BAB III. PERSEPSI MAHASISWI S-1 PROGRAM STUDI ILMU
A. Pemilihan Jurusan Ilmu Komunikasi
1. Faktor Personal
1.2. Motif Kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi
Keputusan para Informan untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi merupakan hal yang bersifat subjektif dan unik. Dibalik keputusan itu terdapat motif-motif yang melatarbelakangi. Motif adalah suatu pengertian mengenai
209
Hasil wawancara mendalam dengan Ema yUliani Utami pada hari Rabu, 23 Februari 2011
210
Hasil wawancara mendalam dengan Ambar Kusuma Ningrum pada hari Kamis, 10 Maret 2011
211
mengapa tingkah laku terarah kepada suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, motif merupakan dorongan dari dalam diri yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas guna mewujudkan tujuan tertentu.
1.2.1. Memperoleh Pengetahuan tentang Media Massa
Keputusan para Informan untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi ada sangkut pautnya dengan media massa. Citra Jurusan Ilmu Komunikasi yang tertangkap oleh beberapa Informan ternyata lekat dengan keberadaan media massa. Jurusan Ilmu Komunikasi duduk sebagai institusi pendidikan dan media massa sebagai objek studi sekaligus aplikasi dalam dunia riil.
Beberapa Informan yang mengalaminya diantaranya adalah Dian Erika (2008), Mia A.Y (2007) dan Fannany Noorohmah (2008). Pada Dian Erika, keinginan untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi secara tidak langsung terkait dengan pengalaman masa kecilnya yang sudah familiar dengan keberadaan media massa. Dari situ ia memiliki rasa penasaran dan tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam.
di rumah itu banyak koran, majalah, intine banyak bacaan. Terus radio juga 24 jam
mengasyikkan...Awalnya itu aku gak ngerti itu jurusan apa. Pokoknya saya pengen belajar itu (media massa),. 213
212
Theodore M. Newcomb dkk, Penerjemah Tim Fakultas Psikologi UI, Psikologi Sosial, (Bandung: Diponegoro, 1978), hal.38
213
commit to user
114
Sama-sama ingin belajar tentang media, namun yang terjadi pada Mia A.Y (2007) dan Fannany Norrohmah (2008) sedikit berbeda dengan Dian Erika. Mereka lebih fokus pada satu bidang media saja yaitu Broadcasting atau penyiaran. Hal itu karena keduanya telah memiliki cita-cita untuk menjadi penyiar.
Pada Mia, fokusnya untuk belajar Broadcasting telah membawanya pada obsesi untuk kuliah di jurusan Broadcasting. Namun, karena pengetahuannya yang masih terbatas, ia sedikit mengalami kebingungan saat dihadapkan pada jurusan D3 dan S1.
dulu aku belum kenal sama ilmu komunikasi. Dulu aku tahunya itu ada jurusan broadcast yang S1, aku ditanya sama guru BP, Mia mau ambil apa? Aku ambil broadcast yang S1 pak. Adanya D3 katanya. Padahal kan aku emang harus sekalian S1 mbak, pengen sekalian S1 gitu. Akhirnyalah memutuskan, yasudah aku berarti broadcastnya langsung S1, Komunikasi214.
Keputusan Mia untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi program S-1 dilatarbelakangi oleh kesadaran akan pentingnya pengetahuan teoritis khususnya mengenai penyiaran sebelum nantinya ia menekuni dunia penyiaran. Pengetahuan teoritis menjadi prioritas kuliah karena dianggap sebagai dasar atau pedoman sebelum terjun dalam kegiatan praktis.
