungkaran dan pelakunya, hukumnya fardu „ain terhadap semua berdasarkan kesepakatan para ulama dan tidak seorangnya yang dikecualikan karena hal tersebut memungkinkan bagi semua orang.27 Ibn Hazm Rah{imahullah, berpendapat bahwa amar ma‟ruf nahi munkar hukumnya fardu „ain berdasarkan hadits Abu sa‟id al-Kudri yang marfu‟ :

الله ه٘ س س ج ع َ س : ها ق ، ٔ ْ ع الله ٜ ض س ٛ س ذ خىا ٍذ ٞ ع س ٜ ب أ ِ ع

: ه ٘ ق ٝ

«

ِ ٍ

ًاش ن ْ ٍ ٌ ن ْ ٍ ٙ أ س

ٔ ب ي ق ب ف ع ط خس ٝ ٌ ى ُ إ ف ، ٔ ّا س ي ب ف ع ط خس ٝ ٌ ى ُ إ ف ، ٓ ذ ٞ ب ٓ ش ٞ غ ٞ ي ف

ُا َ ٝ لإا ف ع ض أ ل ى ر ٗ

»

“Dari Abu Sa‟id Al-Khudri radhiyallahu „anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa,

26 Yajid Bin Abdul Qodir Jawas, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus

Sunnah Wal Jamaah. 53.

27 Salman al-Audah Dan Fadil Ilahi, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993). 50.

ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.”

Berikut keterangan hadits yang disebutkan di atas sebagai berikut:

 man ra-a: siapa yang melihat, maknanya adalah siapa yang mengetahui, walaupun tidak melihat secara langsung, bisa jadi hanya mendengar berita dengan yakin atau semisalnya.

 munkaran: segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya s}allallahu „alaihi wa sallam, pelakunya diingkari untuk melakukannya. Kemungkaran di sini disyaratkan: (1) jelas kemungkaran yang disepakati oleh pihak yang mengingkari dan yang diingkari; atau (2) orang yang diingkari punya hujah yang lemah.

 minkum: yang dilihat dari kaum muslimin yang sudah mukallaf (yang sudah dikenai beban syariat).

 fal-yugayyirhu biyadihi: maka hendaklah mengubah dengan tangannya. Contoh, seseorang yang punya kuasa–misal: ayah pada anak–, ia melihat anaknya memiliki alat musik (tentu tidak boleh digunakan), maka ayahnya menghancurkannya.

 fainlam yas-tathi‟ fa bi lisa>nih: jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Yang mengingkari tetap bersikap hikmah dengan tetap melarang. Mengingkari dengan lisan termasuk juga mengingkari dengan tulisan.

 fabi-qalbihi: mengingkari dengan hatinya, yaitu menyatakan tidak suka, benci, dan berharap tidak terjadi.

 Ad{-„aful i>ma>n: selemah-lemahnya iman, yaitu menandakan bahwa mengingkari dalam hati itulah selemah-lemahnya iman dalam mengingkari kemungkaran.28

28 H. Syaikh Muhammad bin S}alih Al-„Utsaimin , Syarh Al-Arba‟in

Mereka yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah fardu kifayah berdalil dengan lafaz\ “minkum” yang terdapat pada ayat di atas yang artinya “sebagian”.

Sedangkan yang berpendapat fardu „ain mengartikan lafaz|

“minkum” sebagai bayan atau untuk menjelaskan.29

Apabila umat yang disebutkan dalam ayat tersebut, yaitu segolongan melaksanakan tugasnyan maka gugurlah yang lain. Akan tetapi dengan syarat golongan tersebut termasuk orang-orang yang mampu melaksanakan fardu kifayah dalam syi‟ar ini. Akan tetapi dalam beberapa keadaan, amar ma‟ruf nahi munkar menjadi fardu „ain dan disamping itu nahi munkar dengan hati dan benci terhadap kemungkaran dan pelakunya, hukumnya fardu „ain terhadap semua berdasarkan kesepakatan para ulama dan tidak seorangnya yang dikecualikan karena hal tersebut memungkinkan bagi semua orang.30 Sedangkan menurut para Ijma‟Ulama sebagai berikut:

 Berkata Ibn Hazm al-Z>>^|ahiri, “ seluruh umat islam telah bersepakat mengenai kewajiban Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, tidak ada perselisihan di antara mereka sedikitpun.

