• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

E. Telaah Pustaka

E.TELAAH PUSTAKA 1. Komunikasi

1.1. Definisi Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia akan terus berinteraksi dengan sesamanya. Selama itu pula manusia akan berkomunikasi. Menurut Habermas dalam Bungin, komunikasi adalah inti dari interaksi sosial29. Pemikiran itu kemudian disempurnakan John Fiske dengan mendefinisikan komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan30. Berpijak pada definisinya, Fiske kemudian mengelompokkan komunikasi ke dalam dua mazhab yaitu Mazhab Proses dan Mazhab Semiotika.

Mazhab Proses melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Bagaimana

pengirim-penerima mengkonstruksi pesan (encode) kemudian

menerjemahkannya (decode) dan bagaimana transmiter menggunakan saluran

dan media komunikasi merupakan fokus dari mazhab ini. Mazhab ini menaruh ketertarikan pada efisiensi dan akurasi komunikasi yaitu saat komunikasi

mampu mempengaruhi perilaku atau state of mind orang lain. Komunikasi akan

dianggap gagal, apabila efek yang terjadi berbeda dari atau lebih kecil daripada yang diharapkan31.

29

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Cet.ke-2 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007)hlm.26

30

John Fiske, Cultural and Communication Studies, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), hlm. 8

31

Di sisi lain, Mazhab Semiotika melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Mazhab ini berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna. Bagi mazhab ini, studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan. Berbeda dengan Mazhab Proses, Mazhab Semiotika tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yang penting dari kegagalan komunikasi32.

Antara Mazhab Proses dan Semiotika terdapat beberapa perbedaan yang

signifikan. Pertama fokus studi: Mazhab Proses memusatkan diri pada perilaku

atau tindakan komunikasi, sedangkan Mazhab Semiotika lebih fokus pada karya komunikasi33. Kedua pendekatan keilmuan: Mazhab Proses cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial seperti psikologi dan sosiologi sedangkan Mazhab Semiotika cenderung mempergunakan linguistik dan subjek seni34. Dan ketiga sifat pesan: menurut Mazhab Proses pesan bersifat statis. Artinya, pesan yang disampaikan adalah sama, tidak berubah. Yang dinamis adalah cara penyampaiannya. Sebaliknya menurut Mazhab Semiotika pesan bersifat dinamis. Mazhab ini lebih fokus pada bagaimana pesan dimaknai berdasarkan referensi setiap orang yang tentunya berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kerangka referensi.

Mengacu pada pemikiran Fiske di atas, kiranya penelitian ini termasuk dalam kategori mazhab komunikasi yang pertama yaitu komunikasi sebagai

32 Ibid, hlm.9 33 Ibid 34 Ibid

commit to user

18

proses. Hal itu karena fokus penelitian ini adalah mengamati perilaku komunikasi yaitu bagaimana perempuan menanggapi profesi sebagai jurnalis. Dan karena mengamati gejala perilaku maka penelitian ini tak luput dari pengaruh disiplin ilmu sosiologi dan psikologi.

Harold Lasswell dalam karyanya yang berjudul The Structure and

Function of Communication in Society mengutarakan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan komunikasi sebagai proses adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?35Jawaban dari pertanyaan itu tidak lain adalah komponen-komponen komunikasi yaitu: komunikator (orang yang menyampaikan pesan), pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), komunikan (orang yang menerima pesan), media (sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya) dan efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan). Jadi berdasarkan Paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu36.

Menurut Effendy, setidaknya terdapat tiga tingkatan efek yang diharapkan dalam proses komunikasi yaitu: efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral. Efek kognitif yaitu saat komunikan menjadi tahu atau intelektualitasnya meningkat; efek afektif yaitu saat komunikan tergerak hatinya

35

Effendy,Op.cit. hlm.10

36

sehingga memiliki perasaan tertentu dan efek behavioral yaitu saat komunikan tergerak untuk mengubah perilaku37.