Senada dengan Mia, Fananny pun lebih memilih S1 daripada D3. Pernah terpikir olehnya untuk kuliah di Jurusan Brodcasting program D3, tetapi atas saran dari beberapa orang ia kemudian lebih memilih untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi program S-1. Ia menyimpulkan bahwa kuliah di
214
pengetahuan yang lebih luas. Berikut ini seperti disampaikan oleh Fannany: Awalnya mau langsung ke Broadcastnya, cuma, banyak saran, eman-eman kalo cuman ke Broadcastnya aja. Kenapa gak langsung komunikasi aja. Yang langsung semuanya bisa dapat gitu lho, gak hanya
Terus akhire yaudah lah, akhire ambil komunikasi 215 Baik Mia maupun Fannany, keduanya lebih berorientasi untuk kuliah di jurusan yang pertama-tama memberi bekal pengetahuan yang kuat (teori) daripada praktek. Dalam hal ini, program S-1 menjadi pilihan yang dinilai lebih pas dari pendidikan diploma.
1.2.2. Mendapat Keterampilan
Berdasarkan data di atas, terindikasi bahwa para Informan memutuskan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi karena memiliki tujuan untuk bekerja di bidang komunikasi. Proyeksi masa depan untuk bekerja itu tidak hanya ditanggapi dengan persiapan secara keilmuan tetapi juga dengan keterampilan. Para Informan telah menyadari arti penting keterampilan di samping penguasaan pengetahuan.
Keterampilan Tata Bahasa dan Penulisan
Menurut Goris Keraf, bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.216 Istilah komunikasi sendiri secara sederhana kerap dipahami sebagai bentuk percakapan dimana bahasa menjadi intinya. Hal itu
215
Hasil wawancara mendalam dengan Fannany Norohmah pada hari Senin, 16 Mei 2011
216
commit to user
116
berdampak pada penilaian tentang jurusan Ilmu Komunikasi sebagai jurusan yang mempelajari bahasa.
Pengalaman Nabilla N.K (2009) berikut dapat menjadi contohnya. Ia ingin kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi lantaran ingin mengembangkan potensinya di bidang bahasa.
karena aku menonjolnya di bidang bahasa, biar berkembang saja, kalau di komunikasi kan cakupannya luas 217
Ada pun pengalaman Aviana Cahyaningsih (2008) sedikit berbeda dalam hal fokus keterampilan. Keinginan kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi terkait dengan cita-cita untuk menjadi jurnalis. Dari situ ia berpikir untuk meningkatkan keterampilannya di bidang tulis menulis khususnya penulisan berita yang sejak SMA sudah mulai ia sukai. Berikut ini kutipan wawancara dengan Aviana:
basiknya dari awal emang suka nulis di majalah sekolah dan sudah ngerti piye senenge, yo istilahnya dasare udah tahu gitu lho...browsing-browsing tentang komunikasi. Eh ternyata emang kog ngarahnya ke kaya wartawan, nulis-nulis gitu. Terus akhirnya memutuskan ya sudahlah ketoke jiwaku pilih neng komunikasi wae. Akhirnya kuliah komunikasi itu218
Dari data di atas, baik Nabilla maupun Aviana keduanya memutuskan kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi diawali terlebih dahulu oleh kesadaran akan bakat dan juga minat mereka. Jurusan Ilmu
217
Hasil wawancara mendalam dengan Nabila Nur Khudori pada hari Rabu 23 Maret 2011
218
tersebut.
Keterampilan Fotografi
Fotografi merupakan salah satu bidang kajian di studi Ilmu Komunikasi. Fotografi disebut sebagai media komunikasi visual. Secara umum, fotografi dilihat sebagai sebuh teknik praktis untuk mengoperasikan kamera guna menghasilkan gambar yang bagus.
Pada beberapa informan, dengan latar belakang hobi di bidang fotografi, mereka kemudian memutuskan untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi. Mereka adalah Rahajeng K (2007) dan Annisa Fitri (2010).
Menurutku sih komunikasi, ya, sesuailah sama aku, daripada jurusan-jurusan lain gitu kan, komunikasi kan kalau aku lihat dulu itu yang di UNS itu kaya kebanyakan praktek gitu, bisa sesuai sama apa yang aku suka gitu, foto-foto kan, jadi aku gak mau masuk jurusan yang aku sendiri gak suka.219
Pemikiran yang sama dimiliki juga oleh Annisa Fitri (2010). Bahkan Annisa sudah berpikir untuk menekuni fotografi sebagai profesinya kelak. Ia bercita-cita menjadi foto jurnalis.