 Berkata Abu Bakar al-Jas{{s{ah, “ Allah telah menegaskan kewajiban amar ma‟ruf nahi munkar melalui beberapa ayat dalam al-Qur‟an lalu dijelaskan oleh Rasulullah dalam yang mutawatir. Dan para ulama terdahulu sepakat atas wajibnya menyampaikan amar ma‟ruf nahi munkar kepada kehidupan masyarakat.

 Berkata al-Nawawi, “ telah banyak dalil-dalil al-Qur‟an dan sunnah serta Ijma‟ yang menunjukkan bahwa wajibnya amar ma‟ruf nahi munkar.

29

Yajid Bin Abdul Qodir Jawas, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus

Sunnah Wal Jamaah. 53.

 Berkata al-Syaukani, “ amar ma‟ruf nahi munkar termasuk kewajiban pokok serta rukun terbesar dalam syari‟at agama Islam, yang dengannya sempurna aturan Islam dan tegaknya kejayaannya. Tentang wajibnya amar ma‟ruf nahi munkar, terdapat perbedaan pendapat di antara ulama. Sebagian dari mereka mengatakan wajib „ain dan sebagian yang lainnya mengatakan wajib kifayah.

Penyebab perbedaan pendapat ini berasal dari pemahaman terdapat nash-nash syar‟i yang terdapat kitabullah dan sunnah Rasul-Nya mengenai amar ma‟ruf nahi munkar.31

Ada beberapa keadaan dimana melakukan amar ma‟ruf nahi munkar yang hukum asalnya fardu kifayah namun menjadi fardu „ain bagi setiap muslim. Di antara keadaan tersebut ialah :

 Pertama adanya perintah dan ketentuan dari penguasa. Amar ma‟ruf nahi munkar menjadi fardu „ain atas orang yang ditunjuk dan ditentukan oleh penguasa atau wakilnya untuk melakukan tugasnya tersebut.32

 Kedua hanya beberapa orang saja yang mengetahui tentang hal itu yang mengharuskan dilakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Amar ma‟ruf menjadi fardu „ain atas seseorang yang memiliki pengetahuan bahwa perbuatan ma‟ruf telah ditinggalkan dan perbuatan munkar telah dilakukan.33

 Ketiga terbatasnya kemampuan pada orang-orang tertentu saja. Jika kemampuan untuk melakukan amar ma‟ruf nahi munkar terbatas pada orang-orang tertentu saja dan orang selain mereka tidak mampu

31

Yajid Bin Abdul Qodir Jawas, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus

Sunnah Wal Jamaah. 51

32 Yajid Bin Abdul Qodir Jawas, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus

Sunnah Wal Jamaah. 52.

33

Yajid Bin Abdul Qodir Jawas, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus

melakukannya, maka amar ma‟ruf nahi munkar tersebut menjadi fardu „ain atas mereka.34

 Keempat berubahnya situasi dan kondisi.

Syaikh „Abdul „Aziz bin Abdullah bin Ba>z berpendapat bahwa amar ma‟ruf nahi munkar menjadi fardu „ain ketika terjadi perubahan keadaan, dimana beliau berkata, “ maka ketika sedikitnya para da‟i, ketika banyaknya kemunkaran, dan ketika kebodohan telah berkuasa seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menyampaikan amar ma‟ruf nahi munkar menjadi fardu „ain atas setiap orang sesuia kemampuannya.35 Syarat-syarat beramar ma‟ruf nahi munkar adalah.

