• Tidak ada hasil yang ditemukan

A . Latar Belakang Masalah

Islam telah menimbulkan persaudaraan, menjinakkan hati dan menyebut umat manusia yang nyaris terbenam ke dalam neraka, maka untuk memelihara kokohnya nikmat itu, hendaklah ada dalam kalangan jama>’ah muslimin itu dari suatu golongan, dalam ayat ditegaskan suatu umat yang menyediakan diri mengadakan ajakan atau seruan, tegasnya dakwah. Yang selalu mesti mengajak dan membawa manusia berbuat kebaikan, menyuruh berbuat ma’ru>f, yaitu yang patut, pantas dan sopan; dan mencegah, melarang perbuatan yang munkar, yang dibenci; yang tidak diterima.

Umat Islam diperintahkan untuk mengajak saudara-saudaranya, khususnya sesama umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang diperintahkan Allah Subh{a>nahu wa Ta’a>la dan menjauhi kesesatan yang dilarang-Nya. Amar ma’ru>f dan nahi munkar sangat penting dalam ajaran Islam, mereka yang melakukannya akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan, sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah Subh{a>nahu wa Ta‟a>la., di dalam al-Qur‟an :

وا َو ۗ ِرُ كْن ُمَ لا ِنْ َع َنْيَىْنَيَو ِفْو ُر ْعَمْلاِة َنْوُرُمأَي َو ِدْيْ َخْلا ىَلِا َنْي ُع ْدَّي ٌثَّمُا ْمُكْنِ م ْنُكَتْلَو ُم ُو َكِٕىٰۤل

َ

ن ْي ُح ِلف ُمْ لاْ “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan

mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.1 (Qs. A<li-Imran [3] :104)

Maksud ayat ini adalah hendaknya ada umat ini segolongan orang yang berjuang di bidang ini, walaupun hal itu merupakn kewajiban bagi setiap individu sesuai dengan kapasitasnya, sebagaimana hal itu di tegeskan dalam s}ahih muslim dari abu> huraira>h, dia berkata bahwa: Rasulullah saw. bersabda:

الله ه٘ س س ج ع َ س : ها ق ، ٔ ْ ع الله ٜ ض س ٛ س ذ خىا ٍذ ٞ ع س ٜ ب أ ِ ع

: ه ٘ ق ٝ

«

ًاش ن ْ ٍ ٌ ن ْ ٍ ٙ أ س ِ ٍ

ع ط خس ٝ ٌ ى ُ إ ف ، ٔ ّا س ي ب ف ع ط خس ٝ ٌ ى ُ إ ف ، ٓ ذ ٞ ب ٓ ش ٞ غ ٞ ي ف

ُا َ ٝ لإا ف ع ض أ ل ى ر ٗ ٔ ب ي ق ب ف

»

س

ٓا ٗ

ٌ ي س ٍ

“Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan, jika ia tidak mampu,maka ubahlah dengan lisannya, dan jika tidak mampu,maka ubahlah dengan hatinya, dan yang demikian merupakan selemah-lemah iman” Imam ahmad meriwayatkan dari H{uz\aifah bin al-Yaman bahwa Nabi Saw. bersabda:“Demi z\at yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, hendaklah kamu menyuruh kepada kemakrufan, mencegah dari kemungkaran, atau Allah menyegerakan pengiriman siksa dari-Nya, lalu dia tidak memperkenankan doamu”2 Melihat pada realita saat ini, manusia terkadang lupa diri dan tidak ingat tujuan hidup, serta hendak kemana setelah ia mati. Akibatnya, ia berbuat semenamena tanpa kendali, tidak dapat membedakan mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari. Sesungguhnya, keadaan seperti ini dapat dihindari atau dikurangi bila ada segolongan orang yang melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Dan sesungguhnya mereka (segolongan itu) telah menolong saudaranya yang tengah lalai tersebut. Allah Subh{a>nahu wa Ta‟ala., berfirman :

1 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan) jilid 2 (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), 13-14.