Aku pengen jadi foto jurnalis sebenarnya, tapi setelah sudah mulai berkenalan dengan banyak orang yang bekerja di bidang itu, aku malah ngrasa, aku bisa gak nih, aku mampu ndak ya, ternyata masih banyak ilmu yang perlu aku pelajari dari orang lain, untuk jadi foto jurnalis masih butuh banyak belajar dari orang lain, masih butuh banyak banget tahapannya untuk jadi foto jurnalis220
219
Hasil wawancara mendalam dengan Rahajeng Kartikarani pada Rabu, 23 Februari 2011
220
commit to user
118
Annisa Fitri memutuskan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi atas keyakinan bahwa melalui pendidikan di jurusan tersebut ia akan memiliki masa depan yang lebih baik dan lebih mapan. Menurutnya, kehidupan yang lebih baik itu terwujud karena pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi memiliki dasar teori tidak hanya praktek.
For better life...Kuliahnya dikasih teori dulu, jadi gak langsung praktek, apa lagi ya, setauku lulusan komunikasi kalo kerja dapat posisi yang lebih mapan, istilahnya seatle gitu221
Ada pun mapan yang ia maksud yaitu berkaitan dengan kesejahteraan dan kesempatan untuk mendapatkan jaringan yang luas.
Mapan buat aku itu ya, e dia at less punya simpanan di bank yang lumayan banyak, terus dia punya link yang bagus, having good connection, terus apa ya, dia lebih gampang membaur sama orang, terus dia punya pekerjaan yang bagus yang emang bener banyak orang pengen. Buat aku lulusan komunikasi akan seatle dengan pekerjaan semacam itu222
Dari data di atas, keputusan untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi dilandasi oleh keyakinan akan adanya masa depan yang cerah setelah menyandang gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Baik Rahajeng maupun Annisa, fotografi merupakan kesenangan atau hobi. Dalam kondisi ini, hobi telah menjadi penunjuk arah kemana fokus pendidikan tinggi akan diputuskan.
221
Hasil wawancara mendalam dengan Annisa Fitri pada hari Rabu, 2 Maret 2011
222
Secara sederhana, relasi diartikan sebagai hubungan223. Menjalin hubungan merupakan bentuk komunikasi yang begitu mendasar bagi setiap orang seperti halnya mencari teman dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia komunikasi, terdapat sebuah kajian yang secara khusus mempelajari hal ini yaitu Public Relations (PR).
Adalah Twinika Sativa S.F (2008). Ia tertarik untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi karena ingin memperoleh softskill dalam mencari relasi. Hal itu terkait dengan cita-citanya yang ingin menekuni dunia Public Relations (PR).
Masuknya di komunikasi karena alasannya yang pertama dari segi soft skill, kan di situ dia gak hanya teori tapi ada praktek. Tapi kalau aku, aku itu cenderung komunikasi karena mungkin dari tulisannya ilmu komunikasi jadi itu lebih ke softskill kita untuk mencari relasi kayak gitu224
Keputusan Twinika memilih jurusan kuliah telah dilandasi oleh proyeksi masa depan nya untuk menjadi Public Relations Officer (PRO). Dalam hal ini dapat dilihat bahwa, proyeksi masa depan begitu kuat mempengaruhi keputusan seseorang.
1.2.3. Menampilkan identitas diri
Pada beberapa informan, keputusan mereka untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi ternyata tak luput pula dari keinginan untuk menampilkan identitas
223
Sulchan Yasyin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1995)
224
commit to user
120
dirinya. Disini jurusan Ilmu Komunikasi dilabeli secara positif oleh para Informan.
Tampil beda
Identitas diri yang pertama yaitu tampil beda. Pemilihan Jurusan Ilmu Komunikasi oleh Dian Erika (2008), salah satunya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk berbeda dari teman-teman sebaya di lingkungan tempat tinggalnya.