Idealnya, komunikasi disebut efektif bilamana ia menghasilkan efek behavioral. Hal itu seperti didefinisikan oleh Hovland, Janis dan Kelly dalam Rakhmat bahwa komunikasi adalah proses dimana individu menyalurkan

rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (communication is the process

by which an individual transmits stimuli to modify the behavior of the other individuals)38.

Sebagai proses, kelima komponen komunikasi yang terkandung dalam paradigma Lasswell mutlak harus ada dalam setiap fenomena komunikasi. Namun, penelitian ini tidak berniat mempelajari proses komunikasi dari awal dan lebih fokus pada efek yang terjadi pada komunikan (perempuan). Menurut Lasswell, penelitian ini disebut sebagai studi khalayak (audience analysis)39.

Ada pun berdasarkan jumlah dan karakter komunikannya, penelitian ini

termasuk dalam konteks komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication). Menurut Ruesch dan Bateson dalam Littlejohn yang kemudian dikutip oleh Liliweri, komunikasi antarpribadi yaitu relasi individual dengan orang lain dalam konteks sosialnya. Melalui proses ini individu menyesuaikan

dirinya dengan orang lain lewat peran yang disebut transmitting dan

37

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Cet. ke-6, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.7

38

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 31

39

commit to user

20

receiving40. Transmitting yaitu pemindahan pesan baik verbal maupun

nonverbal sebagaimana telah dipaparkan di muka, sedangkan receiving

merupakan proses penerimaan pesan-pesan41.

Messege reception merupakan proses aktif yang terdiri dari tiga elemen yaitu: seleksi, interpretasi dan memori42. Seleksi yaitu bagaimana seseorang memilih suatu pesan di antara banyaknya pesan yang ada di sekitarnya. Interpretasi yaitu bagaimana seseorang memaknai pesan yang ia terima dan memori adalah bagaimana seseorang mengorganisasikan pesan dalam sistem ingatan43.

Menurut Littlejohn, proses messege reception mengarah pada tiga

aktivitas yang saling berhubungan yaitu interpretation, organization dan judgement. Interpretation yaitu bagaimana individu memaknai suatu pesan, mencoba mengetahui maksud dari pesan, mencari sebab akibat. Organization yaitu internalisasi pesan dalam sistem kepercayaan dan sikap. Sedangkan judgement adalah penilaian berdasarkan informasi44.

Penelitian ini sendiri lebih fokus pada aktivitas pertama yaitu interpretation, sebagai dasar dari persepsi khalayak terhadap profesi sebagai

40

Alo Liliweri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 3

41

Ibid

42

Brent D. Ruben & Lea P. Stewart, Communication and Human Behavior, 4th ed. (MA: Viacom Company, 1998), hlm. 85

43

Ibid, hlm. 88-92

44

jurnalis. Menurut Deddy Mulyana, persepsi adalah inti dari komunikasi45. Disebut sebagai inti komunikasi karena efektivitas komunikasi sangat tergantung pada proses persepsi. Pembahasan persepsi lebih lanjut ada pada point 2.

1.2. Teori Pembelajaran Sosial (Sosial Learning Theory)

Penelitian ini menggunakan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning

Theory) yang disampaikan oleh Charles Osgood. Teori ini berpijak pada model komunikasi paling sederhana yaitu Stimulus-Respon (S-R) yang berasumsi bahwa individu akan memberi respon terhadap rangsangan yang ada di sekitarnya46. Model komunikasi S-R kemudian dikoreksi oleh John W. Riley dan Mathilda W. Riley dalam tulisannya yang berjudul Mass Communication and the Social System. Menurut mereka, komunikan dalam menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak langsung bereaksi begitu saja. Ada faktor-faktor di luar dirinya yang turut mempengaruhi dan bahkan mengendalikan aksi dan reaksinya terhadap suatu pesan yang diterimanya47.