2 Muhammad Nasib al-Rifa‟i, Ringkasan Tafsir Ibn Katsir, Jilid I (Jakarta: Gema Insani, 1999) , 1.

ِركْن ُمَ لا ِنْ َع َنْيَىْنَيَو ِفْو ُر ْعَمْلاِة َنْوُرُمأَي ٍۘ ض ْعَة ُءۤاَيِل ْوْ ا ْم ُى ُض ْعَة ُجَ ن ِم ْؤ ُمٰ لا َو ْ ن ْيُن ِم ْؤ ُمَ لا َوْ ….

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar... Seperti disebutkan dalam firman Allah Subha>nahu wa Ta’a>la :

ْ لَي َو ِف ْو ُر ْع َملا ِنْ َع َنْيَىْنَيَو ِركْن ُمَ لاِة ْ ن ْو ُر ُمَ أَي ٍۘ ض ْعَة ْۢ ْن ِ م ْم ُى ُض ْعَة ْ ُجٰلِفٰنُملا َو ْ ن ْيَ ل ِفُ ٰنُمْلَا َ ن ْي ُضِت َ ن ْيل ِسُ فٰلا ُم ُو َنْي ِل ِفْ ٰنُمْلا َّنِا ۗ ْمُىَي ِسَنَف َ هللّٰا اي ُسَن ْۗم ُهَي ِدْياَ ٦

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang ma’ru>f dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah pun melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. (Qs. al-Taubah [9] :67)

Setelah memaparkan beberapa perilaku buruk orang-orang munafik, ayat ini menerangkan kesamaan orang munafik laki-laki dan perempuan dalam hal sifat, sikap, perilaku dan akhlak. Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah memiliki kesamaan, yaitu mereka senantiasa menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah perbuatan yang ma’ru>f dan mereka selalu menggenggamkan tangannya karena kekikirannya. Mereka telah melupakan kebesaran Allah, petunjuk-petunjuk agama-Nya. Mereka juga lupa kalau semua perilaku buruknya akan mendapatkan balasan di akhirat kelak, maka Allah juga akan melupakan mereka di akhirat kelak dengan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. Sesungguhnya orang-orang munafik yang sudah jelas kemunafikannya itulah orang-orang yang fasik, yakni orang-orang yang

benar-benar keluar dari ketaatan kepada Allah, bahkan sifat buruk mereka melebihi orang-orang kafir.3

Amar ma‟ru>f nahi munkar termasuk kewajiban agama yang paling agung setelah beriman kepada Allah Swt. Sebab di dalam al-Qur‟an, Allah Subh{a>nahu wa Ta’a>la menyebutkan kewajiban amar ma’ru>f nahi munkar dihubungkan dengan kewajiban beriman kepada-Nya. Allah Subh{a>nahu wa Ta’a>la berfirman : َ كْن ُملا ِنْ َع َنْيَىْنَحَو ِفْو ُر ْعَمْلاِة َنْوُرُمأَح ِساْ َّنلِل ْج َج ِر ْخا ث َّمُ ا َدْي َخ ْمُخُ نْكُ ۗ ِللّٰاِة ه ن ْيُن ِم ْؤُح َو ِرَ َ ن ْيل ِسُ فٰلا ُم ُو ُدْ ثَكْ ا َو َ ن ْيُن ِم ْؤ ُمَ لا ُم ُىْن ِم ۗ ْم ُىْ ل ا ًدْي َخ َّ ناَ كَ َل ِبت ِكٰ ْلا ل ْوُ ا َن َمَ ا ْيٰ ل َوَ ١١٠

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ru>f, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.4 (Qs. A<li-„Imran [3] :110)

Maksud ayat di atas adalah menerangkan bahwa ada dua syarat untuk menjadi umat terbaik, yaitu pertama iman yang kuat, dan kedua, menegakkan amar ma’ru>f dan mencegah kemungkaran. maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak dipedulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemelaratan.5

3 Tafsir Singkat Kemenag RI, Pentashihan al-Qur‟an. 4

Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan) jilid 2, Op.Cit, 19.