Aku emoh podho karo liyane (Saya tidak mau sama dengan yang lainnya)225
Ia memilih kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi di tengah kecenderungan orang-orang di lingkungannya yang kuliah di fakultas keguruan dan kesehatan. Menurutnya, tampil beda adalah membanggakan.
ehm karena gengsi, beneran. Soalnya gak ada yang kuliah di komunikasi. Soalnya lingkunganku rata-rata jadi pegawai, kalau ndak kesehatan ya jadi guru. Cuma kaya gitu kaya gitu. Terus yo, walaupun rada-rada mentereng, tapi aku gak suka...Kan kalo misalnya orang-orang di sastra apa komunikasi gitu ra ketang sithik ana unsur seninya mbak dan pikirane rada alternatif. Lha aku pengennya kaya gitu226
Dari pengalaman Dian Erika, keinginan untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi terdorong oleh keinginannya menentang arus. Yang dimaksud arus yaitu kecenderungan pilihan pendidikan dan pekerjaan di lingkungannya yang berlangsung turun temurun sebagai tenaga kesehatan
225
Hasil wawancara mendalam dengan Dian Erika pada hari Minggu, 8 Mei 2011
226
kepuasan yang dirasakan oleh Dian Erika saat ia memberanikan diri menantang arus. Kepuasaan itu kemudian meningkatkan gengsinya dan secara tidak langsung membentuk identitas diri sebagai orang yang bebas dengan keberaniannya membuat keputusan yang berbeda dari yang lain.
Pamer (Show Off)
Identitas diri yang kedua terkait dengan kebanggaan dapat masuk di jurusan dengan passing grade tinggi. Seperti telah di sebutkan pada sub bab terdahulu, passing grade adalah nilai minimum yang harus didapatkan untuk bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi227. Semakin tinggi passing grade maka akan semakin tinggi pula tingkat kesukaran untuk masuk ke suatu jurusan. Keberhasilan diterima di jurusan berpassing grade tinggi dalam hal ini dianggap sebagai sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Hal itu seperti diungkap oleh Ema Yuliani Utami (2007).
kalo aku merasa bisa kuliah di jurusan yang passing gradenya tinggi itu sepertinya bakal lebih kompetitif. Berarti kan teman-temanku itu juga cerdas-cerdas dan lebih pentingnya buat nanti ketika aku nglamar kerja, bisa jadi aku diperhitungkan karena lulus dari prodi yang berpassing grade tinggi228
Formalitas peningkatan status pendidikan
Keputusan untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi oleh Devi Anggrahini (2008) dan Veronika J.H (2007) dapat diartikan sebagai formalitas. Formalitas disini kaitannya dengan keinginan mendapatkan
227
www.snmptn.or.id/passing grade/ di akses pada 1 Agustus 2011 pukul 11.55 WIB
228
commit to user
122
pendidikan yang berkesinambungan dari sekolah menengah tingkat atas ke perguruan tinggi.
Formalitas untuk kuliah oleh Devi berhubungan dengan latar belakangnya sebagai siswa berprestasi yang mendapatkan beasiswa melalui jalur PMDK. Sebenarnya ia lebih berminat untuk kuliah di Fakultas Ekonomi, hanya saja jurusan yang ia inginkan tidak tercantum di daftar penerima PMDK jalur prestasi dan yang ada hanya Ilmu Komunikasi. Dalam kondisi tersebut mau tak mau dia akhirnya memilih jurusan Ilmu Komunikasi.