Faktor-faktor yang dimaksud terutama berkaitan dengan pesan dan kelompok primer (misalnya keluarga) dan kelompok lainnya yang menjadi rujukan (referensi) dari si komunikan. Nilai-nilai yang berlaku pada kelompok primer dan kelompok rujukan ini lah yang lazimnya mempengaruhi komunikan

45

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003 ), hlm. 151

46

Littlejohn, Op.Cit, hlm. 118

47

commit to user

22

dalam menetukan sikap dan tindakan-tindakan. Hal ini terjadi karena umumnya orang akan selalu berusaha agar sikap dan tindakannya tidak terlalu menyimpang dari nilai-nilai kelompok lingkungannya48. Berikut adalah ilustrasi dari model komunikasi Riley.

Gambar I. 1

Model Komunikasi Riley (1959)49

Teori Pembelajaran Sosial membicarakan tentang bagaimana faktor lingkungan dan kognitif berinteraksi untuk mempengaruhi pemahaman dan perilaku seseorang. Teori yang dicetuskan oleh Albert Bandura ini terfokus pada pembelajaran dalam konteks sosial. Seseorang mempelajari suatu konsep dari sesamanya melalui proses observasi, imitasi dan mengamati model50.

Teori ini menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang pertama dalam komunikasi di samping keluarga, guru di sekolah dan sahabat

48

Ibid

49

http://extension.missouri.edu , Developing Effective Communications, diakses pada 28 april 2012 pukul 21:18

50

http://www.southalabama.edu/oll/mobile/theory_workbook/social_learning_theory.htm , diakses pada 2 Mei 2012 pukul 13.00 WIB

karib51. Menurut teori ini, media massa menjadi objek imitasi dan identifikasi bagi setiap orang. Imitasi adalah replika atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati. Sedangkan identifikasi merupakan perilaku meniru yang bersifat khusus dimana pengamat tidak meniru secara persis sama apa yang dilihatnya. Meskipun lebih sulit untuk dilihat dan dipelajari, identifikasi dinilai memberikan pengaruh terhadap perilaku individu52.

Teori Pembelajaran Sosial mengukur makna dengan menggunakan semantic differential dimana makna dapat ditunjukkan dengan kata sifat. Terdapat dua kata sifat yang saling berlawanan53. Kata sifat dipasangkan secara berlawanan seperti baik-buruk, tinggi-rendah, lambat-cepat54.

Dalam proses belajar sosial terdapat empat tahapan yaitu perhatian (attention process), retensi (retention process), reproduksi motor (motor reproduction motor) dan motivasional (motivational process)55.

Perhatian. Seseorang pertama-tama perlu untuk melihat model yaitu berupa perilaku atau tindakan orang lain yang ingin ditiru

Retensi. Hasil pengamatan kemudian akan disimpan dalam ingatan untuk digunakan di kemudian hari saat menghadapi situasi yang sama

51

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 282

52

Morisan, Psikologi Komunikasi, (Bogor: Ghalia, 2010), hlm. 242

53 Littlejohn, Op.Cit, hlm. 120 54 Morisan, Op.Cit, hlm. 80 55 Effendy, Op.Cit. hlm. 282-283

commit to user

24

Reproduksi tindakan. Pada tahap praktek, seseorang dituntut untuk bisa mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam tindakan nyata. Motivasi. Perilaku meniru orang lain sangat ditentukan oleh faktor motivasi yang dimiliki orang yang ingin meniru56.

Menurut teori ini, terbentuknya perilaku adalah perpaduan dari sejumlah kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam diri khalayak yaitu faktor internal dan faktor situasional atau faktor eksternal57.

1. Faktor Internal

Kemampuan memahami pesan sangat tergantung pada pengetahuan atau pengalaman. Proses belajar tidak lepas dari kemampuan berpikir (kognitif) seseorang. Berpikir berarti menganalisa, mengabstraksi dan seterusnya atau merangkaikan tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain. Hal itu disebut dengan field of experience58.