5 Muhammad Munzir, Implementasi Amar MA‟ruf Nahi Munkar: Studi Analitis

Jadi, dalam ayat ini Allah Swt menjelaskan bahwa berkat amar ma‟ru>f nahi munkar mereka menjadi umat paling baik yang dilahirkan untuk manusia. Allah Swt berfirman:

َعِة ا ْي ُمل َظ َنْي ِذَ َّلا اَنذ َخْ ا َو ِءۤ ْي ُّسلا ِنَ َع َنْيَىْنَي َنْي ِذلا اَنْي َجَّ نْا ٖٓ هِة ا ْو ُر َِ كُذ ا َم ا ْي ُسَن اَّملَفَ ْۢ سْي ِ ـَة ْۢ باذَ

َ

ن ْيل ُسُ فَي اْيُناْ ك اَمِةَ “Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang z\alim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Qs. al-A’raf [7] :165)

Dalam ayat ini, dengan tegas Allah Swt menyatakan bahwa mereka diselamatkan karena melarang perbuatan buruk. Dengan demikian, amar ma‟ru>f nahi munkar memiliki pengaruh yang besar bagi ketentraman hidup manusia, baik untuk individu maupun untuk masyarakat. Tidak heran bila al-Qur‟an menyebutkan bahwa amar ma’ru>f nahi munkar merupakan salah satu kewajiban umat Islam yang merupakan umat terbaik.6

Allah Swt menjelaskannya dalam al-Qur‟an yang berbunyi :

ْي ُس َّرلا ن ْي ُعِتَ تَي َنْي ِذَّ َّلاَ ِلْي ِجن ِاْ لا َو ِثى ٰر ْيَّخلا ىِف ْمْ ُو َدْن ِع اًةْيُخْكَم ٗهَنْو ُد ِج َي ْي ِذَّلا َّيِ ماُلا َّي ِبْ َّنلا َل َ دِٕىٰۤبَخلا ُم ِىْيْ ل َع ُم ِ رَ َح ُيَو ِجٰتِ ي َّطلا ُمُىل َ ل ِحُّ ي َو ِرُ كْن ُمَ لا ِنْ َع ْمُىىٰىْنَيَو ِفْو ُر ْعَمْلاِة ْمُوُرُمأَيْ ُُ َضَي َو ُو َه ْص ِا ْم ُىْنَع َر ْيُّنلا اي ُع َتَّحا َو ُه ْو ُه َصَن َو ُه ْو ُر َّزَع َو هِة ا ْيُنَمٰا َنْي ِذَّلاف ْۗم ِىْيَ ل َع ْجَناَ ك ْي ِتَ لا َّلَٰلغْاَلا َو ْمْ َ ن ْي ُح ِلف ُمْ لا ُم ُو َكِٕىٰۤلوْ اۙ ٖٓٗه َع َم ُ ل ِزَ ْنُا ْٖٓي ِذَّلا ࣖ ١٥٧ 6

Rachmat Syafe‟i, al-Hadits (Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 238.

“yaitu orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur‟an), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. al-A’ra>f [7] :157)

Isi ayat tersebut di atas merupakan kejelasan risalah beliau. Allah-lah yang memerintah beliau untuk mengemukakan segala yang ma’ruf dan melarang segala yang munkar, menghalalkan semua yang baik dan mengharamkan segala kekejian dan keburukan.7

Berkenaan dengan masalah perintah dan larangan, kita perlu memahami kembali peranan amar ma’ru>f nahi munkar (menyeru kepada yang ma’ru>f dan mencegah yang munkar) yang diajarkan Islam kepada umatnya. Karena banyak di antara kita yang belum memahami hakikat, fungsi dan kedudukanya di antara ibadah-ibadah lainnya. Semuanya itu menyebabkan kurang berfungsinya konsep amar ma’ru>f nahi munkar dalam kehidupan kita sehari-hari, apabila pada era modernisasi yang tidak pernah sepi dari kemunkaran. Pembahasan masalah kebaikan dan kemunkaran sangat luas dan beragam bentuknya, namun sampai pada saat ini banyak orang-orang Islam yang mengkonsumsi kebaikan hanya untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain.8

Amar ma’ruf dan nahi munkar sesuatu yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. seperti yang ditegaskan dalam Qs. al-nisa>/3:104 yang berbunyi :

7 Ibn Taimiyah, Etika Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, Cet (Jakarta:Gema Insan Press, 1990), 15-16.

8

Nurul Atiqoh, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Perspektif Tafsir al-Misbah (Semarang: 8 Desember 2001), 5.