1. Islam

Para fuqoha telah menjadikan Islam sebagai syarat, karena pencegahan terhadap kemungkaran merupakan tugas yang disyari‟atkan. Oleh karena itu, orang kafis tidak dituntut dan diwajibkan beramar ma‟ruf nahi munkar sebelum dia benar-benar berpegang teguh pada Islam. Orang kafir diperbolehkan mencegah kemunkaran tanpa harus menyuruh perbuatan yang ma‟ruf.36

2. Taklif (balig dan berakal)

Taklif merupakan syarat bagi seluruh ibadah kecuali zakat, sebagaimana hal itu telah menjadi pendapat jumhur ulama. Dan maksud dari taklif tersebut adalah baligh (cukup umur) dan „akil (berakal). Oleh karena itu amar ma‟ruf nahi munkar tidak diwajibkan bagi anak kecil dan orang yang tidak waras pikirannya, karena telah diberikan maaf bagi mereka.37

34

Yajid Bin Abdul Qodir Jawas, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus

Sunnah Wal Jamaah. 56 . 35

Yajid Bin Abdul Qodir Jawas, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus

Sunnah Wal Jamaah. 57.

36 Saleh Bin Abdullah Darwis, Konsep Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Relasi

Dunia Modern. 82.

37

3. Memiliki ilmu

Di antara syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang melakukan amar ma‟ruf nahi munkar adalah: adanya pengetahuan tentang hukum apa yang diperintah atau dilarangnya, ini disepakati oleh para ulama. Karena sesungguhnya kebaikan itu adalah segala hal yang dianggap baik oleh syari‟at, dan keburukan adalah sesuatu yang dianggap buruk oleh syari‟at.38

4. Hikmah (bijaksana)

Hal ini dalam pembahasan amar ma‟ruf nahi munkar bermacam-macam bentuknya tergantung orangnya, baik kepada si munkir atau si munkar. Sebagian orang mengira bahwa kebijaksanaan diartikan dengan meninggalkan amar ma‟ruf nahi munkar”39

5. Ramah dan lemah lembut

Dalam masalah melarang ini hendaknya harus ada dalam jiwanya sifat ramah dan lemah lembut. Karena sesungguhnya sifat kaku dan monoton menyebabkan kegagalan dalam bertindak terhadap kemungkaran. Bahkan menyebabkan berlipat ganda dan meluaskan kemungkaran itu. Tidak diragukan lagi jika orang-orang yang bertindak mungkar melihat orang-orang yang punya gairah tinggi maka mereka akan marah dan bersitegang. Maka, jagalah dalam mencegak dan melarang dirinya. Cegahlah dengan keramahan dan lemah lembut dan perhatikan cara-cara memperbaikinya.40

6. Kasih sayang

38 Ibn Taimiyah, Manhaj Dakwah Salafiyah. 13.

39 Eko Purwono, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dalam Perspektif Sayyid Qutbh”. 5.

40

Eko Purwono, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Dalam Perspektif Sayyid Qutbh”. 5.

Pelaku amar ma‟ruf nahi munkar harus menghiasi dirinya dengan sifat kasih sayang dan sabar, karena sifat emosional, terkadang bisa mengakibatkan kegagalan dalan menjalankan nahi munkar.41

7. Sabar

Sesunggunya orang yang melakukan amar ma‟ruf nahi munkar akan menemui berbagai macam rintangan, maka tidak perlu khawatir, cemas, dan putus asa. Yang demikian itu karena jalan amar ma‟ruf nahi munkar itu tidak ditaburi oleh bunga-bunga, namun penuh dengan rintangan. Maka barang siapa yang tidak menghiasi dirinya dengan sifat sabar, pantas bila dia menganggap perjalanan terlampau jauh dan melelahkan.42

Melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar dengan cara demikian amatlah sulit dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka sangka kalau sudah demikian maka gugurlah kewajiban tersebut, lalu ditinggalkannya begitu saja. Tanpa sifat-sifat tersebut atau tanpa batas minimumnya, amalan akan rusak. Jika suatu kewajiban tidak diindahkan maka pasti ia melakukan maksiat, dan melanggar larangan Allah dalam amar pun termasuk maksiat.43

Maka orang akan berpindah dari satu maksiat ke bentuk maksiat lainnya, tidak ubahnya seperti orang yang pindah dari agama bat}il ke agama bat}il lainnya. Bisa jadi yang kedua lebih buruk dari yang pertama dan begitu seterusnya.

Demikian pula halnya akan terjadi pada seseorang yang tidak sempurna melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, bahkan melampaui batas, atau justru kedua-duanya sama besar.

Dokumen terkait