Dr. Astrid Susanto menyebut lapangan pengalaman itu sebagai pedoman individu yang dibuat atas dasar hal yang pernah dialaminya sendiri. Segala sesuatu yang pernah dialami menjadi pedoman. Kemudian pengalaman-pengalaman orang lain yang tidak dialaminya, tetapi menjadi pedoman dalam lingkungan sosialnya atau masyarakat, dan diambil juga sebagai pedomannya disebut frame of reference atau kerangka referensi59.

56 Morisan, Op.Cit, hlm. 246 57 Fajar, Op.Cit, hlm.170 58 Ibid, hlm. 171 59 Ibid

Dalam kerangka referensi ini segala hal-hal baru, ide baru, gagasan baru atau pengalaman-pengalaman baru akan diletakkan, tiap kali pengalaman-pengalaman baru itu datang. Seseorang melakukan penyesuaian (enactive) dengan mengkonfrontasi lapangan pengalaman dan kerangka referensi lama dengan baru. Bila sesuai, pesan itu akan diterima, dan bila tidak, akan ditolaknya60.

Skinner menemukan bahwa komunikasi akan berlangsung selama expectation of reward

harapan akan memperoleh keuntungan dari pelaksanaan komunikasi. Keuntungan atau reward yang diharapkan bisa merupakan pemenuhan kebutuhan orang dalam bentuk: personal need atau social needs61.

expectation of reward

Motif adalah suatu pengertian mengenai keadaan mobilisasi energi dengan suatu tujuan62. Motif menerangkan mengapa tingkah laku terarah kepada suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, motif merupakan dorongan dari dalam diri yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas guna mewujudkan tujuan tertentu.

Motif-motif yang dikemukakan para tokoh seperti: W.I Thomas dan Znaniecki, David McCelland, Abraham Maslow dan Melvin H. Marx tidak

60 Morisan, Op.Cit, hlm. 244 61 Fajar, hlm. 173 62

Theodore M. Newcomb dkk, Penerjemah Tim Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, (Bandung: Diponegoro, 1978), hal.38

commit to user

26

menunjukkan perbedaan yang tegas. Oleh karena itu Jalaluddin Rakhmat kemudian merangkum motif-motif tersebut dan dihasilkan enam jenis motif, yaitu:

Motif Ingin Tahu. Kecenderungan setiap orang untuk mengerti, menata dan menduga.

Motif Kompetensi. Keinginan membuktikan kemampuan mengatasi persoalan hidup.

Motif Cinta. Keinginan untuk memperoleh kehangatan persahabatan, ketulusan kasih sayang dan penerimaan dari orang lain.

Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas. Seseorang berharap supaya keberadaannya tidak hanya dilihat sebagai bilangan tetapi juga diperhitungkan.

Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan. Ini erat

kaitannya dengan kebidupan spiritual dimana setiap orang

membutuhkan nilai-nilai sebagai pegangan menghadapi realitas hidup Kebutuhan akan pemenuhan diri. Setiap orang ingin mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan dengan memenuhi potensi-potensi yang dimiliki63.

63

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cet. ke-17, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 37-39

2. Faktor eksternal

Seperti telah disinggung di awal, kehadiran media massa dan orang-orang sekitar penting dalam proses belajar sosial. Jika media berperan dalam modeling, maka orang-orang disekitar pengaruhnya jauh lebih kuat yaitu persuatif.

Menurut George Herbert Mead, orang-orang yang berpengaruh dalam proses belajar sosial atau orang-orang yang sangat penting bagi setiap orang disebut dengan Siginificant others. Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita64. Ada pun lebih lanjut menurut Mead, terdapat significant others yang terhimpun dalam kelompok dan mereka disebut sebagai kelompok rujukan (reference group)65.

Keberadaan significant others maupun reference group pada prinsipnya menghasilkan dua efek yaitu efek larangan (inhibitory effect) dan efek suruhan (disinhibitory effect). Efek larangan terjadi ketika significant others menghalangi atau mencegah seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan efek suruhan merupakan kebalikan dari efek larangan yang justru mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku66.