َ لأَي ْم ُهْ نِاَّف َ ن ْي ُمَ لَأَح اْيُن ْيْ كَح ُ ن ِا ۗ ِم ْيْ لَلا ِءۤا َغِخْةا ىِف ا ْيْ ُن ِىَح ال َوَ ا َم ِللّٰا َن ِم ه ن ْي ُج ْرَح َوۚ َ ن ْي ُمَ لَأَح اَمْ ك َ ن ْي ُمَ اًم ْي ِك َح اًمْيِلَع ُللّٰا ه ناَ كَوۗ َ ن ْي ُج ْرَي اَ لَ ࣖ ١٠٤

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu).

jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Ayat tersebut di atas memerintahkan kita untuk beramar ma’ru>f dan nahi munkar, disamping itu, dalam agama Islam, seseorang tidak hanya dituntut untuk jadi lebih baik tetapi juga untuk mengajak orang lain untuk menjadi lebih baik.9

Firman Allah Swt dalam Qs A<li-„Imram/3:110 menegaskan bahwa umat yang paling baik adalah yang melaksanakan amar ma’ru>f dan nahi mungkar. ِ ه للّٰاِة ن ْيُن ِم ْؤُح َو ِرَ كْن ُمَ لا ِنْ َع َنْيَىْنَحَو ِفْو ُر ْعَمْلاِة َنْوُرُمأَح ِساْ َّنلِل ْج َج ِر ْخا ث َّمُ ا َدْي َخ ْمُخُ نْكُ ْيل َو ۗ َ ْن ِم ۗ ْم ُىل ا ًدْي َخ َّ ناَ كَ َل ِبت ِكٰ ْلا ل ْوُ ا َن َمَ اٰ َ ن ْيُن ِم ْؤ ُملا ُم ُىْ ن ْيل ِسُ فٰلا ُم ُو ُدْ ثَكْ ا َوَ

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.10

Demikian halnya terhadap kemunkaran, mereka hanya mencegah kemunkaran dari dirinya pribadi dan membiarkan orang lain. Tujuan beramar ma’ru>f nahi munkar yang diturunkan di atas bumi ini adalah

9 Syafiyurrahman al Mubarokfuri, S}ahih Tafsir Ibn Katsir (Jakarta: 14 April

2007), 649.

10 Muhammad Munzir,Implementasi Amar MA‟ruf Nahi Munkar (Studi Analitis Terhadap Hadis Nabi )Makassar:7 Maret 2016, 1.

sebagai rahmatan lil alamin yakni sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Untuk mewujudkan tersebut dalam kenyataan, sekaligus untuk mempertahankan kedudukan orang mukmin sebagai umat yang terbaik yang ditampilkan Allah di arena kehidupan ini, maka sangat diperlukan suatu konsepsi yang harus dilaksanakan secara konsekuen. Konsep itu tak lain melaksanakan amar ma’ru>f nahi munkar tanpa adanya cadangan sesuai dengan al-Quran. Terlebih dalam kemajuan dimasa ini dimana kehidupan senantiasa diwarnai dengan pertarungan dan pertentangan yang demikian dahsyat, maka dengan adanya keberanian sikap untuk melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar tersebut sangat diperlukan demi terwujudnya I’zzul Islam wal muslimin.11