Sebenare kalau dulu, gak pengen sih dulu. Pengennya malah ekonomi ya. Terus, PMDK Ekonominya gak ada. Kan Cuma ada apa ya kemarin, di IPS itu komunikasi sama apa gitu. Terus yowes aku tertariknya sama itu 229
Hal senada juga terjadi pada Veronika JH (2007). Veronika memiliki obsesi untuk menjadi dokter sehingga ia menempatkan Jurusan Kedokteran Umum sebagai pilihan pertama saat SPMB. Pada saat itu, Ilmu Komunikasi ia pilih sebagai pilihan kedua. Saat pengumuman test, ternyata ia justru diterima di Jurusan Ilmu Komunikasi dan memutuskan untuk mencobanya. Hal itu seperti ia ungkapkan berikut ini:
Sebenarnya aku masuk komunikasi itu nyasar... Jadi bukan, bukan
cita-namanya, dulu itu pengen banget jadi dokter, ternyata kan gak kesampaian, yasudah. Ya sekarang ternyata setelah masuk kesini ya belajar mencintailah. 230
229
Hasil wawancara mendalam dengan Devi Anggrahini pada hari Selasa, 31 Mei 2011
230
Komunikasi bukan jurusan yang mereka inginkan tetapi mereka memutuskan untuk tetap mencoba menjalaninya. Keputusan tersebut
di Jurusan Ilmu Komunikasi karena hanya di jurusan itu mereka diterima. Namun pada akhirnya mereka berusaha untuk bertahan karena lebih fokus pada tujuan memperoleh pendidikan tinggi bukan jurusannya.
1.2.4. Meniru model
Seperti telah dikemukakan di muka, keputusan untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi berkaitan dengan proyeksi masa depan untuk bekerja di bidang komunikasi. Dalam hal ini, proses itu melibatkan beberapa pihak yang menjadi model. Model yang menjadi inspirasi untuk belajar dan bekerja di jurusan Ilmu Komunikasi yaitu orang-orang yang pernah atau sedang berkecimpung di dunia Komunikasi.
Beberapa Informan yang tertarik kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi lantaran tertarik meniru model di antaranya yaitu Agnes Amanda (2007), Destriana K (2008), Triendah F (2009), Fannany N (2008) dan Ambar K.N (2010). Berikut ini model-model yang ditiru oleh para Informan:
Keluarga
Model pertama dari kalangan keluarga. Hal itu seperti terjadi pada Agnes Amanda (2007) dan Destriani K (2008). Status kedua model adalah kakak.
commit to user
124
Pada Agnes Amanda (2007) sosok yang menginspirasinya untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi yaitu kakak sepupu. Kakaknya itu pernah kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi. Dari kakaknya ia mengetahui gambaran kuliah dan pekerjaan yang menjadi perpanjangan program studi tersebut. Ia pun kemudian tertarik untuk mencoba mengikuti apa yang telah dilakukan kakak sepupunya. Berikut pernyataan Agnes:
ada kakak sepupu yang dulu kuliah di komunikasi juga, dan sekarang udah nya saya lebih ke melihat dia, jadi saya melihat, oh kalau komunikasi nanti kerjanya seperti ini, ini, ini. Jadi akhirnya ya udah terus ambil komunikasi231
Seperti halnya Agnes, Destriana K (2008) merujuk kakaknya sebagai model saat ia memutuskan jurusan kuliah. Ia menjadikan kakak perempuannya sebagai model ideal yang ingin ia tiru. Saat kakaknya menjadi penyiar dan ingin kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, ia turut tersuntik juga untuk melakukan hal yang sama. Hal itu seperti diungkapkan oleh Destriana berikut ini:
roles modelnya kakakku Dia kan pengen kuliah komunikasi tapi gak ketrima kaya gitu...Wah kanyaknya seru kalo jadi sosok penyiar kaya gitu gitu. Kan dulu kakakku penyiar di Radio GIS (Radio Lokal di
232
231
Hasil wawancara mendalam dengan Agnes Amanda pada hari Rabu, 23 Februari 2011
232
mengenai jurusan Ilmu Komunikasi dari pengalaman mengamati orang-orang dekat mereka yang bekerja di bidang komunikasi. Berawal dari pengamatan mereka kemudian tertarik untuk meniru. Dalam hal ini, daya ikat ketertarikan mereka terhadap model dan yang dimodelkan relatif kuat
personal dan memungkinkan mereka untuk mengadakan komunikasi tatap muka untuk bertanya mengenai banyak hal guna mengurangi ketidaktahuan mereka mengenai pendidikan maupun pekerjaan.
