BAB III. PERSEPSI MAHASISWI S-1 PROGRAM STUDI ILMU
B. Pemilihan Pekerjaan Bidang Komunikasi
1. Ideal Type
Yang dimaksud dengan ideal type dalam penelitian ini yaitu pemilihan pekerjaan bidang komunikasi berdasrkan pada gambaran-gambaran serba ideal mengenai pekerjaan itu. Suatu pekerjaan lebih banyak dilihat sejauh atribut-atribut yang tampak di luar saja. Umumnya hal-hal itu menyenangkan menurut ukuran para Informan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa setiap Informan pernah mengalami fase ini. Pemilihan pekerjaan tipe ini dihuni oleh paling banyak Informan karena fase ini berlangsung di masa awal kuliah. Berikut ini adalah jenis-jenis pekerjaan bidang komunikasi yang termasuk tipe ini.
1.1. Media Massa 1.1.1. Wartawan
Wartawan adalah sebuah profesi yang tugasnya mencari
mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media massa265. Berdasarkan data penelitian, pekerjaan ini tergolong populer di kalangan para Informan. Alasan-alasan yang melatarbelakanginya yaitu:
265
commit to user
156
Jalan-jalan/traveling
Dalam hal ini, pekerjaan sebagai wartawan bisa diartikan sebagai perantara cita-cita bukan cita-cita itu sendiri. Cita-cita yang sesungguhnya adalah melakukan traveling sedangkan menjadi wartawan hanyalah cara untuk mengakomodir cita-cita itu. Berikut seperti diutarakan oleh Nabilla Noor Khudori (2009):
basiknya aku suka traveling, suka tempat baru, terus, terbiasa beradaptasi, kalau di satu tempat yang udah di kenal terlalu lama rasanya jadi gak berkembang, jadi selalu pengen sesuatu Kalau aku sekarang ya dengan berbagai pengaruh gitu, sekarang itu pertama pengen jadi wartawan, tapi jangan wartawan lokalan aja, yang jauh-jauh gitu, dikirim kemana lah, Palestina atau mana gitu.266
Dari situ dapat dilihat bahwa pemilihan pekerjaan sebagai wartawan lebih mengarah pada keinginan untuk memperoleh atribut-atribut yang menyertai pekerjaan sebagai wartawan yaitu: traveling, berhadapan dengan hal-hal yang selalu baru dan pergi ke luar negeri.
Jika masuk dalam konsep kewartawanan, keinginan Nabilla untuk menjadi wartawan luar negeri mengarah pada posisi sebagai koresponden luar negeri. Koresponden luar negeri adalah mereka yang ditugaskan secara permanen di luar kota baik di dalam maupun luar negeri267.
Hal yang kemudian menarik adalah penyebutan Palestina sebagai daerah yang ingin dijadikan sebagai wilayah penugasan. Palestina sendiri merupakan
266
Hasil wawancara mendalam dengan Nabila Nur Khudori pada hari Rabu 23 Maret 2011
267
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, Cetakan ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 14
sejak tahun 1948268
enunjukkan keinginannya bekerja di tempat yang jauh, namun Penulis menangkap adanya kecenderungan sebagai perempuan yang ingin menentang arus. Hal itu karena selama ini pekerjaan sebagai wartawan pada umumnya dan wartawan di daerah konflik pada khususnya lebih banyak diserahkan pada laki-laki269.
Keinginan untuk menjadi wartawan di daerah konflik bagi perempuan menunjukkan adanya keinginan untuk melakukan pembuktian diri bahwa perempuan mampu melakukan sebuah pekerjaan yang lazim dilakukan oleh laki-laki.
Banyak Teman
Berteman adalah kebutuhan afiliasi yang bersifat alamiah. Setiap orang pastilah senang jika memiliki banyak teman. Terkait kebutuhan itu, profesi sebagai jurnalis dinilai sebagai pekerjaan yang mengkondisikan pelakunya untuk memiliki banyak teman.