Disini terdapat dua kata penting, yaitu menyuruh berbuat baik ma’ru>f mencegah perbuatan munkar. Berbuat ma’ru>f diambil dari kata uruf, yang dikenal, atau yang dapat dimengerti dan dapat difahami serta diterima oleh masyarakat. Perbuatan yang ma’ru>f apabila dikerjakan, dapat diterima dan difahami oleh manusia yang berakal. Yang munkar artinya ialah yang dibenci; yang tidak disenangi; yang ditolak oleh masyarakat, karena tidak patut , tidak pantas. Tidak selayaknya yang demikian dikerjakan oleh manusia berakal. Agama datang menuntun manusia dan memperkenalkan mana yang ma’ru>f itu dan mana yang munkar. Sebab itu maka ma‟ruf dan munkar tidaklah terpisah dari pendapat umum. Kalau ada yang berbuat ma’ru>f , seluruh masyarakat, umumnya menyetujui, membenarkan, dan memuji. Kalau ada perbuatan munkar, seluruh manyarakat menolak, membenci dan menyukainya. Sebab itu bertambah tinggi kecerdasan beragama, bertambah kenal orang akan yang ma’ru>f dan bertambah benci orang kepada yang munkar.

11 Nuru Atiqohl, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Perspektif Tafsir Al-Misbah (Semarang: 8 Desember 2001), 17.

Lantaran itu wajiblah ada dalam jama>‟ah muslimin segolongan umat yang bekerja keras menggerakkan orang kepada yang ma’ru>f itu dan menjauhi yang munkar, supaya masyarakat itu bertambah tinggi nilainya.12

Amar ma’ru>f berarti orang yang menyeru, mengajak, menyadarkan, mengingatkan orang lain atau seseorang kepada sesuatu yang baik, benar dan diridhai Allah. Kemudian, nahi mungkar bermaksud orang yang melarang segala bentuk kejahatan yang dibenci dan tidak diridhai oleh Allah dengan cara apa sekalipun. Jadi amar ma’ru>f adalah menyuruh manusia melaksanakan kebaikan yang menjadi perintah Allah dan nahi mungkar adalah mencegah segala perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Allah.13

Mengenai amar ma’ru>f nahi munkar di dalam masyarakat ada tiga keadaan, pertama, mereka memerintahkan yang yang ma’ru>f dan melarang yang munkar. Kedua , mereka saling menyuruh yang munkar dan saling mencegah yang ma’ru>f, keadaan ini adalah keadaan orang-orang munafik. Ketiga, mereka menyuruh sebagian yang ma’ru>f dan sebagaian yang munkar. Mereka mencampur adukkan antara yang hak dan yang bathil.14 Salah satu fungsi menyeru kepada kebenaran dan mencegah dari perpuatan yang munkar (Amar ma’ru>f nahi munkar), adalah suatu jalan terbaik untuk bersatu dalam kebenaran di bawah naungan al-Qur'an dan rasul-Nya, yaitu dengan menjadi umat yang menyerukan segala bentuk kebaikan dunia dan akhirat, menyerukan kewajiban mendorong manusia pada kebenaran bersama dan mencegah perbuatan yang salah. Dengan demikian terciptalah tatanan masyarakat yang baik, apabila amar ma’ru>f

12 Hamka, Tafsir al-Azhar Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Nasional PTE LTD Singapur, 1989 ), 866.

13 Nor Azean , Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Menurut Perspektif Imam

al-GHAZALI (Banda Aceh: 27 Januari 2017), 3.

14 Salman al-Audah Dan Fadil Ilahi, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993), 19.

nahi munkar diterapkan ditengah-tengah masyarakat Semua hal yang terkait dengan kebaikan berupa perbuatan yang menuntun kepada jalan yang benar dan semua perbuatan yang mengarah kepada kejahatan merupakan kesalahan. Mereka yang melakukan prinsip itu adalah orang-orang yang memperoleh keberuntungan yang sempurna.15