Profesi
Kategori model yang kedua yaitu pekerja atau profesi di bidang komunikasi.
i. Wartawan
Pada pengalaman Triendah Febriani (2009), yang menjadi roles modelnya untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi yaitu sosok wartawan yang pernah kost di rumahnya. Berawal dari proses pengamatan, ia merasa tertarik untuk bekerja sebagai wartawan seperti apa yang biasa ia lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Ehm, dulu itu kan ada wartawan sempat ngekost di rumahku. Jadi aku tahu lah malam-malam ditelfon ke luar, pergi sampai sore, gak di rumah, terus nanti udah pulang eh tengah malam keluar lagi
Pertamanya sih gara-
commit to user
126
tentang penjelasan jurusan-jurusan di kampus-kampus. Ya udah taunya komunikasi dari situ233
Berdasarkan data di atas, jika diurutkan secara kronologis maka pertama-tama Triendah memperoleh kesempatan mengamati pekerjaan sebagai wartawan secara langsung; kedua, ia kemudian tertarik pada profesi tersebut; ketiga, ia ingin menjadi wartawan; keempat, ia mencari informasi mengenai cara untuk menjadi wartawan dan kelima, akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi demi keingannya itu.
Dalam hal ini, pengalaman mengamati profesi sebagai jurnalis secara langsung telah memberi dampak yang cukup positif pada Triendah. Hal itu karena informasi yang ia peroleh mengenai profesi sebagai jurnalis jauh lebih jelas, berbeda dengan jika ia mendengarkan cerita atau melihat gambar atau cara-cara lain yang melalui pihak lain terlebih dahulu.
ii. Pembaca Berita/ Anchor
Kesan pintar dan multitalenta untuk pekerja bidang komunikasi dimiliki oleh Triendah Febriani (2009). Ia cukup tertarik dengan Tina Talisa (TV One) dan Isyana Bagus Oka (RCTI). Menurutnya, kedua orang itu pintar dan cantik.
orangnya kelihatan pinter, kadang dia biasanya itu waktu mau siaran gitu dia sempat nyanyi. Kayaknya multitalenta banget gitu. Bahasa inggrisnya juga lancar banget gitu. Jadi kayaknya perfect gitu lho
233
sebenarnya juga hampir sama kaya Tina Talisa. Kelihatan pinter gitu. Kalau cewek pinter kaya gitu kan sepertinya gimana ya, keihatannya eksklusif banget, cantik juga.234
Berdasarkan data di atas, sosok Tina Talisa dan Isyana Bagus Oka dianggap sebagai model ideal oleh Triendah bukan hanya karena perannya sebagai pembaca berita namun juga karena pencitraan mereka secara personal. Hal itu berkaitan erat dengan kesamaan identitas jenis kelamin -sama perempuan. Mereka dianggap sebagai model ideal karena memiliki perpaduan antara penampilan yang menarik dan juga kecerdasan intelektual yang tinggi atau yang lazim disebut sebagai kecantikan luar dalam oleh kebanyakan orang. Melalui kecantikan luar dalam itu, mereka kemudian dipandang sebagai sosok yang pantas untuk ditiru.
Ada pun keputusan Fannany Norrohmah (2008) untuk kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi secara spesifik telah dilatarbelakangi oleh ketertarikannya untuk menjadi pembaca berita (Anchor) di TV. Ketertarikannya itu ia dapat dari pengalaman melihat sebuah film Korea yang mengisahkan kehidupan beberapa orang yang bekerja di televisi. Ia mendapatkan pengetahuan mengenai kegiatan-kegiatan broadcasting seperti liputan, editing dan menjadi pembaca berita. Dari film itu juga ia mendapat pengetahuan bahwa pendidikan untuk menekuni dunia
234
commit to user
128
broadcasting yaitu Jurusan Ilmu Komunikasi. Berikut kutipan wawancara dengan Fannany:
Aku sempat ada satu film Korea, aku lupa apa judulnya. Jadi itu tu lebih ke TV, dia jadi jurnalis tapi lebih ke TV. Mereka jadi