• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur

Hutan adat adalah kawasan hutan yang berada di dalam wilayah adat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siklus kehidupan komunitas adat penghuninya. Pada umumnya komunitas-komunitas masyarakat adat penghuni hutan di Indonesia memandang bahwa manusia adalah bagian dari alam yang harus saling memelihara dan menjaga keseimbangan dan harmoni. Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi merupakan kawasan hutan desa yang terdapat di dalam Kawasan Hulu Air Lempur. Kawasan Hulu Air Lempur dalam terminologi masyarakat Lempur dikenal dengan istilah imbo larangan. Imbo larangan merupakan kawasan hutan yang harus dilindungi secara turun temurun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan depati, perlindungan Kawasan Hulu Air Lempur dikarenakan kawasan hulu menjadi penyimpan dan distributor air ke hilir untuk keperluan pertanian, industri dan pemukiman. Kerusakan tutupan hutan di daerah hulu, akibat penebangan, pembukaan ladang dan kebun kayu manis akan menjadi ancaman bagi daerah hilir, karena air hujan yang turun akan menjadi air permukaan dan mengalir ke sungai, tidak ada yang diresapkan karena hutan sebagai daerah resapan sudah tidak ada lagi. Ancaman banjir adalah hal yang takkan terelakkan, karena kawasan hulu juga berperan sebagai pemelihara keseimbangan ekologis dengan hilir.

Menurut PP Menhut No. 50 Tahun 2009 tentang penegasan status dan fungsi kawasan hutan dinyatakan bahwa sebagian besar kawasan Lempur termasuk ke dalam kategori Areal Penggunaan Lain (APL) artinya areal yang fungsinya bukan untuk kawasan hutan (Gambar 5). Hanya Kawasan Hutan Adat Gunung Batuah yang sebagian besar wilayahnya termasuk dalam kategori kawasan pelestarian alam. Oleh karena itu kawasan hutan desa yang ada di kawasan Lempur berdasarkan fungsinya dapat dirubah baik menjadi kawasan pertanian, lahan permukiman. Keberadaan kawasan hutan adat meskipun masuk dalam ketegori Areal Penggunaan Lain (APL), pengelolaan kawasan Hulu Air Lempur tetap dikelola oleh lembaga adat.

25

Gambar 5 Peta penunjukan kawasan hutan dan perairan kawasan Lempur.

5.1.1 Pembagian Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi

Kawasan Hutan Adat lekuk 50 Tumbi terbagi menjadi 3 hutan adat yaitu Hutan Adat Gunung Batuah, Hutan Adat Bukit Setangis dan Hutan Adat Hulu Air Tanjung (Gambar 6). Hutan Adat Gunung Batuah dan Hutan Adat Hulu Air Tanjung terletak di dalam Kawasan Hulu Air Lempur, sementara itu Hutan Adat Bukit Setanggis teletak di luar Kawasan Hulu Air Lempur (Gambar 7). Sebagian besar masing-masing kawasan hutan adat dikelilingi oleh pertanian monokultur yaitu kayu manis.

(a) (b)

(c)

Gambar 6 (a) Hutan Adat Gunung Batuah; (b) Hutan Adat Hulu Air Tanjung; (c) Hutan Adat Bukit Setangis.

Berdasarkan tata ruang Kawasan Hulu Air Lempur yang dilakukan oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan Lembaga Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur, masing-masing hutan adat yang termasuk dalam Kawasan Hulu Air Lempur dikategorikan sesuai dengan fungsinya. Contohnya sebagai kawasan hutan adat desa, kawasan rawan bencana ataupun kawasan koridor satwa.

27

Gambar 7 Peta kawasan Hulu Air Lempur dan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur.

Sumber Peta: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kerinci

1. Hutan Adat Gunung Batuah

Sesuai dengan namanya, Hutan Adat Gunung Batuah merupakan daerah hutan yang berbatu-batu dengan lubang-lubang besar, memungkinkan orang yang melewatinya terperosok masuk ke dalamnya. Kondisi lahan seperti ini sangat menyulitkan dalam penjelajahan. Semakin tinggi jalur pendakian maka lubang dan batu yang dijumpai semakin berbahaya. Hutan adat ini mempunyai area terluas dibanding Hutan Adat Bukit Setangis dan Hutan Adat Bukit Kemulau. Hutan adat ini memiliki luas 552 ha atau 74,3% dari luas total Hutan Adat lekuk 50 Tumbi Lempur. Berdasarkan tata ruang, Kawasan Hulu Air Lempur dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar danau, kawasan sabuk hijau, kawasan koridor lintas satwa liar dan kawasan pengungsian satwa dan kantong sumber daya genetika. Hutan Adat Gunung Batuah adalah satu-satunya kawasan Hutan Adat lekuk 50 Tumbi Lempur yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Hutan Adat Gunung Batuah mengairi 7 danau (D. Lingkat, D. Nyalo, D. Duo, D. Kecil, D. Kaco, D. Kipon dan D. Inai) yang berada disekitarnya.

2. Hutan Adat Hulu Air Tanjung

Hutan Adat Hulu Air Tanjung merupakan bagian hutan adat yang memiliki luas tertinggi kedua setelah Hutan Adat Gunung Batuah. Hutan adat ini memiliki luas wilayah sebesar 162 ha atau 21,8% dari luas total hutan adat. Hutan Adat Hulu Air Tanjung terdapat di Bukit Kemulau memiliki jenis flora fauna yang tinggi dimana banyak ditemukan pohon-pohon yang berukuran besar serta satwa liar seperti enggang dan lutung simpai (Presbytis melalophos). Berdasarkan penataan ruang kawasan, Hutan Adat Hulu Air Tanjung dikategorikan sebagai kawasan hutan adat desa, kawasan rawan bencana, kawasan sekitar mata air, kawasan koridor lintas satwa liar, kawasan pengungsian satwa dan kantong sumber daya genetika. Sekitar kaki Bukit Kemulau banyak terdapat mata air yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah atau ladang masyarakat Dusun Tanjung. Oleh karena itu, Bukit Kemulau dimasukkan ke dalam Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur yang bertujuan untuk melindungi kawasan sekitar mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan.

29

3. Hutan Adat Bukit Setangis

Hutan Adat Bukit Setangis merupakan bagian hutan adat yang memiliki luasan terkecil dibandingkan bagian hutan adat yang lain. Hutan adat ini memiliki luas 29 ha atau 3,9% dari luas total hutan adat. Hutan Adat Bukit Setangis merupakan hutan yang didominasi oleh jenis-jenis bambu di bagian lerengnya dan rotan di bagian puncaknya. Hutan adat ini terdapat batu-batu yang sangat besar dan tekstur tanahnya sangat gembur sehingga sangat mudah longsor. Sudut kemiringannya mencapai 850. Bukit Setangis merupakan satu-satunya bagian dari Hutan Adat Lempur yang berada di luar Kawasan Hulu Air Lempur. Berdasarkan penataan ruang kawasan, Bukit Setangis dikategorikan sebagai daerah rawan bencana (gempa dan longsor), kawasan hutan adat desa, serta menjadi koridor satwa liar. Oleh karena itu, Bukit Setangis di masukkan ke dalam kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur.

5.2 Penutupan Lahan di Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur

Dokumen terkait