Jadi, etika dalam menyampaikan amar ma’ru>f nahi munkar pada masyarakat, hendaknya memahami persoalan yang diperintahkan dan yang dilarang secara pasti. Sikap sabar merupakan cara terbaik dalam menghadapi tantangan umat. Menghadapi mereka harus bersikap lemah lembut serta mempunyai keberanian untuk menegakkan kebenaran. Sikap seperti itu tidak dapat ditawar-tawar lagi bagi setiap mujahid dakwah yang sudah pasti akan banyak menghadapi berbagai kendala. Seorang nabi atau pemimpin umat yang shalih di dalam mengembangkan dakwah islam dan ajarannya tidak terlepas dari hal yang demikian, mereka berkorban harta, jiwa dan rumah tangga. Sikap ini disebutkan dalam al-Qur‟an dalam surah al-Nah{l: َكَّةَر ن ِا ُۗن َس ْحَّ ا َي ِن ْي ِتَ لاِة ْم ُىَّ ل ِدا َج َو ِثَن َسَحْ لا ِث َظ ِع ْي َمْ لا َو ِث َمْ ك ِحْ لاِة ْ َكِ ة َر ِلْيِب َس ىٰل ِا ُعْدُا ُمل ْعَ ا َي ُوَ َنْي ِدَخ ْى ُملاِة ُمْ ل ْعَ ا َي ُو َو هِلْيِب َس ْنَ َع َّلَض ْنَمِة ١٢٥

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”16

Ibn Taimiyah menegaskan perlunya pemahaman, kesabaran, sopan santun dan lemah lembut yang harus dimiliki oleh setiap orang yang

15

Ibn Taimiyah , Etika Amar Ma‟ruf Nahi Munkar, Cet, 1 (Jakarta:Gema Insan Press, 1990), 23.

terlibat dalam urusan beramar ma’ru>f nahi munkar. Sifat berani menegakkan kebenaran itu harus ada, dalam pengertian teguh pendirian yang didasari oleh keyakinan dan keimanan yang penuh kepada Allah Swt. Bagi kaum mu‟tazilah memperjuangkan amar ma‟ruf nahi munkar, yakni dengan cara mencegah perbuatan dosa, mendorong orang yang berbuat dosa agar sadar dan memohon ampunan kepada Allah Swt, serta dihukum jika ternyata bersalah melanggar hukum. Pandangan golongan di atas berbeda dengan teologi Asya‟riyah yang lebih moderat, bahwa perintah ma‟ruf dan mencegah yang munkar tidak perlu dengan kekerasan dan intimidasi. Akan tetapi dilakukan sikap lunak dan bijak adalah lebih utama. Pemikiran ini juga didasari pada perintah untuk memberikan peringatan kepda manusia dengan cara yang baik, menyampaikan nasihat dengan bijak, dan argumentasi yang santun.17

Rasulullah Saw adalah suri teladan. Oleh karena itu, beliaulah referensi yang mesti diikuti dalam mengaplikasikan amar ma’ru>f nahi munkar. Cara atau model yang dilakukannya sangat bervariatif, tergantung pada kondisi dan situasi.

Akan tetapi, akhir-akhir ini di masyarakat terdapat sekelompok orang yang penegak amar ma‟ruf nahi munkar melakukan perusakan terhadap tempat-tempat hiburan malam, mengusir orang-orang yang ada di dalamnya. Pemerintah, dalam hal ini kepolisian, terkesan membiarkan. Hal ini menyebabkan makna amar ma’ru>f nahi munkar mengandung konotasi “berjuang dan menentang”, membasmi dan memberantas”. Konotasinya adalah bentuk negative dari suatu perjuangan. Ini berarti,

tekanan makna penyebutan istilah tersebut lebih berat aspek nahi munkar-Nya.18

Kemudian mengenai metode dan corak Tafsi>r al-Azhar, dilihat dari segi metode, Tafsi>r al-Azhar dapat dikategorikan sebagai tafsir tah{li>li, karena penafsirannya dikakukan berdasarkan urutan mushaf al-Qur‟an. Sedangkan dari segi corak penafsiran: tafsir ini tergolong Tafsir adabi al-ijtima>‟i>y’. Pengertian dari corak adabi al-ijtima>‟i>y adalah: tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk-petunjuk ayat, dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut di dalam bahasa yang mudah dimengerti.19