64 Ibid, hlm. 103 65 Ibid, hlm. 104 66 Morisan, Op.Cit, hlm. 247-248

commit to user

28

2. Persepsi

Persepsi menurut Joseph A. Devito didefinisikan sebagai proses dimana kita menjadi sadar terhadap sebuah objek, peristiwa, khususnya manusia melalui indera (Perception is the process by which you became aware of objects, events, and especially people through your sense: sight, smell, taste, touch and hearing)67.

Selanjutnya menurut Berelson dan Steiner dalam Severin dan Tankard, persepsi didefinisikan sebagai proses yang kompleks dimana orang memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan respons terhadap suatu rangsangan ke dalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis68.

Dalam hal ini persepsi merupakan aktivitas belajar yang aktif dan berkesinambungan sebagaimana disampaikan oleh Bennett, Hoffman dan Prakash dalam Severin dan Tankard bahwa persepsi adalah aktivitas aktif yang melibatkan pembelajaran, pembaharuan cara pandang, dan pengaruh timbal balik dalam pengamatan69. Severin & Tankard kemudian merumuskan adanya faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap persepsi. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu asumsi (yang didasarkan pada

67

Joseph A. DeVito, The Interpersonal Communications, 9th ed, (New York: Addison Wesley Longman, 1986), hlm. 93

68

Werner J. Severin & James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa), Alih Bahasa; Sugeng Hariyanto, Cet. ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), hlm. 84

69

pengalaman-pengalaman masa lalu), harapan-harapan budaya, motivasi (kebutuhan), suasana hati (mood), serta sikap70.

Definisi persepsi pada perjalanannya mulai menyentuh pula aspek fungsional. Deddy Mulyana yang mendefinisikan persepsi sebagai proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita71. Hal ini sesuai dengan pemikiran Robbins dan Judge yang menyatakan bahwa persepsi penting untuk mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku manusia tergantung dari persepsinya mengenai realitas bukan realitas itu sendiri.

based on their perception of what reality is, not on reality itself. The world as its perceived is the world that is behaviorally important)72. Pentingnya persepsi dalam pembentukan perilaku kiranya dipertegas oleh pernyataan Toeti Heraty Noerhadi yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu persiapan ke perilaku konkret73.

Disini benang merah antara persepsi dan komunikasi mulai terlihat. Komunikasi disebut efektif jika dapat mengubah perilaku manusia. Ada pun persepsi disebut-sebut sebagai aktivitas penting yang menentukan perilaku

70

Ibid, hlm. 85

71

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 167

72

Stephen P Robbins & Timothy A Judge, Organizational Behavior. (New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2009), hlm. 173

73

commit to user

30

manusia. Menurut Deddy Mulyana, persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi74.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Menurut Bimo Walgito, terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap persepsi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu apa yang ada dalam diri individu. Sedangkan faktor eksterrnal terdiri dari faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung75.

Ada pun menurut Jalaluddin Rakhmat, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu perhatian, faktor fungsional dan faktor

struktural76. Kenneth A. Andersen dalam Rakhmat menyebut perhatian sebagai

proses mental ketika stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran dan stimuli lainnya melemah77. Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam Rakhmat, faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, pengetahuan dsb yang bersifat personal atau disebut juga sebagai kerangka rujukan (frame of reference). Selanjutnya, faktor struktural memandang persepsi semata-mata dipengaruhi oleh sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu78

74

Mulyana, Op.Cit, hlm. 180-181

75

Bimo Walgito, Psikologi sosial, Cetakan ke-4, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm.46

76

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cetakan ke-17. (Bandung: Remaja Rosdakarya Rakhmat, 2001), hlm. 51