Berdasarkan pengakuan beberapa Informan, diperoleh kesimpulan bahwa keinginan bergaul dengan banyak orang menjadi alasan untuk menekuni pekerjaan sebagai wartawan. Hal itu seperti dialami oleh Mia Ayu Yulivia (2007) dan Aviana Cahyaningsih (2008)
268
http://abisyakir.wordpress.com/2009/01/02/special-akar-konflik-palestina-israel/, diakses pada Selasa, 13 Desember 2011 pukul 10:15 WIB
269
Bdk. Pengalaman Yuli Ismartono dalam Profil Jurnal Perempuan, Eko Bambang Subiyantoro -107
commit to user
158
jadi wartawan kayaknya enak, bisa kenal sama banyak orang Berarti waktu itu yang terrpikirkan adalah jadi wartawan270
dulu sih mikirnya kog asik ya, bisa ketemu orang-orang setiap hari, ketemu orang-orang yang beda, entah itu orang yang penting atau orang yang biasa
ngobrol sama orang-orang, nambah teman.271
soalnya aku orangnya bukan tipe orang yang milih untuk kerja di belakang meja, tinggal duduk seharian dengan jadwal kerja yang terus menerus, monoton, pagi sampai sore gitu, nanti bosen. Aku lebih suka pekerjaan yang outdoor, lebih ke kaya wartawan itu 272.
Ada pun sama-sama ingin menjadi jurnalis agar memiliki pergaulan yang luas, Triendah Febriani (2009) memiliki desk impian yaitu desk politik.
Wartawan politik keren aja kayaknya. Kayaknya itu kalau dunia politik itu apa ya, kalau kita dengerin kata politik itu kan bayangannya elite, terus orang-orang penting, hal-hal yang rumit, pastinya soal korupsi, kolusi, banyak hal yang bisa kita kritisi banget di dunia politik.273
Jika ditilik dari definisinya, pekerjaan sebagai wartawan menuntut seseorang untuk memiliki kemampuan menggali informasi dari berbagai narasumber yang tentunya akan berbeda-beda setiap harinya. Tanggung jawab itulah yang kemudian mengkondisikan para wartawan untuk memiliki kecerdasan sosial untuk terus memperluas pergaulan.
Pergaulan bagi wartawan adalah modal yang mungkin sama pentingnya dengan kemampuan tata bahasa dan menyusun berita dengan cepat. Bagaimana
270
Hasil wawancara mendalam dengan Mia Ajeng Yulivia pada hari Rabu, 23 Februari 2011
271
Hasil wawancara mendalam dengan Aviana Cahyaningsih pada hari Rabu, 11 Mei 2011
272
Hasil wawancara mendalam dengan Triendah Febriani pada hari Senin, 21 Maret 2011
273
dan akurat tanpa adanya kemampuan yang luwes dalam bergaul. Pergaulan yang luas ibarat membangun pipa-pipa saluran air yang akan dengan mudah memberikan suplai air. Pipa-pipa yang banyak dibutuhkan agar semakin cepat air sampai.
Dengan demikian, tak berlebihan jika kemudian Mia Ayu Yulivia, Aviana Cahyaningsih dan Triendah Febriani tertarik pada pekerjaan sebagai wartawan karena memiliki jaringan yang luas memang bagian dari pekerjaan seorang wartawan.
Hanya saja yang perlu digarisbawahi disini adalah, ketertarikan para Informan terhadap pekerjaan sebagai wartawan di atas masih terfokus pada hal-hal yang tampak menyenangkan dari pekerjaan itu. Memiliki jaringan yang luas tentunya tak serta merta diperoleh oleh para wartawan. Mereka harus melakukan pendekatan, terus memelihara hubungan baik dsb.
Wawasan Luas
Bekerja di bidang informasi mengkondisikan para wartawan untuk terus meningkatkan wawasan demi penulisan berita yang berbobot. Kiranya tak berlebihan jika wartawan disebut sebagai orang pandai karena pekerjaan lah yang mengkondisikannya.
Terkait label untuk jurnalis sebagai pekerjaan intelek, beberapa Informan menjadi termotivasi untuk menjadi jurnalis. Mereka ingin
commit to user
160
meningkatkan kemampuan intelektualitasnya. Hal itu seperti dialami oleh Dian Erika (2008) dan Fauziah Nurlina (2010).
Menurut Dian Erika, media cetak merupakan media dengan iklim belajar paling tinggi yang dapat mengkondisikan wartawannya untuk cerdas.