Sistematika penafsirannya, tafsir al-Azhar mempunyai keunikan tersendiri dalam urutan atau langkah-langkah penafsiran ayat-ayat al-Qur'an. Secara keseluruhan tafsir ini terdiri dari 30 juz, sesuai dengan jumlah juz al-Qur'an itu sendiri. Setiap juz dimulai dengan muqaddimah, dengan diberi judul misalnya “muqaddimah juzu” 4. Dalam muqaddimah ini dijelaskan antara lain : tentang pembahasan dari juz sebelumnya dan bagaimana hubungannya dengan juz yang sedang dibahas. Pada tahap berikutnya dalam muqaddimah juga dijelaskan tentang garis-garis besar kandungan tafsi>r yang akan dibahas dalam juz dimaksud. Dengan kata lain, dalam muqaddimah dapat dikatakan sudah terdapat ringkasan atau abstrak penafsiran yang akan dibahas, hal seperti ini menurut hemat penulis memang sangat dibutuhkan bagi pembaca sehingga gambaran ulasan yang akan ditemukan akan lebih mudah dipahami. Tidak banyak

18 Aida Fathurrohma, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar Perspektif al-Qur‟an (Ciputat: Agustus 2018) , 7.

penafsir yang membuat muqaddimah seperti yang dilakukan oleh Hamka dalam tafsi>r al Azharnya.20

Keistimewaan tafsi>r al-Azhar, sebagaimana dimaklumi, bahwa sosok Hamka merupakan sosok multi dimensi, hampir semua bidang digelutinya dari masalah agama, pendidikan, politik, hukum, sastra, dakwah dan sebagainya. Salah satu keistimewaan yang sangat mengagumkan dalam tafsir al azharnya adalah adanya nilai-nilai sastra dalam paparan penafsiran yang dilakukannya. Kecenderungan ini menjadikan tafsi>r tersebut enak dibaca, halus bahasanya serta mudah dipahami. Pada sisi yang lain tidak terdapat statemen-statemen yang dapat memicu permusuhan antar suku, ras dalam masyarakat. Lebih jauh juga ia mampu menjaga kenetralan dalam maz\hab atau aliran yang ada, baik aliran hukum, aqidah dan sebagainya.21

Buya Hamka memberikan pandangan mengenai amar ma’ru>f nahi munkar Pada masa kontemporer, Indonesia juga memiliki salah seorang mufassir terkemuka, yakni Hamka. Dalam tafsirnya ia menyebutkan bahwa tindakan dakwah menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar yang paling berhasil adalah dengan akhlak. Karena apabila akhlak seseorang sudah diketahui keburukannya, maka orang tidak akan percaya lagi. Kegiatan dakwah juga harus berani, sekalipun dengan berkorban dan menderita.22 Yang ma‟ruf sebagaimana yang dikatakan oleh buya hamka, ialah perbuatan baik yang dapat diterimah oleh masyarakat yang baik. Dengan demikian ternyatalah kewajiban yang jadi ahli dakwah atau umat dakwah membentuk pendapat umum yang sehat,

20

Bukhori A. Somad, “Tafsir al-Qur‟an Dan Dinamika Sosial Politik: Studi Terhadap Tafsir al-Azhar Karya Buya Hamka”. Ilmu Ushuluddin IAIN Raden Intan

Lampung, vol.9, no.2 (Juli-Desember 2013): 91-92.

21 Bukhori A. Somad, “Tafsir al-Qur‟an dan Dinamika Sosial Politik, 94 22

Nauval Muhammad Fikri, Amar Ma‟ruf Nahi Munkar: Studi Komparatif Antara Sa‟id Hawa dan Hamka ( Bandung: juli 2019). 27

atau public opini. Dan yang munkar adalah segala perbuatan atau gejala-gejala yang buruk yang ditolak oleh masyarakat. Dengan selalu adanya dakwah, maka terdapatlah masyarakat yang sehat. Dan itulah tujuan hidup manusia, sebab manusia itu pada hakikatnya tidak ada yang menyukai yang munkar dab menolak yang ma‟ruf. Maka apabila amar ma‟ruf nahi munkar terhenti, itulah alamat bahwa masyarakat tadi mulai ditimpa penyakit.23 Kemenangan dan kejayaan pergaulan hidup manusia ialah ada padanya kesadaran akan kebaikan dan ma‟ruf tolakan mutlak atas yang munkar.

Setengah ahli tafsir termasuk buya hamka mengatakan, bahwasanya yang dimaksud dengan al-khairi yang berarti kebaikan: yaitu memupuk

Dokumen terkait