77

Ibid, hlm. 52

78

Selanjutnya, Robbins dan Judge memberi perspektif lain dalam merumuskan faktor-faktor pembentuk persepsi. Terdapat tiga faktor yaitu faktor subjek, situasi dan objek. Faktor subjek meliputi: sikap, motif, ketertarikan, pengalaman masa lalu dan dugaan. Faktor situasi terdiri dari: waktu, latar belakang pekerjaan dan latar belakang sosial. Sedangkan faktor objek terdiri dari: kebaruan, gerakan, suara, ukuran, latarbelakang, kedekatan dan kemiripan79. (Lihat bagan I.1 )

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan proses penafsiran terhadap informasi inderawi yang bersifat internal, aktif dan vital bagi setiap orang dalam proses komunikasi. Terbentuknya persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor. Kiranya faktor-faktor yang sampaikan oleh Robbins dan Judge dapat merangkum kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yang disampaikan oleh Bimo Walgito, Jalaluddin Rakhmat serta Severin dan Tankard.

79

commit to user

Bagan I. 1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi menurut Robbins dan Judge80

3. Jurnalis sebagai Pesan

Jurnalis merupakan kata serapan dari kata journal dalam bahasa Inggris dan kata diurnal dalam bahasa Latin yang artinya orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik81. Jurnalistik atau jurnalisme sendiri diartikan sebagai

Dengan demikian secara sederhana jurnalis dapat diartikan sebagai seseorang yang bertugas menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa.

Ada tiga sebutan yang berbeda untuk sebuah profesi yang sama, yaitu: jurnalis, wartawan dan reporter. Ketiga sebutan tersebut sebenarnya mempunyai makna yang sama yaitu sebuah profesi yang tugasnya mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak melalui media

massa83. Yang membedakan adalah medianya. Di Indonesia, sebutan wartawan

identik dengan mereka yang bekerja di media massa cetak, reporter cenderung digunakan untuk media massa televisi dan radio, sementara sebutan jurnalis untuk wartawan asing84.

Wartawan adalah profesi. Disebut sebagai profesi karena ia memiliki empat ciri yaitu: 1) Mempunyai kebebasan dalam melakukan pekerjaan, 2) Didasari atas panggilan hati dan keterikatan dengan pekerjaan, 3) Dibutuhkan keahlian dan 4) Bertanggung jawab dan terikat pada kode etik pekerjaan85. Oleh karena itu, masyarakat memandang wartawan sebagai professional. Profesional disini memuat tiga arti: pertama, professional adalah kebalikan dari amatir; kedua, sifat pekerjaan wartawan menuntut pelatihan khusus; norma-norma yang mengatur perilakunya dititik beratkan pada kepentingan khalayak pembaca86.

83

Jani Yosef, To Be A Journalist, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 43

84 Ibid, hlm. 44 85 Ibid 86 Ibid.hlm. 115

commit to user

34

Ada pun di China ternyata tidak setiap jurnalis bisa merasakan predikat sebagai tenaga profesional. Berdasarkan wawancara yang dilakukan Lin

oleh golongan menengah ke atas. Mereka adalah redaktur dan pemimpin umum. Di sisi lain, jurnalis yang jabatannya di bawah mereka merasa bahwa pekerjaan mereka tak ubahnya pekerjaan lain yang membutuhkan kerja keras dengan tanpa jaminan kerja yang memadai.

-level managing editors or directors of a department are more likely to proudly label themselves as professionals. The -mockery for most working journalists who are at the bottom of the hierarchy in the organization, usually younger and with less working experience, who have a contract-based employment relationship with the organization. Some of the working journalists do not have medical insurance, and they can be expected to change jobs relatively more frequently. Some of them ev

journalism as a job87.

Secara umum, sebagai turunan dari kegiatan komunikasi, wartawan adalah elemen yang berfungsi sebagai komunikator di tubuh pers. Wartawan

87

FEN J. LIN (City University of Hong Kong),

Liter International Journal of

atau reporter adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan

Dokumen terkait