Karena bisa mengkaji. Sama sih TV mungkin juga bisa mengkaji, semua bisa mengkaji. Cuman lebih ini ya, kayaknya orang kerja di media cetak walaupun kita gak ngerti apa tapi kita terpacu buat ngerti apa-apa.274
Pengennya kan jadi wartawan gitu kan, wartawan cetak gitu, Koran Mereka itu pinter banget bikin pertanyaan, pinter banget menyusun kata-kata. 275
Demikianlah ketertarikan Dian Erika dan Fauziah untuk menjadi wartawan berasal dari penilaian mereka bahwa pekerjaan itu akan terus mengkondisikan mereka untuk terus belajar melalui pola kerjanya sehari-hari. Wartawan surat kabar dinilai sebagai pekerjaan ideal karena memacu mereka untuk terus belajar meski pun sudah memasuki dunia kerja.
Gemar Menulis
Keinginan menjadi wartawan ternyata salah satunya berhubungan dari hobi menulis. Hal itu dialami oleh Ema Yuliani Utami (2007):
Saya suka menulis. Saya suka bekerja di bawah tekanan deadline. Karena ikut UKM itu (UKM VISI) jadi tertarik buat kerja di media, secara khusus pengen di cetak...276
274
Hasil wawancara mendalam dengan Dian Erika pada hari Minggu, 8 Mei 2011
275
Hasil wawancara mendalam dengan Fauziah Nurlina pada hari Rabu, 23 Maret 2011
276
faktor penentu pilihan pekerjaan karena hal itu dapat mencegah rasa jenuh dalam bekerja.277 Dari pengalaman Ema, suatu pekerjaan dicari tidak hanya sebagai upaya untuk memperoleh penghasilan tetapi juga sebagai aktivitas yang dapat memberikan kepuasan batin.
Tak berlebihan jika akhirnya Ema memilih bekerja sebagai wartawan di media cetak karena melalui media itu ia akan memiliki kesempatan bekerja dengan format penulisan mendalam. Sebuah pekerjaan yang tentunya membutuhkan spesifikasi kemampuan menulis yang tinggi. Cita-cita yang cukup ideal bagi mereka yang mengaku memiliki hobi menulis.
Disamping soal hobi, ketertarikan Ema terhadap pekerjaan sebagai wartawan secara langsung atau pun tidak terkondisikan pula oleh keikutsertaannya pada lembaga pers mahasiswa (LPM). Keberadaan Ema di komunitas itu mengkondisikan ia untuk menyukai jurnalistik. Dalam hal ini, LPM berperan sebagai kerangka rujukan praktek kerja sebagai wartawan.
Menarik untuk Perempuan
Menurut anggapan beberapa Informan, dunia wartawan merupakan dunia yang menarik khususnya untuk perempuan. Mungkin kata menarik itu lebih tepat jika diterjemahkan sebagai sebuah tantangan yang pantas dicoba oleh perempuan.
277
http://www.tabloidnova.com/Nova/Karier/Pengembangan-Diri/Trik-Atasi-Jenuh-2, diakses pada 26 Oktober 2011 pukul 19.04 WIB
commit to user
162
Sebagai contoh seperti apa yang dipikirkan oleh Aviana Cahyaningsih (2008) berikut:
dulu pengen jadi wartawan itu karena kerennya, ya embuh kenapa keren, keren aja, keren. Apalagi kalau wartawan cewek itu patin kesini-kesini dan biasanya itu cowok gitu lho, harus yang punya mental yang bagus, ketahanan fisik yang bagus juga. Kalau cewek i ketoke jik jarang, jadi keren gitu sih mikirnya dulu.278
Hal senada diutarakan oleh Destriana K (2008): Apa ya, keren
Mungkin pas kerusuhan-kerusuhan nyari berita gitu kan, keren gitu aja sih.279
Secara tidak langsung terdapat sebuah pemakluman bahwa dunia wartawan adalah dunia laki-laki. Yang dimaksud dengan dunia laki-laki disini adalah: pertama, mayoritas wartawan adalah laki-laki sehingga pekerjaan itu menjadi identik sebagai pekerjaan laki-laki. Kedua, bidang pekerjaannya penuh
lebih lemah dari laki-laki.
Hal yang kemudian menarik adalah: dibalik pemakluman para Informan akan dunia wartawan sebagai dunia laki-laki ternyata tak membuat mereka mundur justru membuat mereka maju untuk mencoba. Tampaknya mereka lebih tertarik pada sisi prestasi yang akan mereka peroleh dari keberanian menantang arus itu.
278
Hasil wawancara mendalam dengan Aviana Cahyaningsih pada hari Rabu, 11 Mei 2011
279
yang mampu memberikan kebanggaan, khususnya berkaitan dengan status sebagai perempuan yang berani tampil beda. Dan menjadi wartawan adalah bentuk konkritnya.
1.1.2. Wartawan Foto
Menjadi wartawan foto atau lazim pula disebut fotografer jurnalistik adalah keinginan dari Annisa Fitri (2010). Keinginan itu telah ia sadari sejak duduk di bangku sekolah menengah tingkat pertama sekaligus menjadi sumber motivasinya untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi.
Aku pengen jadi foto jurnalis. Karena suka motret
beberapa majalah aku pengen jadi editor in chief di majalah fashion gitu-gitu,280
Ia tertarik menjadi editor in chief karena ingin menyumbangkan ide-idenya dalam konsep majalah perempuan.
sejauh aku tahu, di majalah-majalah fashion itu fashionnya tidak bisa diaplikasikan ke semua orang, rata-rata cuma buat orang yang tingginya 170 cm, ukuran breastnya 34B, ukuran bajunya supersmall padahal gak semua orang Indonesia tingginya 170 cm, gak semua orang Indonesia breastnya 34B, gak semua ukuran bajunya super small jadi gak merakyat gitu. tidak bisa diaplikasikan ke semua orang, Kita harus punya patokan sendiri, jangan terlalu berkiblat dengan yang di luar.281
Keinginan Annisa untuk menjadi editor termotivasi oleh idealismenya yang ingin melakukan perubahan di dapur majalah fashion. Untuk bisa mewujudkan idealisme itu, menjadi editor in chief adalah jawabannya. Editor
280
Hasil wawancara mendalam dengan Annisa Fitri pada hari Kamis, 2 Maret 2011
281
commit to user
164
adalah mereka yang bertanggung jawab penuh atas isi rubrik-rubrik yang dipercayakan untuk dikelola. Selain itu mereka bertugas untuk menentukan, menyeleksi, mengedit serta mengoreksi naskah, termasuk dalam pembuatan judul dan tema naskah yang akan dimuat pada rubrik yang menjadi tanggung jawabnya282.
Dalam hal ini, seorang pada prinsipnya adalah bagian dari pekerjaan sebagai wartawan tetapi dengan jenjang kepangkatan yang lebih tinggi. Ia sudah mulai jarang melakukan reportase ke lapangan dan lebih banyak bekerja di belakang meja. Oleh karena itu pekerjaan ini menurutnya ideal karena posisinya yang strategis sebagai pembuat kebijakan-kebijakan dalam media.
1.2. Televisi
Satu-satunya pekerjaan bidang komunikasi di media televisi yang muncul dalam tipe ideal yaitu reporter. Reporter adalah salah satu sebutan untuk tiga profesi yang sama selain jurnalis dan wartawan. Pekerjaan ini identik dengan mereka yang bekerja di media massa televisi dan radio283. Disini, pengertian reporter lebih mengarah kepada media televisi. Beberapa alasan menjadi reporter yaitu:
Terkenal
Ketertarikan untuk menjadi reporter televisi diantaranya dimiliki oleh Ambar Kusuma Ningrum (2010).
282
Fitriyan Dennis, Bekerja sebagai Wartawan, (Jakarta: Esensi, 2008), hlm. 51
283
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, Cetakan ke-2(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.44
itu pengen jadi apa ya, semacam reporter, pembawa acara, ya gitu lah yang anggun-anggun gimana gitu, hehehe.284
Ada pun selanjutnya ia mengutarakan keinginannya untuk menjadi penyiar atau anchor. Anchor adalah crew televisi yang bertugas hanya membacakan berita yang disusun oleh para reporter dan dirangkai oleh tim redaksi285.
Pengen jadi penyiar. Penyiar kan penampilan menarik, berwawasan luas, ya harus pintar ngomong lah.286
Sebagai pekerjaan dalam industri televisi, reporter memiliki kesempatan lebih besar untuk dikenal masyarakat. Sebagai konsekwensinya unsur penampilan menjadi aspek penting bagi para reporter. Lazimnya sosok penyiar atau reporter memiliki daya tarik secara fisik dan juga intelektual. Pengelola stasiun televisi sangat memperhatikan terpenuhinya unsur daya tarik karena dua hal itu287.
Oleh sebab itu, untuk memenuhi posisi ini pada info-info rekuitmen
biasanya salah satu butir persyaratannya menyebutkan Excellent
communication skill and good looking 288 yang kurang lebih artinya fasih dalam berkomunikasi dan berpenampilan menarik.
284
Hasil wawancara mendalam dengan Ambar Kusuma Ningrum pada hari Kamis 10 Maret 2011
285
Muda, Op.Cit,hlm.149
286
Hasil wawancara mendalam dengan Ambar Kusuma Ningrum pada hari Kamis 10 Maret 2011
287
Muda, Op.Cit, hlm. 147
288
http://www.bumncpns.com/lowongan-kerja-reporter-presenter-trans-7-mei-2011-jakarta.html, diakses pada Senin, 31 Oktober 2011 pukul 08.29 WIB
commit to user
166
Dalam hal ini, ketertarikan Ambar pada profesi sebagai reporter dan juga pembawa acara berkaitan dengan kesamaan identitas seksnya dengan figur reporter yang ia lihat. Sebagai sesama perempuan, ada ketertarikan untuk memiliki pengalaman yang sama yaitu: terkenal dan memiliki pesona yang menarik. Pekerjaan yang ideal menurutnya adalah pekerjaan yang memunculkan sisi femininitasnya sebagai perempuan dan juga memberi kesempatan untuk terkenal.
Jalan-Jalan
Sama halnya dengan yang terjadi dengan profesi sebagai wartawan di media cetak, reporter televisi memiliki kemungkinan juga untuk melakukan tugas perjalanan. Bahkan bagi reporter televisi kondisinya mungkin akan jauh lebih berkesan karena sifat dokumentasinya yang berupa audio visual.
Aku misale ke media sih elektronik, misale jadi wartawane tapi sing bagian jalan-jalan ngono lho mbak, misale opo sing kuliner-kuliner koyo ngono kuwi. Ya pokoknya lapangan gitu lah (Aku misalnya ke media sih elektronik, misalnya jadi wartawannya tapi yang bagian jalan-jalan gitu lho mbak, misalnya apa sih, kuliner-kuliner kaya gitu. Ya pokoknya lapangan gitu lah).289
Pernyataan Dhyanayu Lutfi Almitra (2008) di atas kurang lebih senada dengan pemikiran Fannany Norohmah (2008) berikut:
Sebagai wartawan secara umum ya, pertama menantang, dua bertemu dengan orang-orang yang penting, terus, ehm gimana ya, bisa pergi ke banyak tempat, kalau kita mau liputan dimana gitu290
289
Hasil wawancara mendalam dengan Dyanayu Lutfi Almitra pada hari Jumat, 13 Mei 2011
290
karena dianggap sebagai alternatif pekerjaan selain pekerjaan kantoran yang terkesan menjemukan.
Jika dicermati, para Informan masih melihat pekerjaan sebagai reporter dari hasil kerjanya yang ditampilkan di layar televisi yang memang terlihat sempurna. Mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai proses kerja dari profesi itu secara seksama yang sesungguhnya membutuhkan kerja keras karena seorang reporter televisi berperan juga sebagai produser. Selain aktif dalam peliputan mulai dari mengumpulkan informasi, menyusun berita dan melaporkannya ia harus mengarahkan tim agar melaksanakan tugas secara bersinerrgi. Ia juga pengambil keputusan akhir tentang suatu hal yang perlu dilakukan atau tidak291.
Dalam hal ini pekerjaan yang ideal menurut Dhyanayu dan Fannany adalah pekerjaan lapangan dan secara konkrit pekerjaan itu adalah sebagai reporter televisi.
1.3. Radio
Pekerjaan di bidang radio yang dimaksud disini adalah sebagai penyiar. Hal itu dialami oleh Putu Ayu Gayatri (2007) berikut:
Aku kepikiran secara khusus aku pengen jadi penyiarnya,
karena untuk menjadi penyiar memang butuh kemampuan tentang bagaimana caranya penyiar membuat skrip, tulisan kita bahasakan menjadi bahasa lisan gitu, dan itu juga butuh keahlian khusus, ya supaya tidak
291
commit to user
168
terdengar kaku supaya aku bisa membedakan mana yang bahasa lisan dan tulis.292
Kesadaran diri yang cenderung menyukai bahasa telah mendorong Putu Ayu untuk menjadi penyiar. Ia merasa memiliki modal untuk menekuni dunia itu. Dalam hal ini, hobi dan juga kesadaran bakat kembali menjadi acuan dari pemilihan pekerjaan bidang komunikasi.Pada perjalanannya, cita-citanya sebagai penyiar itu sudah tercapai. Ia telah merintis karir di dunia ini sejak masa awal kuliah.
1.4. Public Relations (PR) Penampilan Menarik
Alasan pertama yang muncul terkait cita-cita bekerja sebagai PR Officer yaitu mengenai penampilan yang menarik.
Pengen jadi PR, soale penampilannya menarik, cewek-ceweknya cantik, ya semacam saya lah, haha.. Terus enak dilihat gitu kanyaknya PR-PR itu.293
Sejauh ini, penampilan adalah unsur penting dalam pekerjaan di dunia PR. Maka tak mengherankan jika sosok PR Officer selalu tampak cantik atau tampan dalam segala kondisi. Hal tersebut terkait dengan upaya menciptakan citra diri yang positif sebagai awal dari menciptaka citra positif untuk perusahaan dimana PR Officer itu bekerja.
292
Hasil wawancara mendalam dengan Putu Ayu Gayatri pada hari Rabu, 23 Februari 2011
293
perhatian Ambar. Dari perhatian itu, ia kemudian membuat kesimpulan sementara bahwa pekerjaan sebagai PR Officer merupakan pekerjaan yang menarik karena mengondisikan seseorang untuk berpenampilan menarik.
Jika dikaji lebih dalam, keinginan untuk bekerja di bidang PR Officer masih didasari oleh pengetahuan yang sangat terbatas. Pengetahuan itu belum menyentuh sisi realistis dari pola kerja dan juga jenis-jenis pekerjaanya. Namun demikian, dengan pengetahuan yang terbatas itu ternyata sudah cukup untuk membuat Ambar tertarik pada pekerjaan itu.
Dalam hal ini, gambaran ideal Ambar terkait pekerjaan yang ingin ia miliki yaitu sebuah pekerjaan yang memberinya ruang untuk menonjolkan sisi femininitasnya sebagai perempuan: cantik dan menarik. Secara konkrit, pekerjaan itu adalah sebagai PR Officer.
Pekerjaan Mudah
Pengalaman tertarik pada pekerjaan sebagai PR Officer juga dialami oleh Nabilla Noor Khudori (2009). Namun, alasannya tertarik pada profesi ini berbed. Ia hanya berpikir untuk mencoba sesuatu yang ekstrim disamping keinginannya sebagai wartawan. Berikut disampaikan oleh Nabilla:
Kalau gak wartawan ya jadi humas lah, kerja di kantor. Sekalian aja yang ekstrim gitu mbak, kalo gak yang susah ya gampang banget gitu,hehe294
294
commit to user
170
Dari pernyataan Nabilla di atas, terdapat kesan bahwa ketertarikannya pada profesi sebagai PR Officer lebih karena pandangan bahwa pekerjaan itu lebih ringan atau lebih mudah jika dibandingkan dengan pekejaan sebagai wartawan. Alasan ia tertarik pada pekerjaan ini lebih karena dorongan untuk mencoba sesuatu hal yang berbeda.
Banyak Teman
Public relations dinilai sebagai dunia kerja yang memungkinkan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya untuk memiliki akses yang luas. Hal itu seperti disampaikan oleh Twinika S.F (2008)berikut:
suka yang keluar,yang bisa kemasyarakat.295
Berdasarkan pernyataan Twinika S.F (2008) di atas PR Officer
dibayangkan sebagai pekerjaan yang memberi kesempatan untuk
mengaplikasikan ilmu dalam kegiatan praktek, khususnya dalam hal menjalin relasi.
untuk terus membina hubungan yang baik dengan para relasi. Tak berbeda dengan soal pertemanan, keinginan memiliki relasi terkait dengan bagaimana seseorang merasa membutuhkan kemampuan diterima oleh orang lain.
Dalam hal ini, Twinika merasa tertarik dengan PR karena memberi sebuah harapan untuk memiliki pekerjaan yang memberi ruang untuk memiliki